Hari itu, 28 Februari 2020, sebuah tembakan terdengar setelah seorang biarawati berjalan menuju para pasukan keamanan dengan perisai dan alat pelindung lainnya. Tak lama, dia berlutut di hadapan para polisi tersebut.
Dia memohon agar polisi berhenti menembak para demonstran, yang telah berhari-hari turun ke jalan, menentang kudeta militer Myanmar. Sembari berurai air mata dia memohon agar polisi berhenti menggunakan kekerasan.
Gambar biarawati yang diketahui bernama Ann Roza Nu Tawng (45) itu viral di media sosial. Gambar pertama kali dibagikan Uskup Agung Katolik Roma, Kardinal Charles Maung Bo asal Yangon melalui akun Twitternya.
Aksi berani Suster Ann berlangsung di Myitkyina, Negara Bagian Kachin, memohon kepada polisi dan anggota militer agar tak menembak.
Kepada Sky News dia mengatakan, saat itu dia pikir dia akan mati. Tapi dia memang telah bersiap mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan yang lain.
“Pada hari Minggu, saya berada di klinik. Saya memberi perawatan hari itu karena klinik lain tutup. Saya melihat sekelompok orang berjalan. Mereka berunjuk rasa,” ceritanya, dikutip dari Sky News, Minggu (7/3).
“Tiba-tiba saya lihat polisi, militer, dan meriam air menyusul para pengunjuk rasa. Kemudian mereka mengeluarkan tembakan dan mulai memukul para pengunjuk rasa. Saya terkejut dan saya pikir hari ini adalah hari saya akan mati. Saya memutuskan untuk mati,” lanjutnya.
“Saya meminta dan memohon pada mereka agar tak melakukannya dan saya bilang ke mereka para pengunjuk rasa tak melakukan kejahatan apapun.”
Saat itu, Ann mengatakan dia menangis seperti orang gila.
“Saya seperti induk ayam yang melindungi anak-anaknya.”
Saya tidak takut
Dia kemudian berlari menuju aparat yang sedang memukuli para demonstran, di depan klinik. Dia merasa saat itu seperti perang.
“Saya pikir lebih baik saya yang mati daripada banyak orang,” kisahnya.
Dia pun menangis dengan keras. Dia bertujuan membantu orang-orang agar bisa melarikan diri dan bebas berunjuk rasa serta menghentikan pasukan keamanan. Suster Ann juga meminta aparat berhenti menangkap orang-orang.
“Saya memohon pada mereka. Saat itu saya tidak takut.”
“Jika saya takut dan lari, orang-orang akan berada dalam bahaya. Saya tidak takut sama sekali. Saya memikirkan gadis dari Naypyitaw itu dan satu orang lagi dari Mandalay.”
“Saya memikirkan jiwa-jiwa yang telah gugur dari negara ini. Saya khawatir apa yang akan terjadi terhadap warga Myitkyina.”
Ketika pasukan keamanan sampai di bawah pohon beringin, Suster Ann berseru kepada mereka dan mengatakan: “Tolong bunuh saya. Saya tidak ingin melihat orang-orang dibunuh.”
“Saya menangis dengan keras dan mereka berhenti sejenak,” ujarnya.
Salah seorang anggota mendatanginya dan mengatakan: “Saudara, jangan terlalu khawatir, kami tak akan menembak mereka.”
Ann kemudian mengatakan kepada anggota tersebut: “Mereka juga bisa dibunuh dengan senjata lain. Jangan tembak mereka. Mereka hanya pengunjuk rasa.”
Dia tak yakin aparat tak akan menembak para demonstran, karena di tempat lain dia melihat aparat menembak mati orang-orang.
Bukan pelindung rakyat
Dia kemudian membawa seorang pengunjuk rasa ke klinik dan mengobatinya. Polisi hampir menangkap seorang pengunjuk rasa saat dia terjatuh.
“Saya menghentikan polisi itu dan meminta mereka jangan melanjutkan. Itulah mengapa mereka tidak melakukannya. Jika tidak, mereka akan menangkap dan menyeretnya dari sana.”
“Saya merasa mereka (militer) bukanlah pelindung rakyat seperti apa yang telah Anda saksikan apa yang terjadi terhadap rakyat. Rakyat tidak aman dan ada penangkapan brutal.”
Dia mengaku sedih melihat video yang menunjukkan seorang ibu menangis di dekat jasad anaknya yang masih muda. Dia juga melihat sebuah ambulans dirusak dan petugas medis dipukul dengan senjata.
“Mereka seharusnya melindungi kami tapi rakyat kami harus menyelamatkan diri sendiri. Ini tidak aman. Mereka (pasukan keamanan) menangkap dan memukul orang-orang yang mereka tidak sukai. Mereka membunuhnya.”
“Tak ada yang melindungi rakyat Myanmar. Orang-orang harus menyelamatkan diri sendiri dan saling menolong.”
Baca juga:
Delapan Polisi Myanmar Tolak Perintah Atasan, Kabur ke India Minta Perlindungan
Aparat Myanmar Bongkar Makam Kyal Sin “Everything Will Be OK” & Autopsi Jasadnya
Demonstran Myanmar Bentangkan Jemuran Kain untuk Lindungi Diri dari Aparat
Aksi Polisi Myanmar Pukuli Pengunjuk Rasa Antikudeta
Revolusi Bergolak di Myanmar dan Kaum Perempuan Berada di Garis Paling Depan
CEK FAKTA: Hoaks Pasukan Keamanan PBB dan AS Siap Perang Melawan Militer Myanmar
Tentara & Polisi Myanmar Ancam Demonstran Lewat TikTok, "Saya Akan Tembak Siapa Saja"