Para Pencari Tuhan

Mengenalkan Tuhan Untuk Anak Punk Jalanan

Merdeka.com 2021-02-03 14:46:51
Anak Punk Jalanan di Pondok Tassawuf Underground. ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Suara azan Dzuhur berkumandang. Seketika semua kesibukan terhenti di sebuah ruko berlantai tiga di pinggir Jalan Raya Parung-Ciputat. Di dalamnya berisi sekelompok pria penuh rajah di badan. Penampilan mereka memang bak berandalan. Tapi itu adalah cerita di masa kelam.

Para pria bertato itu kemudian bergegas mengambil wudhu. Membersihkan diri dan berganti pakaian layak untuk salat berjemaah. Menempati ruang tengah, mereka membentuk dua saf salat. Ibadah pun berlangsung khusyuk dan sangat tenang. Hingga di akhir salat, mereka tidak segera bubar. Doa-doa masih terus dipanjatkan.

Siang itu, salat dipimpin seorang Ustaz Halim Ambiya. Sosok ini sangat berpengaruh atas perubahan hidup para pemuda itu. Sudah enam tahun dia berjuang. Berupaya mengajak para anak punk jalanan agar lebih mengenal Tuhan.

Pondok Tasawuf Underground Anak Jalanan dan Punk ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Pondok Tassawuf Underground. Begitulah nama lokasi itu disebut. Tempat ini bisa dikatakan sebagai penampungan. Bukan sekedar tempat tinggal. Para mantan anak punk jalanan itu juga diajarkan keterampilan demi mengubah hidup lebih baik di masa depan. "Di sini semua nyaman. Sudah berasa sebagai keluarga," ujar Ustaz Halim bercerita kepada merdeka.com, Senin lalu.

Para pemuda di pondok ini Tassawuf tiap hari menjalankan bisnis laundry. Mulai pagi hingga sore, Mereka sibuk membawa pakaian kotor untuk dicuci dan disetrika pada ruangan yang disekat menjadi dua di dalam ruko.

Tidak berhenti di situ, di malam hari mereka berlanjut jualan angkringan di depan ruko berlokasi di Kompleks Ruko Pasar Cimanggis Ciputat Blok C No.27, Cipatat, Tangerang Selatan, tersebut. Mulai dari minumah hingga beragam makanan banyak tersedia. Semua disusun rapih di atas gerobak kayu. Para pemuda ini pun bergantian melayani pembeli.

Pondok Tasawuf Underground Anak Jalanan dan Punk ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Bukan hal mudah bagi Ustaz Halim untuk merangkul para anak punk jalanan. Semua memakan proses panjang. Dimulai dengan sekitar 10 orang, perlahan banyak kelompok punk jalanan berdatangan.

Pendekatan tassawuf dengan menitikberatkan pemahaman tauhid kepada Allah SWT, merupakan metode yang dipakai Ustaz Halim. Cara itu selama ini cukup efektif. Bahkan mampu membawa perubahan besar bagi anak punk jalanan untuk memperbaiki diri menjauhi perbuatan maksiat. Khususnya ketika mereka kembali ke masyarakat.

Deni, salah seorang mantan anak punk jalanan di Pondok Tassawauf Underground, menceritakan bagaimana dirinya pertama kali menjalankan ibadah salat. Kala itu dia tidak mengerti tata cara mulai dari wudhu hingga bacaan doa. Semua hanya mengikuti tiap gerakan Ustaz Halim ketika salat. "Pertama kali diajak salat, hati gue bergetar," ungkap Deni.

Pondok Tasawuf Underground Anak Jalanan dan Punk ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Kini sedikit demi sedikit pemahaman tentang agama Islam mulai dipahami. Salat lima waktu pun tak pernah ditinggal. Perasaannya kini lebih tenang. Ajaran dari Ustaz Halim benar-benar dilakukan.

Setiap harinya para mantan anak punk jalanan itu belajar mengupas Alquran dan Hadist. Bahkan ada jadwal pengajian khusus yang digelar tiap malam Jumat dan Minggu malam. Semua dilakukan bersama-sama. Bila semua kumpul, total sudah ada ratusan santri berlatar belakang serupa dengan Deni.

Belajar dari Pengalaman

Jalan kebaikan dilakoni Ustaz Halim bukan tanpa alasan. Semua berawal ketika sedang mengunjungi Pattani, Thailand. Tujuan dia untuk mengisi seminar di sana. Kebetulan kala itu suasana tengah ricuh akibat kerusuhan. Dalam keadaan mencekam, Ustaz Halim kemudian dibantu sekelompok anak punk jalanan untuk dievakuasi.

Pondok Tasawuf Underground Anak Jalanan dan Punk ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Mulai dari situ, pandangan Ustaz Halim berubah terhadap mereka yang berpenampilan berandalan. Mereka yang sehari-hari berada di jalan tak semua bersifat jahat. Bahkan banyak di antara mereka hanya perlu bimbingan agar hidup lebih baik. Apalagi biasanya anak punk jalanan terjadi karena mereka korban broken home.

Dari pengalaman itu, dosen dan mantan tersebut itu pun memberanikan diri membuat gerakan Tassawauf Underground. Harapannya agar para anak punk jalanan bisa memiliki hidup lebih baik. Tidak hanya itu, banyak pula para jebolan "pesantren" ini ikut melakukan syiar Islam terhadap komunitasnya.

"Jadi bukan sekedar ilmu agama, akan percuma jika keluar dari Pondok Tasawuf mereka kembali ke jalanan lagi, misal untuk mengamen," ujar Ustaz Halim mengungkapkan.

Pondok Tasawuf Underground Anak Jalanan dan Punk ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Asa Bagi Rohingya

Setitik Asa Bagi Rohingya Setelah Kudeta

Merdeka.com 2021-02-10 07:09:00
pengungsi Rohingya menolak dipulangkan. ©REUTERS/Mohammad Ponir Hossain

Harapan Aktivis Rohingya: Kudeta Jadi Titik Balik Perjuangan Melawan Penindasan

Pada pekan sejak militer menggulingkan pemerintahan Myanmar yang terpilih secara demokratis, orang yang diasingkan Nay San Lwin dibanjiri puluhan pesan dari teman senegaranya memberikan dukungan.

Terjadi perubahan dramatis dari 2017, ketika aktivis HAM tersebut, yang kini tinggal di Jerman, menyebarluaskan informasi tentang kekejaman militer Myanmar yang kini mendapat perlawanan dari masyarakat - utamanya muslim Rohingya, yang tinggal di negara barat.

Saat itu, sebagian besar pesan yang dia terima dari orang Myanmar lainnya terdiri dari ancaman pembunuhan dan pelecehan.

Sekitar dua pertiga populasi negara Asia Tenggara itu adalah etnis Bamar, yang umumnya beragama Buddha dan mendominasi kelas pemerintahan. Sepertiga lainnya terdiri dari lebih dari 100 etnis minoritas, banyak di antaranya mengalami penganiayaan di tangan militer — terutama Rohingya.

Penyelidik PBB mengatakan tentara Myanmar, yang secara resmi dikenal sebagai Tatmadaw, telah melancarkan perang melawan Rohingya dengan "niat genosida".

"Rohingya berdiri bersama rakyat Myanmar," kata salah satu unggahan di Twitter disertai foto yang bertuliskan "Unjuk rasa melawan kudeta militer dari kamp Pengungsi Rohingya Bangladesh" dan "Kudeta militer" dengan tanda silang besar.

Harapan dukungan dari rakyat Birma

Rohingya berharap dukungan solidaritas bersama rakyat Myanmar akan membantu mengakhiri diskriminasi terhadap mereka dan memperkuat perjuangan mereka mendapatkan keadilan.

"Kami mencoba membangun solidaritas dengan rakyat Burma," kata Nay San Lwin, dikutip dari TIME, Selasa (9/2).

"Banyak aktivis Rohingya mendukung gerakan di Myanmar."

Tak hanya aktivis. Muhammad Dullah melarikan diri dari negara itu pada Agustus 2017 dan sekarang tinggal di kamp pengungsi terbesar di dunia di Cox’s Bazar, Bangladesh. Pria 24 tahun etnis Rohingya itu mulai mengunggah pesan anti kudeta di akun Twitternya.

Rohingya tak mendapat dukungan dari pemerintah sipil. Bahkan pada 2019, Aung San Suu Kyi membela Tatmadaw dalam persidangan di Den Haag, dan hanya dua pekan sebelum kudeta, pemerintah Suu Kyi mengajukan keberatan awal ke Mahkamah Internasional atas kasus genosida yang dihadapinya. Masyarakat umum juga tak bersimpati terhadap Rohingya; banyak orang Birma menganggap Rohingya sebagai migran Bangladesh, meskipun Rohingya memiliki sejarah berabad-abad di Myanmar.

Namun setelah kudeta 1 Februari, beberapa orang Birma akhirnya mengubah pandangan mereka tentang warga Muslim sebangsanya. Demikian disampaikan Nay San Lwin, yang memperoleh 3.000 pengikut Twitter baru dalam sehari pekan lalu: "Mereka sekarang menyadari musuh bersama adalah militer."


Dibanjiri permintaan maaf

Beberapa orang bahkan mulai menyampaikan permohonan maaf kepada Yanghee Lee. Mantan pelapor khusus PBB ini dipuji para komunitas HAM sebagai "pahlawan keadilan Rohingya", tapi difitnah di Myanmar. Ketika Lee menulis di Twitter menyerukan pembebasan Suu Kyi pada 4 Februari, statusnya dibanjiri permintaan maaf.

"Saya sangat ingin meminta maaf karena perlakuan saya terhadap Anda dalam beberapa tahun terakhir terkait Rohingya,” kata salah satu pengguna Twitter.

"Maafkan saya atas kesalahpahaman saya terhadap Anda. Dalam beberapa tahun terakhir, kami sangat picik," kata pengguna lainnya.

Lily (nama panggilan), yang tinggal di Yangon, mengatakan kepada TIME bahwa kudeta membuatnya menyadari sikap standar gandanya. Seorang pembela transgender berusia 39 tahun dari etnis minoritas Karen ini mengatakan, meskipun dia tahu apa yang terjadi pada Rohingya adalah "pelanggaran berat hak asasi manusia", dia gagal membela mereka, meskipun dia aktif di daerah lain.

“Tanpa kecaman dan dukungan kuat komunitas internasional, saya pikir kami akan berakhir sama seperti warga Rohignya," ujarnya.

"Menurut saya (rakyat Birma) mungkin mendukung dan berdiri bersama kami setelah melihat solidaritas kami bersama mereka," kata Dullah kepada TIME.

Gambar Rohingya mengacungkan salam tiga jari, gerakan yang populer diadopsi oleh anak muda Birma setelah kudeta, juga muncul di media sosial dalam beberapa hari terakhir.


Kudeta di Myanmar akan mempengaruhi Rohingya?

Tatmadaw tidak menunjukkan keraguan dalam menanggapi pemberontakan sebelumnya dengan tindakan keras, dan kerja sama antara organisasi pro-demokrasi dan berbagai kelompok etnis di negara itu tidak mungkin meyakinkannya untuk berbalik arah.

Ini bisa membantu memperkuat pengucilan rezim. Nay San Lwin, misalnya, menyerukan kepada orang-orang Burma untuk melobi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk menuntut pemimpin junta Jenderal Senior Min Aung Hlaing atas kekejaman yang dilakukan terhadap Rohingya. Ini, menurutnya, adalah cara terbaik untuk membuat komandan tertinggi Tatmadaw itu berada di bawah tekanan.

Kerja sama Rohingya dan rakyat Myanmar pada umumnya “bukan berarti (Rohingya) secara pribadi mendukung Aung San Suu Kyi,” kata aktivis Rohingya yang berbasis di Washington Wai Wai Nu.

"Kami membela apa yang benar untuk negara.”

Beberapa ahli juga meragukan kudeta tersebut akan memiliki dampak jangka panjang pada pandangan diskriminatif yang dimiliki banyak orang di Myanmar terhadap Rohingya.

“Perpecahan antara orang Myanmar dan Rohingya khususnya sangat dalam,” kata pakar Myanmar Universitas Hong Kong, Prof Ian Holliday.

"Rohingya tidak dipandang sebagai bagian dari bangsa."

Tetapi para aktivis mengulurkan harapan kudeta ini akan menjadi titik balik.

“Akan sangat sulit membangun gerakan solidaritas, tapi saya tidak akan menyerah,” kata Nay San Lwin.

"Kami mencoba untuk mendidik masyarakat bahwa hak asasi manusia harus untuk semua orang.”

Baca juga:
Polisi Myanmar Tangkap Puluhan Demonstran dan Tembakkan Peluru Karet
Pertama Muncul Sejak Kudeta, Jenderal Myanmar Janjikan Gelar Pemilu Adil
Myanmar Berlakukan Darurat Militer di Sejumlah Wilayah
Mengapa Militer Myanmar Sangat Kuat?
Seruan Mogok Kerja Menggema di Myanmar, Hari Ketiga Demo Besar-Besaran
Kudeta Militer Myanmar di Antara Ambisi Kursi Presiden dan Perselisihan Dua Kekuasaan
Seperti Apa Rasanya Hidup di Bawah Kekuasaan Militer?

Raja Jalanan Berakhir Jadi Besi Kiloan

Kopaja dan Metromini 'Hilang', Bus sudah Dijual Kiloan oleh Pemilik

Merdeka.com 2019-08-25 10:31:19
Kopaja dan Metromini. ©2018 Liputan6.com/Arya Manggala

Seorang sopir Koperasi Angkutan Jakarta (Kopaja) P20 jurusan Lebak Bulus - Senen, Tampubolon (55) tetap berjuang akan perubahan zaman. Di mana, Kopaja telah tersingkirkan oleh keberadaan Bus Transjakarta, kereta commuterline, transportasi online, dan Moda Raya Terpadu (MRT).

Ia mengatakan, 10 tahun lalu Kopaja P20 sebanyak puluhan unit. Namun, kini hanya sisa dua hingga tiga unit. Tak hanya P20, namun Kopaja atau Metromini dengan trayek lainnya punya sudah nyaris hilang.

"Mas tunggu berjam-jam kalau nunggu P20. Nah sekarang tuh mobil-mobilnya kebanyakan dan jujur aja ya dikiloin jadi besi tua sama pemiliknya dijual jadi besi tua. Dijual kiloan," ujar Tampubolon saat ditemui di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Jumat (23).

Kata dia, pemilik armada bus tersebut sudah tak sanggup lagi untuk merawat dan bersaing dengan zaman kini. Sehingga, para mantan sopir mencari rejeki lainnya.

"Kalau mobil nggak ada kita cari kerjaan yang lain udah gitu aja. Ya kerjaan lain selain bawa angkutan umum, setoran ini ya nggak ada lagi," katanya.

Selain itu juga, Tampubolon mengaku kalau dirinya tak memakai kernet. Sebab, dirinya sudah tak bisa bayar kernet dengan kondisi seperti ini.

"Sekarang bukannya mereka (kernet) nggak mau, kitanya nggak mau karena nggak ada penumpang. Terus sekarang saingan sesama sudah nggak ada, orang sudah nggak ada penumpangnya udah habis," ujarnya.

Sementara itu, penumpang Kopaja P20 Lebak Bulus - Senen mengaku harus menunggu sekitar dua jam untuk menumpang bus tersebut.

"Kalau dulu sering kita naik ini, gampang, 15 menit ada, 10 menit ada sekarang mah 2 jam. Katanya udah ini udah pengurangan. (Karena TransJakarta) Ya mungkin juga. Jadi yang naik mobil ginian udah sepi, jadi udah pake aplikasi mobil, jadi mobil ini sepi ya penumpangnya bertambah kosong," kata Aisah saat berbincang di dalam Kopaja P20, Jumat (23/8).

Menurutnya, masyarakat kini sudah dibuat mudah dengan hanya menggunakan handphone karena lebih praktis.

"Kalau saya sih praktisan naik mobil angkut ini ya, kalau turunnya dari gang rumah saya deket, kalau naik Busway jauh turunnya. Naik-naik dulu kalau kaki sehat mah enak. Banyakan kan orang ekonomi lemah kalau naik mobil ini. Ya kan, ekonomi yang kaya kan mesen pake Grab, taxi. Kalau kita-kita gini kan masyarakat bawah makenya mobil ginian kan," bebernya.

Atas hal ini, ia berharap pemerintah lebih memikirkan kondisi rakyat menengah ke bawah. Agar Kopaja dan Metro Mini ada selamanya.

"Untuk pemerintah untuk mobil-mobil gini jangan dihapus gitu biarin ada aja biasa," pungkasnya.

Sementara itu Arul penumpang lainnya menambahkan, angkutan umum seharusnya tidak dihapus. Sebab, angkutan umum dapat berhenti di mana pun.

"Kalau deket sih saya naik angkutan umum, tapi kalau jarak jauh sih saya naik Grab. Kalau saya sih ya gimana supaya orang nyari makan bisa gitu, kasihan supir kan juga banyak yang nganggur kalau gitu," ujar Arul.

Tuhan Sembuhkan Kami

Kita di Fase Lelah Tapi Tak Menyerah

Merdeka.com 2021-03-01 08:02:00
Tenaga Kesehatan Perawat Pasien Covid-19. ©2021 Liputan6.com/Herman Zakharia

Malam semakin larut. Sebagian orang mungkin sedang tertidur lelap di rumah. Tapi tidak bagi perawat dan dokter di ruang ICU. Mereka masih berjibaku. Membantu pasien Covid-19 tengah berjuang antara hidup dan mati. Memakai alat pelindung diri (APD) lengkap, mereka melakukan berbagai upaya agar pasien bisa selamat.

Perasaan bercampur aduk malam itu. Napas pasien terus menipis. Selang oksigen sudah dimasukkan ke dalam mulut. Para perawat dan dokter berdoa, berharap masa kritis bisa dilalui sang pasien.

Jantung terus berdebar. Semua petugas menunggu keajaiban. Selang beberapa waktu, pasien Covid-19 itu berhasil melewati masa kritis. Kondisinya berangsur tenang.

Bukan berarti semua telah selesai. Namun mereka tetap bersyukur. Doa dan harapan para tim tenaga kesehatan (nakes) malam itu dikabulkan Tuhan. Diberi kesempatan untuk menyelamatkan satu nyawa dari ganasnya virus corona.

"Suasana di dalam ruang ICU teringat terus di otak saya walau sedang libur panjang sekalipun," ujar Maftukhin, seorang perawat RSUD Dr. R. Koesma, Tuban, Jawa Timur, bercerita kepada merdeka.com pada Rabu pekan lalu.

Semenjak Covid-19 melanda Indonesia sejak 2 Maret 2020, setiap hari selalu bertambah kasus positif. Dari puluhan kasus, menjadi sejuta kasus. Sebagian pasien Covid-19 mengalami kondisi berat dan kritis. Para pasien dalam kondisi ini tentu harus segera mendapat pertolongan khusus.

Tingginya angka pasien positif Covid-19 di Indonesia tentu menjadi masalah tersendiri. Bahkan kebutuhan atas ruang ICU juga semakin penuh. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia atau PERSI bahkan mengungkapkan bahwa ketersediaan tempat tidur khususnya ruang ICU rumah sakit di pulau Jawa masih penuh merawat pasien positif Covid-19.

Ketersediaan ruang ICU untuk pasien Covid-19 dengan gejala sedang hingga kritis di beberapa rumah sakit di Jawa masih di atas 60 persen per Februari 2021 ini. Walaupun harus diakui jumlah pasien positif jumlahnya telah menurun tiap harinya.

Sudah hampir setahun pandemi ini menghantui, rasa takut itu belum juga hilang. Sebagai garda terdepan pejuang Covid-19, para nakes ini menjadi kelompok paling rentan tertular. Sulit sekali rasanya untuk menghindar. Mereka hanya bisa menjaga dan tidak menularkan kepada orang lain maupun keluarga.

Sudah banyak para perawat di tempat Maftukhin kerja tertular. Bukan hanya perawat, ada juga petugas administrasi rumah sakit juga tertular. Hal ini tentu diharapkan tidak terjadi lagi di kemudian hari. Para pekerja di rumah sakit kini tentu semakin lebih waspada.

Para petugas ICU memang harus benar-benar dalam keadaan fit. Mereka tidak boleh dalam keadaan drop. Bila ada keluhan sakit meski ringan, itu harus segera dilaporkan ke koordinator. Kemudian diminta diganti agar perawat tersebut tidak mudah tertular. Beruntung Maftukhin tidak pernah tertular Covid-19 selama bertugas. Tiap hasil tes usap selalu menunjukkan hasil negatif.

Maftukhin bersama rekan nakes lainnya ©2021 Merdeka.com

Meski begitu, perasaan gugup memang masih selalu menggelayuti. Maftukhin masih menemukan ada beberapa teman sejawatnya pingsan sebelum masuk ruang ICU. Kondisi ini bukan untuk ditertawakan. Tentu menjadi gambaran bahwa nakes juga manusia. Mereka tak luput dari rasa takut.

"Pada Desember itu masih ada yang suka pingsan. Takut. Mereka pingsan sebelum masuk ruang ICU. Jadi malah perawatnya masuk UGD (unit gawat darurat)," kata Maftukhin mengenang kejadian itu.

Bekerja di ruang ICU memang rumit. Para nakes tidak bisa sembarangan. Ada banyak tahapan harus dilalui. Apalagi ketika menangani pasien kritis. Semua harus dikerjakan cepat tanggap dan tepat. Tidak boleh ada kesalahan sedikit pun. Kerja sama antara dokter dan perawat menjadi salah satu kunci keberhasilan.

Covid-19 Mengajarkan Kesabaran

Hari-hari Dokter Erni Juwita Nelwan seperti tak kenal libur. Pandemi covid-19 ini telah memberikan banyak pelajaran penting. Terutama bagi dirinya. Setiap hari dia bersama para koleganya harus selalu siap lahir dan batin sebelum bertemu dengan pasien.

Menjalani profesi dokter spesialis penyakit dalam, tentu sangat rentan bagi dirinya. Semua harus dipersiapkan baik-baik agar terhindar penularan. Sebab tidak ada yang tahu kapan virus tersebut merasuk ke dalam badan. Kondisi ini membuat Dokter Erni dan rekan seprofesinya diharuskan siap lahir batin menjalani pekerjaan.

"Setiap hari kita bekerja harus diawali bismillah. Menyiapkan segala upaya agar tidak tertular," ungkap Dokter Erni kepada merdeka.com, Kamis pekan lalu.

Lelah. Mugkin ini yang dirasakan Dokter Erni selama bertugas di masa pandemi. Namun, jalan berisiko ini sudah menjadi pilihan. Dia selalu mengingatkan dirinya agar tidak mudah menyerah.

Dokter Erni Juwita sedang bertugas ©2021 Merdeka.com

Covid-19 bukan satu-satunya penyakit ditakutkan. Kalau pun itu hilang, masih banyak virus lain mengancam keselamatan para tenaga kesehatan. Salah satunya penyakit tuberkulosis (TBC) yang sampai kini terus menghantui.

"Ini adalah profesi saya, semua yang bekerja di bidang kesehatan melihat ini sebagai satu tantangan," ujar dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini.

Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mencatat jumlah tenaga kesehatan yang meninggal dunia akibat Covid-19 selama pandemi di Indonesia. Sejak 2 Maret hingga 27 Januari 2021, sebanyak 647 tenaga kesehatan meninggal dunia.

Dari 647 tenaga kesehatan meninggal dunia, 289 di antaranya merupakan dokter. Sementara itu, 27 orang merupakan dokter gigi, 221 perawat, 84 bidan, 11 apoteker dan 15 tenaga laboratorium medik. Adapun para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 161 dokter umum, 123 dokter spesialis, serta 5 residen.

IDI bahkan menyebut kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia dan tiga besar di seluruh dunia. Ini dilihat berdasarkan perbandingan statistik testing Covid-19 dan populasi.

Melihat kondisi ini, Kementerian Kesehatan segera mengambil langkah. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut tingginya kasus positif Covid-19 tidak berbanding lurus dengan jumlah tenaga kesehatan. Indonesia semakin kekurangan tenaga kesehatan.

Adapun solusi diberikan, yakni merelaksasi beberapa aturan yang mengizinkan agar tiap perawat yang belum memiliki surat tanda registrasi (STR) resmi, boleh langsung masuk bekerja. Sejauh ini ada sekitar 10.000 orang calon perawat.

Hal serupa rencananya juga diterapkan kepada dokter. Tim IDI dan Tim Kemenkes kini sedang mengkaji. Mereka sejauh ini melihat ada sekitar 4000 dokter belum memiliki STR bisa diperbantukan. Budi berharap, solusi ini dapat diterima dan direalisasi. Namun, sebelum itu diberlakukan dia berharap angka penyebaran Covid-19 bisa ditekan.

Harus Bangkit dan Semangat

Sejak diumumkannya dua kasus pertama pada 2 Maret 2020, semua sisi kehidupan masyarakat bergerak semakin menjauhi normal. Saban hari deretan data pertambahan kasus dan daftar pasien meninggal kian bertambah. Tapi bukannya tanpa harapan, sebab ada juga berhasil bangkit dari sakit.

Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Ede Surya Darmawan, menyoroti beragam kebijakan sepanjang masa pandemi di Indonesia. Ada banyak kebijakan lahir. Namun, sayangnya peningkatan kasus masih terus terjadi.

Terkait hal ini, dia menyebutkan, adanya inkonsistensi kebijakan pemerintah sejak awal ketika merespon pandemi. Jika diurut, kata dia, hal pertama dalam penanganan pandemi yakni pencegahan, penemuan kasus, dan respon yang diambil untuk mencegah dan mengatasi penyebaran Covid-19.

"Kita sudah dengan PSBB digoda-goda dengan 'New normal', dengan 'kebiasaan baru', lalu 'berdamai dengan covid', 'enggak boleh mudik, tapi boleh pulang kampung'. Bikin pusing semua," ujar Ede kepada merdeka.com.

Alasan lain yang dapat menjadi penyebab naiknya kasus Covid-19, lanjut dia, berkaitan dengan penemuan kasus. Pada awal pandemi laboratorium yang tersedia masih minim. Seiring dengan berjalannya waktu, kekurangan ini terus diperbaiki.

Pemerintah memang harus terus memperhatikan aspek ketersediaan laboratorium di seluruh wilayah Indonesia. Jangan sampai laboratorium hanya terpusat di satu wilayah saja. Dengan demikian proses penemuan kasus baru dapat lebih mudah dan lebih cepat. Sehingga penemuan kasus lebih awal dan segera cepat memutus rantai penularan.

"Kita tidak bisa menahan laju kasus di pencegahan dan di penemuan kasus. Dan logikanya harus memperkuat masyarakat karena garda terdepan ada di masyarakat. Pelayanan rumah sakit itu benteng terakhir," tegas dia.

Sementara itu, Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, melihat bahwa masyarakat sudah lelah menghadapi pandemi Covid-19 yang menghantam Indonesia selama satu tahun ini. Mulai dari kehilangan anggota keluarga, pekerjaan, dan harus mampu beradaptasi dengan tiap kebiasaan baru. Ditambah lagi rentetan bencana alam yang juga menimbulkan korban jiwa.

Sebenarnya kelelahan itu wajar. Manusia bukan robot. Namun, jika seluruh warga negara lelah maka pandemi tak akan pernah berakhir. Untuk itu tidak boleh ada kata lelah dan menyerah dari akademisi, pemerintah hingga para nakes menghadapi situasi ini.

"Masyarakat boleh lelah, tapi kita tidak boleh lelah, kita harus membangkitkan semangat mereka, supaya tidak lelah," kata Windhu mengungkapkan kepada merdeka.com.

Hadirnya vaksin Covid-19 mungkin menjadi semangat di tengah ketakutan. Pemerintah memang menargetkan para nakes menjadi prioritas penerima.

Vaksinasi covid-19 kini memang sedang berlangsung. Data per 25 Februari 2021 mencatat sudah 100 persen nakes mendapat vaksinasi dosis pertama. Ini artinya sudah 1,4 juta lebih nakes mendapatkan vaksinasi. Sebagian kini menunggu untuk vaksinasi dosis kedua. Ditargetkan 181.554.465 jiwa di Indonesia akan mendapatkan vaksin.

Walau vaksinasi sedang berlangsung, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebut bahwa ini bukan satu-satunya jalan mengakhiri pandemi Covid-19. Masyarakat tetap diminta untuk patuh terhadap protokol kesehatan. "Vaksin bukan lah alasan untuk berhenti untuk menjalankan protokol kesehatan," ujar Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengungkapkan.

Sosok Jenderal Pengkudeta

Penjelasan Singkat Kudeta Militer di Myanmar

Merdeka.com 2021-02-02 07:39:27
kudeta militer di myanmar. ©AFP

Militer Myanmar kemarin menggulingkan pemerintahan demokratis yang rapuh dalam sebuah kudeta dengan menangkap sejumlah pemimpin sipil, memutus jaringan internet, dan menutup penerbangan.

Kudeta tersebut mengembalikan negara itu ke kekuasaan penuh militer setelah pelaksanaan demokrasi singkat yang dimulai pada 2011, ketika militer, yang telah berkuasa sejak 1962, menggelar pemilu parlemen dan reformasi lainnya.

Merdeka.com merangkum penjelasan singkat kudeta, seperti dikutip dari The New York Times, Senin (1/2).

Penyebab kudeta

Parlemen dijadwalkan pada pekan ini menyelenggarakan sidang pertama sejak pemilu 8 November, di mana Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai yang dipimpin sipil, memenangkan 83 persen kursi yang tersedia di parlemen.

Militer menolak hasil pemilu, yang dinilai sebagai referendum untuk popularitas Aung San Suu Kyi, pimpinan NLD, yang merupakan pemimpin de facto negara tersebut sejak 2015.

Parlemen baru diperkirakan mendukung hasil pemilu dan menyetujui pemerintahan berikutnya.

Aroma kudeta tercium dalam beberapa hari terakhir. Militer, yang mencoba menggugat hasil pemilu ke Mahkamah Agung berpendapat hasil pemilu itu curang, mengancam akan bertindak dan mengerahkan tentara ke parlemen.

Bagaimana kudeta berlangsung?

Pada Senin, militer menangkap para pemimpin NLD termasuk Aung San Suu Kyi dan Presiden U Win Myint, bersama sejumlah menteri kabinet, kepala menteri sejumlah daerah, politikus oposisi, penulis, dan aktivis.

Kudeta secara efektif diumumkan di stasiun televisi yang dikelola militer, Myawaddy TV, di mana pembaca berita mengutip konstitusi 2008 yang memperbolehkan militer mengumumkan darurat nasional. Darurat nasional akan berlangsung selama setahun.

Militer kemudian dengan cepar mengambil alih infrastruktur, menghentikan siaran televisi, dan membatalkan seluruh penerbangan domestik dan internasional, menurut sejumlah laporan.

Akses telepon dan internet diputus sementara di kota-kota utama. Pasar saham dan bank ditutup, dan antrean panjang terlihat di mesin-mesin ATM di berbagai tempat. Di Yangon, bekas ibu kota negara dan kota terbesar di Myanmar, penduduk menyerbut pasar untuk membeli persediaan makanan dan persediaan lainnya.


Kebohongan militer

Siapa Aung San Suu Kyi?

Aung San Suu Kyi naik sebagai dewan negara pada 2016 setelah pemilu demokratis penuh pertama dalam beberapa dekade.

Naiknya ke kursi kepemimpinan dipandang sebagai momen penting dalam transisi
Myanmar, yang sebelumnya disebut Burma, menuju demokrasi dari kediktatoran militer. Aung San Suu Kyi, putri dari pahlawan kemerdekaan Myanmar, Jenderal Aung San, menghabiskan 15 tahun dalam tahanan rumah.

Penahanannya membuatnya menjadi ikon internasional, dan meraih Nobel Perdamaian pada 1991.

Sejak pembebasannya, reputasinya ternoda karena kerjasamanya dengan militer dan pembelaannya yang gencar terhadap kampanye mematikan negara itu melawan Rohingya, kelompok etnis minoritas muslim di Negara Bagian Rakhine. Pada 2019, dia mewakili negara itu dalam persidangan di Pengadilan Internasional, di mana dia membela Myanmar dari tuduhan pembersihan etnis.

Banyak yang percaya kerja sama Aung San Suu Kyi dengan militer adalah langkah pragmatis yang akan mempercepat evolusi negara menuju demokrasi penuh, tetapi penahanannya pada hari Senin tampaknya membuktikan kebohongan dalam komitmen militer terhadap demokrasi.

Siapa Jenderal Senior Min Aung Hlaing?

Militer menyampaikan mereka menyerahkan kekuasaan ke kepala angkatan darat, Jenderal Senior Min Aung Hlaing. Tindakan tersebut memperpanjang kekuasaan Jenderal Min Aung Hlaing, yang seharusnya pensiun sebagai panglima militer musim panas ini.

Di bawah perjanjian pembagian kekuasaan sebelumnya, Jenderal Min Aung Hlaing memimpin dua konglomerat bisnis dan dapat menunjuk tiga anggota kabinet kunci yang mengawasi polisi dan penjaga perbatasan.

Militer tidak pernah berada di bawah kendali pemerintah sipil. Dalam beberapa tahun terakhir, tentara, dengan Jenderal Min Aung Hlaing di pucuk pimpinan, telah mengawasi kampanye melawan beberapa kelompok etnis minoritas negara itu, termasuk Rohingya, Shan dan Kokang.

Baca juga:
Militer Myanmar Ambil Alih Kekuasaan Setelah Tangkap Aung San Suu Kyi
Aroma Kudeta Merebak di Myanmar, Militer Tangkap Aung San Suu Kyi dalam Operasi Fajar
Televisi Pemerintah Myanmar Tak Bisa Siaran Usai Penangkapan Aung San Suu Kyi
Negara Barat Kecam Kudeta Myanmar, Serukan Pembebasan Aung San Suu Kyi
Di Tengah Rumor Kudeta Militer, Tentara Dikerahkan di Luar Balai Kota Yangon
Pernyataan Lengkap Militer Myanmar Soal Keadaan Darurat Nasional Selama Setahun

Cara Baru Deteksi Virus Corona

Akurasi Dekati PCR, GeNose Bisa Gantikan Swab Antigen

Merdeka.com 2021-01-23 17:00:00
GeNose, alat deteksi Covid-19 ciptaan para ahli UGM dapat izin edar dari Kemenkes. ©2020 Merdeka.com/ugm.ac.id

Pemerintah berencana mengimplementasikan alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM), GeNose. Alat ini bisa menjadi alternatif pilihan pengganti tes antigen atau serologi, tapi bukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19, Eko Fajar Prasetyo. "Antigen bisa, serologis bisa (sebagai pengganti). Kalau negatif GeNose, sudah hampir kita pastikan tidak perlu PCR," kata Eko di Stasiun KA Pasar Senen pada Sabtu (23/1).

Eko menjelaskan GeNose didesain untuk melakukan penapisan atauskrining. Oleh sebab itu, dalam prosesnya diutamakan agar tidak terjadi negatif false yaitu hasil tes negatif tapi ternyata positif Covid-19.

Ini merupakan salah satu pembedanya dengan tes PCR yang merupakan alat diagnostic.

Tes PCR tetap harus dilakukan jika tes GeNose menunjukkan hasil positif. Namun jika hasil GeNose negatif, maka tidak perlu tes PCR.

Secara akurasi, kata Eko, tes GeNose tidak jauh berbeda dengan PCR. Tingkat akurasi GeNose diklaim di atas 90 persen.

"Perbedaan dengan PCR itu, negatif false beda 3 persen. Namun memang GeNose ini adalah alat skrining cepat," tutur Eko.


Harga Satu GeNose Tertinggi Sekitar Rp 62 Juta dan Bisa Dipakai 100.000 Kali

GeNose mendeteksi virus melalui embusan napas yang di simpan di dalam sebuah kantung. Napas yang diambil adalah napas ketiga untuk mendapatkan hasil mendekati keadaan sebenarnya.

Setelah itu, kantung napas akan diletakkan atau dihubungkan ke alat GeNose yang didukung kecerdasan buatan. Kemudian alat deteksi tersebut akan mengeluarkan hasil tes dalam waktu 50 detik.

Alat GeNose ini akan dijual dengan harga eceran tertinggi Rp 62 juta sebelum pajak. Satu alat bisa dipakai 100.000 kali.

Saat ini yang sudah mengimplementasikan GeNose antara lain kantor Kementerian Ristek dan Teknologi (Ristek) dan beberapa Rumah Sakit (RS) di Yogyakarta.

"Utamanya untuk saat ini di kantor-kantor dan fasilitas kesehatan," kata Eko.

Pihak UGM sudah memproduksi 100 alat dalam tahap pertama. Produksi tahap kedua sebanyak 3.000 akan dirilis pada bulan ini.

Tahap kedua ini, menurut Eko, sudah banyak pihak swasta yang ikut memesan GeNose. Selanjutnya, pihak UGM tiap bulan berencana memproduksi minimal 1.000 alat.

Baca juga:
Penumpang Kereta Mulai Diperiksa Covid-19 Pakai GeNose 5 Februari, Berapa Biayanya?
Menkes Sebut Testing Covid-19 di Indonesia Salah Secara Epidemiologi
Satgas Sebut Testing Covid-19 di Indonesia Melampaui Target WHO
Alat Uji Sampel Dikalibrasi Ulang, Tes Covid-19 di Labkesda Tangsel Dihentikan
Tes Covid-19 di Indonesia Belum Merata, Ada Daerah Jauh dari Target Testing WHO
Cegah Terpapar Covid-19, Pengungsi Gempa Sulbar akan Dites Usap Antigen
ITS Kembangkan Pendeteksi Covid-19 Lewat Bau Keringat Ketiak

Duka di Makam Tak Berpusara

Tim DVI Polri Resmi Hentikan Identifikasi Korban Sriwijaya Air SJ-182

Merdeka.com 2021-03-02 15:11:06
Pencarian Sriwijaya Air SJ-182 dihentikan. ©Liputan6.com/Faizal Fanani

Tim DVI Polri resmi memutuskan proses identifikasi korban koban dari insiden jatuhnya pesawat Sriwijaya SJ 182 di sekitar perairan sekitar Pulau Laki dan Lancang, Kepulauan Seribu pada 9 Februari 2021 lalu, dinyatakan selesai pada hari ini.

"Sejak tanggal 2 Maret ini tugas Tim DVI dinyatakan telah selesainya," kata Karopenmas Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Rusdi Hartono saat konferensi pers, Selasa (2/3).

Dengan berakhirnya proses identifikasi, hari ini Tim DVI kembali berhasil mengidentifikasi satu korban perempuan berumur 57 tahun bernama Razanah dengan menggunakan metode DNA.

"Hari ini tim juga berhasil merekonsiliasi dan mengidentifikasi satu korban lagi dengan menggunakan metode DNA, korban yang berhasil diidentifikasi atas nama Razanah, perempuan berumur 57 tahun," kata Rusdi.

Sedangkan untuk saat ini seluruh body part maupun properti yang telah ditemukan oleh Tim SAR gabungan pun telah semuanya di identifikasi baik dengan menggunakan DNA maupun sidik jari.

"Jadi dengan keberhasilan identifikasi hari ini jumlah seluruhan korban yang berhasil diidentifikasi tim dvi sebanyak 59 korban. 30 laki2 dan 29 perempuan," sebutnya

"Dengan menggunakan metode identifikasi ini 13 dengan menggunakan sidik jari, kemudian 46 dengan metode DNA dari seluruh jenazah telah diserahkan kepada keluarga korban untuk dimakamkan," jelasnya.

Lebih lanjut dari keseluruhan data manifest penumpang dan kru pesawat Sriwijaya SJ 182 yang berjumlah 62 masih menyisakan tiga korban yang belum teridentifikasi.

"Masih ada tiga yang belum berhasil diidentifikasi yaitu, korban pertama atas nama Arkana Nadhif Wahyudi ini laki-laki berumur tujuh bulan, korban kedua Daniya perempuan berumur dua tahun, kemudian korban ketiga Panca Widia Nursanti ini perempuan berumur 46 tahun," ujarnya.

Selebihnya, Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Polri Brigjen Pol Rusdianto menyampaikan tidak teridentifikasinya tiga korban tersebut karena data pembanding yang telah diperiksa tidak ada yang cocok.

"Belum dapat teridentifikasi, karena belum adanya sampel yang dijadikan oembanding. Namun, demikian bila ada perkembangan lebih lanjut kami akan infokan kembali," kata Rusdianto.

Berikut 59 daftar nama korban Sriwijaya Air SJ 182 yang telah teridentifikasi:

1. Okky Bisma (30), pramugara Sriwijaya Air, teridentifikasi 11 Januari 2021.
2. Fadly Satrianto (38), co-pilot NAM , teridentifikasi 12 Januari 2021.
3. Khasanah (50), teridentifikasi 12 Januari 2021.
4. Asy Habul Yamin (36), teridentifikasi 12 Januari 2021.
5. Indah Halimah Putri (26), teridentifikasi 13 Januari 2021.
6. Agus Minarni (47), teridentifikasi 13 Januari 2021.
7. Ricko Mahulette (32), teridentifikasi 14 Januari 2021.
8. Ihsan Adhlan Hakim (33), teridentifikasi 14 Januari 2021.
9. Supianto (37), teridentifikasi 14 Januari 2021.
10. Pipit Supiyono (23), teridentifikasi 14 Januari 2021.
11. Mia Tresetyani (23), pramugari Sriwijaya Air, teridentifikasi 14 Januari 2021.
12. Yohanes Suherdi (37), teridentifikasi 14 Januari 2021.
13. Toni Ismail (59), teridentifikasi 15 Januari 2021.
14. Dinda Amelia (15), teridentifikasi 15 Januari 2021.
15. Isti Yudha Prastika (34), teridentifikasi 15 Januari 2021.
16. Putri Wahyuni (25), teridentifikasi 15 Januari 2021.
17. Rahmawati (59), teridentifikasi 15 Januari 2021.
18. Arneta Fauziah, teridentifikasi 16 Januari 2021.
19. Arifin Ilyas (26), teridentifikasi 16 Januari 2021.
20. Makrufatul Yeti Srianingsih (30), teridentifikasi 16 Januari 2021.
21. Beben Sopian (58), teridentifikasi 16 Januari 2021.
22. Nelly (49), teridentifikasi 16 Januari 2021.
23. Rizky Wahyudi (26), teridentifikasi 16 Januari 2021.
24. Rosi Wahyuni (51), teridentifikasi 16 Januari 2021.
25. Fao Nuntius Zai, bayi berumur 11 bulan, teridentifikasi 17 Januari 2021.
26. Yuni Dwi Saputri (34), pramugari Sriwijaya Air, teridentifikasi 17 Januari 2021.
27. Iu Iskandar (52), teridentifikasi 17 Januari 2021.
28. Oke Dhurrotul Jannah (24), pramugari NAM Air, teridentifikasi 17 Januari 2021.
29. Diego Mamahit, teridentifikasi 17 Januari 2021.
30. Didik Gunardi (49), pramugara NAM Air, teridentifikasi 18 Januari 2021.
31. Athar Rizki Riawan (8), teridentifikasi 18 Januari 2021.
32. Gita Lestari (36), pramugari Sriwijaya Air, teridentifikasi 18 Januari 2021.
33. Fathima Ashalina (2), teridentifikasi 18 Januari 2021.
34. Rahmania Ekananda (39), teridentifikasi 18 Januari 2021.
35. Kolisun (37), teridentifikasi 19 Januari 2021.
36. Grislend Gloria Natalies (28), teridentifikasi 19 Januari 2021.
37. Faisal Rahman (30), teridentifikasi 19 Januari 2021.
38. Andi Syifa Kamila (26), teridentifikasi 19 Januari 2021.
39. Shinta (23), teridentifikasi 19 Januari 2021.
40. Mulyadi (39), teridentifikasi 19 Januari 2021.
41. Yulian Andhika, teridentifikasi 20 Januari 2021.
42. Ratih Windania, teridentifikasi 20 Januari 2021.
43. Teofilius Ura, teridentifikasi 20 Januari 2021.
44. Sevia Daro (24), teridentifikasi 21 Januari 2021.
45. Angga Fernanda Afrion (27), teridentifikasi 21 Januari 2021.
46. Rion Yogatama (29), teridentifikasi 21 Januari 2021.
47. Rusni (44), teridentifikasi 21 Januari 2021.
48. Yumna Fanisyatuzahra (3), teridentifikasi 22 Januari 2021.
49. Muhammad Nur Kholifatul Amin (46), teridentifikasi 22 Januari 2021.
50. Fazila Ammara (6), teridentifikasi 25 Januari 2021.
51. Sugiono Effendy (36), teridentifikasi 25 Januari 2021.
52. Yohanes (33), teridentifikasi 25 Januari 2021.
53. Nabila Anjani (11), teridentifikasi 25 Januari 2021.
54. Zurisya Zuar Zai (8), teridentifikasi 26 Januari 2021.
55. Umbu Kristin Zai (2), teridentifikasi 26 Januari 2021.
56. Afwan RZ (54), pilot Sriwijaya Air, teridentifikasi 29 Januari 2021.
57. Suyanto (40), teridentifikasi 29 Januari 2021.
58. Riyanto (32), teridentifikasi 29 Januari 2021.
59. Razanah (57), teridentifikasi 2 Maret 2021.

Sang Dewi Welas Asih

Memandikan Patung Jelang Imlek 2572

Merdeka.com 2021-02-04 10:31:34
Mencuci Patung Jelang Imlek 2572. ©2021 Liputan6.com/Faizal Fanani
Jemaat membersihkan patung yang ada di Vihara Amurva Bhumi, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka menyambut perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2572.
Jemaat membersihkan patung yang ada di Vihara Amurva Bhumi, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka menyambut perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2572.
Jemaat membersihkan patung yang ada di Vihara Amurva Bhumi, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka menyambut perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2572.
Jemaat membersihkan patung yang ada di Vihara Amurva Bhumi, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka menyambut perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2572.
Jemaat membersihkan patung yang ada di Vihara Amurva Bhumi, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka menyambut perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2572.
Jemaat membersihkan patung yang ada di Vihara Amurva Bhumi, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka menyambut perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2572.
Jemaat membersihkan patung yang ada di Vihara Amurva Bhumi, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka menyambut perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2572.
Suasana Vihara Amurva Bhumi yang sedang dibersihkan jemaat, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka menyambut perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2572.

Seperti Tak Ada Lagi Corona di China

Kepadatan Arus Mudik Tahun Baru Imlek di China

Merdeka.com 2021-01-30 15:05:00
Arus mudik di China jelang Imlek. ©STR/AFP
Ribuan penumpang menunggu kedatangan kereta di Stasiun Kereta Api Timur Hangzhou, Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, pada 28 Januari 2021. Warga China mulai melakukan perjalanan menuju kampung halaman untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Ribuan penumpang menunggu kedatangan kereta di Stasiun Kereta Api Timur Hangzhou, Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, pada 28 Januari 2021. Warga China mulai melakukan perjalanan menuju kampung halaman untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Penumpang tampak memakai masker saat menunggu kedatangan kereta di Stasiun Kereta Api Timur Hangzhou, Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, pada 28 Januari 2021. Warga China mulai melakukan perjalanan menuju kampung halaman untuk merayakan Tahun Baru Imlek.
Aktivitas penumpang saat menunggu kedatangan kereta di Stasiun Kereta Api Timur Hangzhou, Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, pada 28 Januari 2021. Warga China mulai melakukan perjalanan menuju kampung halaman untuk merayakan Tahun Baru Imlek.

Cambuk bagi Pasangan Gay

Ekspresi Pasangan Gay Meringis Kesakitan Saat Dicambuk 77 Kali di Aceh

Merdeka.com 2021-01-29 12:04:27
Pasangan gay dihukum cambuk di Aceh. ©CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP
Seorang pria meringis kesakitan saat menjalani hukuman cambuk dengan tuduhan melakukan hubungan seks sesama jenis atau gay di Banda Aceh, Aceh, pada 28 Januari 2021. Pasangan gay yang ditangkap di salah satu rumah kos pada November 2020 lalu harus menjalani hukuman cambuk masing-masing 77 kali.
Seorang pria menjalani hukuman cambuk dengan tuduhan melakukan hubungan gay di Banda Aceh, Aceh, pada 28 Januari 2021. Pasangan gay yang ditangkap di salah satu rumah kos pada November 2020 lalu harus menjalani hukuman cambuk masing-masing 77 kali.
Eksekusi hukuman cambuk pasangan gay ini dilakukan di depan umum. Selain pasangan gay, polisi syariah juga mengeksekusi pelanggar syariat dengan kasus minuman keras dan pasangan mesum.
Seorang pria meringis kesakitan saat menjalani hukuman cambuk dengan tuduhan melakukan hubungan gay di Banda Aceh, Aceh, pada 28 Januari 2021.
Seorang pria meringis kesakitan saat menjalani hukuman cambuk dengan tuduhan melakukan hubungan gay di Banda Aceh, Aceh, pada 28 Januari 2021.
Seorang pria menjalani hukuman cambuk dengan tuduhan melakukan hubungan gay di Banda Aceh, Aceh, pada 28 Januari 2021.
Seorang pria menjalani hukuman cambuk dengan tuduhan melakukan hubungan gay di Banda Aceh, Aceh, pada 28 Januari 2021.
Seorang pria tengah minum di sela menjalani hukuman cambuk dengan tuduhan melakukan hubungan gay di Banda Aceh, Aceh, pada 28 Januari 2021.

Sang Bidan Menembus Hutan

Kekuatan dari Alam Baduy

Merdeka.com 2021-01-29 14:10:00
Kampung Baduy kala pandemi. ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Langit di Desa Adat Baduy Luar, Lebak, Banten, siang itu sedang kelabu. Rintik hujan masih membasahi sebagian rumah dan tanah leluhur warga. Dari kejauhan, tampak tiga lelaki Baduy berjalan menuju rumah. Menenteng hasil bumi buah dan sayuran. Tidak langsung masuk ke dalam, mereka antre di depan kran bambu setinggi hampir 2 meter. Bergantian mencuci tangan dan kaki setelah seharian di ladang.

Setelah dirasa sudah bersih, tiga pria itu meletakkan hasil bumi di teras rumah. Kemudian beristirahat sambil bersenda gurau. Rona bahagia begitu terpancar. Tidak terlihat rasa lelah dari wajah mereka. Padahal siang itu hasil didapat belum sebaik hari sebelumnya. Semua tetap disyukuri.

Kampung Baduy kala pandemi ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Hasil hari itu memang untuk dinikmati bersama keluarga di rumah. Mereka ingin menjaga seluruh anggota keluarga tetap sehat. Apalagi cuaca sedang tak menentu dan dalam situasi pandemi Covid-19. Upaya menjalani protokol kesehatan memang menjadi prioritas yang harus dilakukan.

Semenjak pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada Maret 2020 lalu, Desa Adat Baduy termasuk paling aman. Bahkan bisa dikatakan 'Zero Covid-19' hingga sekarang.

Sebanyak 11.600 jiwa penduduk Baduy tinggal di Pegunungan Kendeng dengan luas 5.100 Ha. Mereka terbagi ke dalam 65 perkampungan. Meski begitu, upaya mencegah virus corona masuk ke dalam desa memang sudah terasa sejak di Tugu Selamat Datang daerah Ciboleger.

Bermacam peringatan bahaya corona itu terus disampaikan hingga ke Kampung Belilmbing, Kampung Morango sampai Kampung Gazebo. Selain itu, masyarakat Baduy memang ketat dalam menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan (3M) guna mencegah penularan virus corona.

Kampung Baduy kala pandemi ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Para tetua adat setempat bahkan turun tangan mengimbau masyarakat Baduy tidak ke luar daerah, terutama daerah zona merah penyebaran Covid-19. Kondisi ini berdampak besar sehingga menjadikan Baduy nol kasus Covid-19. Memang selama ini masyarakat Baduy lebih banyak di rumah dan ladang untuk mengembangkan pertanian.

Berada di tengah Desa Adat Baduy saat pandemi corona, suasana seakan masih normal. Hilir mudik warga masih beraktivitas biasa. Banyak warga adat berjalan dan berinteraksi sesama. Tidak ada rasa takut maupun canggung. Mereka tetap nyaman bersama meski sebagian besar tidak menggunakan masker.

Walau terlihat aman, masyarakat Baduy tetap sangat waspada. Apalagi di luar pemukiman Baduy Luar wilayah Ciboleger, terdapat warga positif covid-19. Jaraknya hanya sekitar 300 meter dekat pintu masuk desa adat. Tentu kondisi ini membuat mereka menjadi sangat berhati-hati.

Warga adat Baduy memang dikenal sebagai pekerja keras. Segala aktivitas mereka selalu selaras dengan alam sekitar. Semua selalu mengacu pada pada tradisi dari para leluhur. Sehingga menjadikan mereka orang yang sehat dan memiliki kekuatan fisik terbilang prima.

©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Berjalan kaki naik turun bukit untuk bercocok tanam di ladang menjadi hal biasa mereka lakukan. Jarak dari rumah ke ladang bisa lebih dari 3 kilometer. Semua ditempuh dengan jalan kaki. Kebiasaan ini merupakan salah satu yang membuat imunitas warga Baduy tergolong kuat.

"Imun mereka terbentuk dari kebiasaan sehari-hari, Satu keluarga (ibu, ayah, anak) setiap hari mereka berjalan lebih dari dua hingga tiga kilometer naik turun bukit untuk bekerja di ladang," ujar Bidan Pita dari Puskemas Cisimeut kepada merdeka.com, pekan lalu.


Kisah Ibu Bidan Pita

Sudah enam tahun Bidan Pita keluar masuk Kampung Baduy Luar dan Dalam. Dalam sehari dia bisa berjalan sampai 14 kilometer untuk berkeliling kampung untuk memantau kesehatan warga Baduy.

Selama musim corona, Bidan Prita selalu taat protokol kesehatan dalam menjalankan tugas. Dia tidak mau menjadi pembawa virus dan membuat warga Baduy terpapar. Sehingga mencoreng nama harum Baduy yang kini berpredikat nol kasus.

 Posyandu keliling di Baduy Luar ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Membawa beragam keperluan medis, dia kerap berjalan sendiri menyusuri banyak kampung di Baduy. Bertemu dengan ibu dan balita. Memastikan kesehatan mereka selalu dalam keadaan prima meski di tengah pandemi corona. Bersyukur sudah hampir setahun corona di Indonesia, semua pasiennya dalam keadaan sehat.

Harus diakui Bidan Prita, hutan di Pegunungan Kendeng memberi bermacam manfaat bagi kehidupan warga. Bukan hanya untuk tempat tinggal, kekayaan alam di sana diyakini mampu mengobati berbagai macam penyakit. Mulai dari madu, tanaman lokal tuak akar randu, kayu kigeulis, daun sirih, bunga koreje, tuak akar randu dan lain sebagainya. Semua hasil alam itu mereka memanfaatkan untuk mengobati beragam macam penyakit.

Para masyarakat Baduy pun tidak pernah khawatir kekurangan bahan pangan. Tradisi memakai lumbung untuk menyimpan padi dirasakan betul manfaatnya. Mereka mampu bertahan hidup panjang ke depan dengan pangan yang cukup. Ini juga menjadi bagian dari kearifan lokal di Desa Adat Baduy untuk menjaga ketahanan pangan.

Posyandu keliling di Baduy Luar ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Walau nol kasus covid-19, secara ekonomi masyarakat Baduy mulai terdampak. Sepinya wisatawan membuat mereka harus bersabar ekstra. Tentu ini posisi yang dilema. Tapi kesehatan menjadi paling utama bagi mereka sekarang.

Penurunan jumlah wisatawan menyebabkan penjualan produk budaya warga Baduy anjlok drastis. Seperti kain tenun, madu, tas baduy, dan beragam hasil karya dan alam warga Baduy lainnya. Kini sebagian besar warga Baduy justru lebih fokus kembali mengolah ladang untuk pemenuhan kebutuhan pangan mereka.

©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Baca juga:
Perjuangan Bidan saat Posyandu Keliling di Baduy Luar
Sembilan Bulan Pandemi Covid-19, Masyarakat Adat Baduy Nol Kasus
Warga Baduy sampai Sekarang Masih Terbebas Covid-19, Begini Kata Ketua Adat
Tak Ada Tiket, Anak Baduy Berkebutuhan Khusus Ini Diturunkan dari Kereta & Kelaparan
Coreng Citra Baduy, Tetua Adat Musnahkan Puluhan Liter Madu Palsu
Mengenal Tenun Baduy, Kain Khas Masyarakat Kanekes yang Kukuhkan Identitas Leluhur

Kerumunan di Pemakaman Pemimpin Yahudi

Suasana Pemakaman Pemimpin Spiritual Terkemuka Yahudi Saat Wabah Covid-19

Merdeka.com 2021-02-01 12:50:16
Suasana upacara pemakaman pemimpin spiritual Yahudi. ©2021 REUTERS/Ronen Zvulun
Penganut Ultra Ortodoks Yahudi memadati jalan saat mengambil bagian dalam upacara pemakaman seorang pemimpin spiritual Yahudi di tengah pembatasan sosial karena Covid-19 di Yerusalem (31/1/2021).
Ribuan umat Yahudi ultra-ortodoks di Israel turun ke jalan dan melanggar protokol kesehatan saat mereka menghadiri prosesi pemakaman seorang rabi terkemuka di Yerusalem pada Minggu (31/1/2021) lalu.
Diketahui Rabi Meshulam Dovid Soloveitchik wafat karena terpapar Covid-19.
Dia meninggal pada usia 99 tahun usai terpapar virus corona tahun lalu.
Rabi Meshulam Dovid Soloveitchik merupakan kepala Brisk Yeshiva di Yerusalem dan keturunan dari dinasti kerabian Soloveitchik.
Soloveitchik diakui sebagai orang yang memiliki pengaruh kuat di seluruh masyarakat ultra-Ortodoks Israel.