Moeldoko mencium tangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang saat itu masih menjabat Presiden. Mengenakan batik abu-abu, Moeldoko membungkuk dan mencium tangan kanan SBY. Wajahnya semringah, senyumnya lebar. SBY yang memakai kemeja kotak-kotak ikut memberikan senyumnya.
Peristiwa itu terekam lensa kamera fotografer kepresidenan. Foto yang disebut-sebut diambil 6 September 2014 di Istana Bogor pukul 21.09 WIB dibagikan akun twitter @baor23. Staf Pribadi SBY, Ossy Dermawan mengatakan, momen itu terjadi saat Moeldoko selaku Panglima TNI melaksanakan laporan rutin ke Presiden. "Detailnya harus kita lihat di berkas," kata Ossy kepada merdeka.com, semalam.
Foto momentum itu kembali menjadi bahan perbincangan hangat di jagat media sosial. Setidaknya beberapa hari terakhir. Setelah Moeldoko tampil mengenakan jaket Partai Demokrat dan hadir dalam Kongres Luar Biasa di Deli Serdang, Sumatera Utara, akhir pekan lalu. Pengukuhan Moeldoko menjadi Ketua Umum Partai Demokrat dalam KLB itu membuat panas keluarga Cikeas. SBY turun gunung usai mengetahui nama mantan anak buahnya ada dalam pusaran perebutan kursi ketua umum Demokrat dari putra pertamanya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Pada hari KLB diselenggarakan, Jumat (5/3), SBY kembali tampil ke hadapan publik. Dia menggelar jumpa pers di Cikeas, Bogor. Raut wajahnya serius. Meluapkan kekesalan dan kekecewaan. Tak terima melihat partai yang dibesarkan diobok-obok mantan bawahannya dan sekelompok kader pecatan. Presiden ke-6 RI menyebut hari itu sebagai 'Hari Berkabung' untuk Demokrat dan demokrasi. SBY juga menyebut Moeldoko memalukan prajurit TNI yang seharusnya berjiwa ksatria. Terlontar ungkapan penyesalan pernah memberikan tongkat Panglima TNI kepada Moeldoko. Karir moncer peraih Adhi Makayasa Akademi ABRI (Akabri) itu tak lepas dari peran SBY. SBY yang memilih Moeldoko sebagai Kasad dan Panglima TNI. Moeldoko mengalahkan Letjen (Purn) M Munir, lulusan Akmil 1983. Padahal, Munir memiliki kedekatan pribadi dengan SBY. Munir pernah menjadi ajudan presiden periode 2004-2009. Namun, SBY jatuh hati pada Moeldoko. Kini kemesraan itu berubah jadi prahara. Moeldoko ada di dalam barisan yang menabuh genderang 'perang' melawan Demokrat dan SBY. Rencana pengambilalihan Partai Demokrat pertama kali dibongkar oleh sang ketua umum AHY sebulan lalu. AHY menyebut keterlibatan pejabat di lingkaran Istana, dalam konflik internal partainya. Nama Moeldoko muncul. Tapi tidak keluar dari pernyataan AHY. Moeldoko bereaksi. Dia membantah tak terlibat dalam gerakan melengserkan kepemimpinan Demokrat yang sah. Dia balik memperingatkan AHY agar tidak mengaitkan masalah ini ke Presiden Jokowi. Penyebabnya, AHY mengirim surat ke Jokowi untuk mengadukan ulah Moeldoko itu. Moeldoko pasang badan. Menyebut masalah ini urusan pribadinya. Dalam persoalan politik, Moeldoko menanggalkan atribut kepala staf kepresidenan (KSP). "Jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, enggak tahu apa-apa dalam hal ini, dalam isu ini, jadi itu urusan saya Moeldoko ini bukan selaku KSP," tegas Moeldoko. Saat itu, Moeldoko tidak mau ikut campur dalam masalah internal Demokrat. Pernyataannya itu merespons kritik keras SBY atas manuvernya mendongkel AHY. "Jadi janganlah menekan-nekan saya. Saya diam, jangan menekan-nekan dan saya ingin mengingatkan semuanya ya. Saya ingin mengingatkan, karena saya bisa sangat mungkin melakukan apa itu langkah-langkah yang saya yakini," ungkap Moeldoko. Meski demikian, Moeldoko tak membantah pernah menemui sejumlah kader Demokrat. Namun, dia menyebut pertemuan itu hanya sebatas 'ngopi' bareng. Membahas joke ringan, seni juga olah raga. Moeldoko kerap menerima tamu ke kediamannya. Termasuk beberapa kader Demokrat. Moeldoko mengaku mendengarkan curhat mereka terkait situasi internal partai Demokrat. "Saya sebenarnya prihatin dengan situasi itu. Karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat. Terus muncullah isu itu dan seterusnya," kata Moeldoko. KLB Kukuhkan Moeldoko Sebagai Ketum Sebulan berselang, KLB Partai Demokrat digelar di Deli Serdang. Tepatnya Jumat, 5 Maret 2021. Sebanyak 1.200 orang dan 32 DPC Demokrat diklaim hadir dalam acara yang disebut-sebut ilegal ini. Eks politikus Demokrat HM Darmizal MS mengatakan, Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sudah terlambat untuk mendekati Ketua DPD dan DPC. Sebab, dia mengklaim sebagian besar Ketua DPD dan Ketua DPC sudah menyampaikan kesediaannya hadir dalam KLB. "Terlambat dalam melakukan upaya pendekatan kepada DPD dan DPC. KLB sudah di depan pintu. Nasi sudah jadi bubur. Mereka tidak perlu menyesalinya," jelasnya. Melalui hasil voting berdiri, Moeldoko dipilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang. Saat itu, Moeldoko masih berada di Jakarta. Dia terlihat melakukan salat jumat di lingkungan kantor staf kepresidenan. Melalui sambungan telepon, Moeldoko menyampaikan pesan kepada Jhoni Allen yang memimpin KLB Deli Serdang. Dia bersedia menjadi ketum Partai Demokrat. "Dengan demikian saya menghargai dan menghormati permintaan saudara untuk kita terima menjadi ketua umum," kata Moeldoko. Pidato Politik Moeldoko Moeldoko terbang ke Deli Serdang. Sebelumnya di kalangan wartawan sudah beredar foto tiket penerbangan Moeldoko. Tiba di lokasi KLB, Moeldoko mengenakan jaket biru milik Partai demokrat. Dia berjalan ke atas podium. Dengan senyum khasnya, Moeldoko memberikan pidato politik pertamanya sebagai Ketum versi KLB Deli Serdang. Moeldoko meyakini tidak memiliki kekuatan untuk memaksa para kader Partai Demokrat memilih dirinya jadi ketua umum. "Saya sama sekali tidak punya kekuatan untuk memaksa saudara-saudara untuk memilih saya, tapi semua lahir dari sebuah keyakinan," kata Moeldoko. Namun Moeldoko tak menolak diangkat menjadi Ketua Umum Demokrat versi KLB. Saat itu juga Moeldoko langsung memasang target membawa partai berlambang bintang mercy ini kembali meraih kejayaan seperti di Pemilu tahun 2004 dan 2009. "Saya mengajak seluruh kader Demokrat dari Sabang sampai Merauke. Lalu, dari Miangas sampai Pulau Rote untuk sama-sama berjuang dan meraih kejayaan. Tidak ada yang tertinggal dan semuanya bersatu padu. Kita ajak semua karena ini rumah kita bersama," kata Moeldoko. Menurutnya, pengalaman yang dimiliki seluruh kader bisa membawa Partai Demokrat kembali meraih kesuksesan di kancah politik Indonesia. Dia lantas bicara mengenai kekutan seorang pemimpin partai politik. Kekuatan itu sepenuhnya berada di tangan kader partainya. Sebagaimana keberhasilannya mendongkel Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) versi KLB Deli Serdang. "Kalau saya berbicara tentang leadership, kekuatan seorang panglima ada di pundak para komandan-komandan lapangan seperti kalian semuanya. Panglima tidak ada artinya kalau tidak memiliki prajurit-prajurit yang tangguh," tuturnya. Menurutnya, seorang pemimpin partai politik harus dapat memberikan kekuatan kepada anak buahnya. Bukan sebaliknya, mengecilkan kader-kader partainya. "Jangan lupa, seorang pemimpin, tugasnya adalah memberikan kekuatan kepada komandan-komandan lapangannya. Itu pemimpin. Bukan malah mengecilkan bawahannya, bukan. Itulah pemimpin yang memberikan kekuatan dan energi yang luar biasa kepada bawahannya," jelasnya. "Berikutnya, saya mengapresiasi atas permintaan kalian. Kalian telah meminta saya untuk menjadi Ketum Demokrat, untuk itu saya sungguh mengapresiasi, terima kasih," tutupnya.