Peluru Kopassus Saat Perang

Berapa Banyak Peluru Yang Dibawa Prajurit Kopassus TNI AD Saat Bertempur?

Merdeka.com 2019-07-11 07:10:00
kopassus. ©2019 Istimewa

Dalam setiap pertempuran, peluru atau amunisi sangat diperlukan prajurit TNI untuk menghancurkan lawan. Lalu berapa banyak peluru yang dibawa seorang prajurit Kopassus TNI AD ke medan tempur?

Jumlahnya ternyata beragam. Berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan misi yang diemban.

Berikut beberapa contoh bekal peluru yang dibawa saat prajurit TNI bertempur:


750 Butir Saat Merebut Dili

Komandan Nanggala V/Kopasandha Letkol Inf Soegito diterjunkan untuk merebut Dili. Perwira Kopassus itu diserahi tiga sasaran penting: Bandara Dili, pelabuhan dan pusat pemerintahan tanggal 7 Desember 1975.

Pasukan baret merah itu dilengkapi dengan parasut utama T-10 dan senapan serbu AK-47. Setiap orang menerima 750 butir peluru kaliber 7,62 mm. Mereka juga membawa dua buah granat, ransum tempur untuk tiga hari. Para personel juga membawa ransel berisi baju loreng, baju kaos, sepatu lapangan dan topi rimba.

Letkol Soegito membawa senapan AK-47 dengan popor lipat. Karena perokok berat, Soegito memilih meninggalkan 100 butir peluru dan menggantinya dengan empat slof rokok demikian ditulis dalam biografi 'Letjen (Purn) Soegito: Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen', yang ditulis Beny Adrian dan diterbitkan PT Gramedia, Jakarta.

Bekal dan 750 butir peluru itu dialokasikan untuk tiga hari pertempuran. Target mereka, seluruh sasaran harus dikuasai sebelum tiga hari. Atau kalau perlu merebut amunisi dan makanan dari musuh.


10 butir Peluru

Jenderal Agum Gumelar mengisahkan penugasannya di Timor-Timur tahun 1982-1983.

Saat itu Agum menemui pemimpin Fretilin Vincencio Vieras yang bersarang di Gunung Kablaque. Agum ingin menggunakan cara persuasif mengajak Vincencio untuk meletakan senjata dan kembali ke masyarakat. Dia mengaku selalu menggunakan cara persuasif untuk mengajak para gerilyawan fretilin.

Kisah ini dituturkan Agum dalam biografinya yang berjudul Jenderal Bersenjata Nurani. Diterbitkan Pustaka Sinar Harapan tahun 2004.

Tak cuma itu, Agum pun tak mengizinkan anak buahnya membawa senjata, granat dan amunisi yang banyak. Menurutnya hal itu tak berguna dan malah menciptakan kesan menakutkan bagi warga desa.

Setiap prajurit hanya dibekali 10 butir peluru. Selesai patroli dicek lagi berapa jumlah peluru yang terpakai.

"Karena sebagai pasukan khusus, satu peluru itu ya satu nyawa," kata Agum.


Tak Satu Butir Pun

Dalam sebuah misi, kadang malah prajurit Kopassus tak membawa senjata dan peluru. Kisah ini diceritakan seorang perwira Kopassus yang mendapat tugas masuk ke sarang GAM.

Dia tak membawa senjata dan satu butir peluru pun. Masuk ke pedalaman jauh ke daerah yang saat itu merupakan basis Gerakan Aceh Merdeka. Tujuannya membujuk sekelompok pengikut GAM menyerah.

Untuk menunjukkan itikad baik, dia tak membawa senjata. Hal ini sangat berisiko, namun cara tersebut harus tetap ditempuh.

Upayanya tak sia-sia. Dia berhasil membujuk kelompok GAM itu untuk turun gunung dan kembali ke pangkuan NKRI. Kadang untuk mengalahkan musuh, tak perlu satu butir peluru pun meletus.

Memburu Pembantai Muslim Bosnia

Operasi Rahasia Navy SEAL & SAS Memburu Jenderal Pembantai Muslim Bosnia

Merdeka.com 2020-04-28 03:15:00
US Navy Seal. ©2017 Merdeka.com

Sebuah pesawat angkut C-17 mendarat di Pangkalan Angkatan Udara AS di Tuzla Bosnia tahun 1997. Mereka menurunkan sebuah kontainer di sana.

Tak ada yang tahu, kontainer yang dirancang khusus itu sebenarnya berisi para personel Navy SEAL. Pasukan elite itu sengaja disusupkan agar tak terdeteksi Rusia dan sekutunya di kawasan Balkan. Negara-negara pecahan Yugoslavia itu baru saja melewati tragedi genosida paling mengerikan beberapa tahun sebelumnya.

Para personel Navy SEAL bergabung dengan koleganya dari Inggris, Special Air Services (SAS) untuk sebuah operasi rahasia di bawah NATO. Misi mereka di Bosnia tidak main-main. Meringkus tiga penjahat perang yang membantai ribuan Muslim Bosnia untuk diadili di Den Haag.

Pertama adalah Jenderal Radislav Krstic. Kepala Staf Korps Drina pasukan Srpska yang membunuh 8.000 Muslim Bosnia di Srebrenica pada bulan Juli 1995. Lalu ada Simo Drljaca, komandan polisi khusus kawasan Prijador. Ketiga adalah Milan Kovacevic, pejabat bidang kesehatan yang bertanggung jawab atas pembersihan etnis dan camp kematian.


Ditembak di Danau

Pasukan gabungan Navy SEAL dan SAS menempati sebuah rumah yang dijadikan markas rahasia di pinggir Kota Prijador. Mereka terus mengintai ketiga target dengan sebuah pesawat tanpa awak.

Simo, Milan dan Jenderal Krstic dikawal dengan ketat oleh para pengawal bersenjata. Tidak mudah untuk menculik mereka di kediaman masing-masing.

Lewat pengintaian berkali-kali, pasukan elite itu mulai menemukan titik terang. Simo suka memancing di danau. Dia tak pernah dikawal saat menjalankan hobinya. Biasanya hanya ditemani anak atau saudaranya.

Sementara Milan hanya menempatkan pengawal hingga lobi rumah sakit. Ruang kerjanya tak pernah dikawal.

Pasukan gabungan kemudian membagi tugas dan rencana operasi. Tim A bertugas menangkap Simo di danau pribadi miliknya saat dia memancing. Sementara Tim B akan bergerak ke rumah sakit.

Tanggal 10 Juli 1997 kedua tim bergerak serentak menuju target masing-masing. Tim Navy Seal dan SAS mendekati danau tanpa ketahuan. Mereka berhasil menjebak Simo. Namun mantan kepala polisi yang kejam ini menolak menyerah.

Dia mencabut pistolnya. Baku tembak tak terelakan, Simo tertembak dan tewas di tempat. Jenazahnya segera diangkut helikopter ke Pusat Operasi di Tuzla.


Aksi Pasukan Elite di RS

Sementara itu Tim B, bertugas menangkap Milan Kovacevic di ruang kerjanya di rumah sakit. Aksi ini persis seperti dalam film action. Mereka menyamar menggunakan sebuah mobil van yang ditempeli logo palang merah internasional.

Untuk mengelabui pasukan Serbia yang berjaga di jalan, mereka mengaku membawa obat-obatan dari bantuan internasional.

Para personel SEAL dan SAS ini sempat tertahan di lobi rumah sakit. Resepsionis wanita awalnya menolak mereka masuk ke ruangan Milan. Sementara pengawal Milan mengawasi mereka dengan ketat.

"Kami butuh tanda tangan dari Kovacevic. Kalau anda tak izinkan kami masuk, kami akan bawa obat-obatan ini pergi sekarang juga," gertak seorang anggota SAS. 

Gertakan itu berhasil. Mereka diizinkan masuk ke ruangan Milan. Penjahat perang itu tengah duduk seorang diri di dalam. Tanpa kesulitan berarti Tim B berhasil membius dan membawanya kabur lewat pintu belakang RS. Seluruh operasi berjalan dengan sukses.

Sementara itu pejabat NATO dalam laporan resminya hanya menyebut Simo Drljaca melepaskan tembakan saat bertemu pasukan perdamaian. Sebagai upaya 'membela diri', Simo terpaksa dilumpuhkan. Sementara itu dalam operasi terpisah, Direktur RS Prijedor Milan Kovacevic, ditahan tanpa melalui kekerasan. Demikian dikutip New York Times.


Menangkap Jenderal Radislav Krstic

Misi terakhir menangkap Jenderal Radislav Krstic ini yang paling sulit. Pengawalan terhadapnya paling ketat. Laporan intelijen Rumah Krstic dilindungi oleh ranjau dan memiliki banyak pintu untuk meloloskan diri. 

Pasukan AS dan Inggris harus menunggu satu tahun untuk menangkapnya hidup-hidup. Kesempatan emas itu datang saat Krstic hendak mengunjungi rekan bisnisnya. Dia hanya menggunakan satu mobil dan sama sekali tak dikawal. Hanya didampingi seorang sopir.

Tim segera bergerak. Tanpa kesulitan berarti, mobil Krstic berhasil dicegat.  Si Penjagal Srebrenica ini akhirnya berhasil ditangkap.

CBS melaporkan satu unit pasukan komando ini berhasil mengepung mobil Kristic dan menangkapnya tanpa menembakkan sebutir peluru pun. Dari Bosnia, Kristic langsung diterbangkan keesokan harinya ke Den Haag untuk menghadapi pengadilan internasional.

Pengadilan Internasional Untuk Kejahatan Perang Yugoslavia menyatakan dia bersalah atas genosida yang menewaskan 7.000-8.000 Muslim Bosnia di Srebrenica. Krstic diganjar hukuman 35 tahun penjara pada tahun 2001.

Sementara Milan Kovacevic meninggal di dalam tahanan tahun 1998 saat kasusnya belum disidangkan.

Baca juga:
Azan Berkumandang di Minnesota Amerika, Pertama Kali Saat Ramadan
Pemimpin Besar dengan Baju Bertambal 12 di Gerbang Kota Madinah
Kisah Buya Hamka Tolak Pangkat Mayor Jenderal & Dubes Arab Saudi Demi Dakwah
Azan Terakhir Bilal yang Membuat Semua Orang Menangis
Kisah Jujurnya Pemimpin Negeri Muslim Takut Makan Suap Walau Sebutir Apel
Kisah Kejujuran Gadis Penjual Susu Hingga Dinikahkan dengan Putera Khalifah

Pasukan Misterius TNI AL

Aksi Penyerbuan Kopaska dalam Latihan Peperangan Laut Khusus

Merdeka.com 2020-06-23 13:39:13
Latihan Peperangan Laut Khusus Koarmada I. ©2020 Merdeka.com/Imam Buhori
Prajurit Satuan Komando Pasukan Katak (Sat Kopaska) TNI AL melakukan penyusupan ke garis depan penyerbuan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6). Kegiatan tersebut merupakan bagian dari Latihan Peperangan Laut Khusus guna meningkatkan profesionalisme prajurit Satkopaska Koarmada I dalam menjaga NKRI.
Aksi prajurit Sat Kopaska TNI AL terjun payung saat melakukan penyusupan ke garis depan penyerbuan dalam latihan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6).
Panglima Koarmada I, Laksamana Muda TNI Ahmadi Heri Purwono (tengah) didampingi Komandan Sat Kopaska TNI AL, Kolonel Laut (P) Johan Wahyudi (baret merah) meninjau Latihan Peperangan Laut Khusus di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6).
Prajurit Sat Kopaska TNI AL melakukan penyusupan ke garis depan penyerbuan dalam latihan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6).
Aksi prajurit Sat Kopaska TNI AL terjun payung saat melakukan penyusupan ke garis depan penyerbuan dalam latihan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6).
Prajurit Sat Kopaska TNI AL melakukan penyusupan ke garis depan penyerbuan dalam latihan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6).
Aksi prajurit Sat Kopaska TNI AL terjun payung saat melakukan penyusupan ke garis depan penyerbuan dalam latihan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6).
Prajurit Sat Kopaska TNI AL melakukan penyusupan ke garis depan penyerbuan dalam latihan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6).
Aksi prajurit Sat Kopaska TNI AL terjun payung saat melakukan penyusupan ke garis depan penyerbuan dalam latihan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6).
Prajurit Sat Kopaska TNI AL melakukan penyusupan ke garis depan penyerbuan dalam latihan di Kompleks Dermaga Pondok Dayung Koarmada I, Jakarta, Selasa (23/6).

Operasi Senyap Kopassus Akhiri Penyanderaan

Cerita Operasi Senyap 13 Kopassus-Raider Serang KKB

Merdeka.com 2021-03-21 20:24:45
TNI di Papua. ©Puspen TNI

Kabut masih menyelimuti area Camp Kimbely, Tembagapura, Papua. Jam di tangan para prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD itu menunjukkan pukul 07.00 WIT, Jumat (17/11).

Sudah sekitar dua hari 13 anggota Pasukan Khusus menyusup ke daerah sasaran dengan senyap. Terus berkoordinasi dengan Posko di Kodam Cendrawasih, menunggu waktu yang tepat untuk melakukan serangan.

13 Anggota Kopassus dan 30 pasukan elite Batalyon 751 Raider ditugaskan untuk merebut Camp Kimbely. Sementara 2 tim Peleton Intai Tempur Kostrad atau Tontaipur kebagian jatah menghabisi kelompok separatis di Dusun Binti.

Operasi itu juga didukung pasukan Yonif 754/EMK yang bertugas menyekat dan mengamankan ring luar.

Sementara itu secara terus menerus pergerakan kelompok kriminal bersenjata (KKB) dipantau oleh pesawat pengintai tanpa awak TNI AU dan Satuan Radar 243. Mereka terus menyuplai informasi kedudukan lawan pada pasukan darat tersebut.

Tepat pada jam 'J' terdengar ledakan dan tembakan sniper. Anggota Kopassus membuka serangan kilat pada kelompok bersenjata yang berkumpul di dekat kandang babi. Begitu juga pasukan Raider dan Tontaipur langsung menyerang target yang telah ditentukan.

"Kurang dari dua jam semua target sudah berhasil dikuasai," kata Kapendam Cendrawasih Kolonel Muhammad Aidi saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (17/11) malam.

Kolonel Aidi menyebut dari pengamatan pasukan dan informasi intelijen ada 35 orang lawan yang menggunakan senjata api. Sementara 150 anggota kelompok bersenjata lain menggunakan senjata tradisional seperti panah, tombak dan belati.

"Mereka langsung kocar kacir dan melarikan diri ke hutan begitu ada serangan. Tapi masih terjadi kontak senjata terus," tambahnya.

Anggota kelompok itu juga diduga membawa serta rekan mereka yang tewas atau terluka masuk hutan.

"Kita belum pastikan korban di pihak lawan. Tapi di pihak kita dan warga tak ada korban," kata perwira Kopassus ini.

Namun pasukan TNI tak melakukan pengejaran karena fokus pada misi menyelamatkan warga sipil. Setelah kondisi dirasa aman, pasukan elite itu segera mengontak Tim Satgas Evakuasi untuk membawa keluar warga sipil dari area Kimbely dan Dusun Binti. Saat itu Tim Kopassus, Raider dan Tontaipur masih terus berjaga di lokasi.

Namun sesekali anggota kelompok bersenjata masih menembaki rombongan yang masuk tersebut.

"Masuk tim evakuasi yang dipimpin Kapolda Papua. Situasi saat itu masih diwarnai tembak menembak. Tapi langsung dikejar oleh pasukan dan berhasil dihentikan," kata Kolonel Aidi.

Sementara itu Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Pol Rikwanto menyebut tim evakuasi yang dipimpin Dansat Brimob Papua masuk ke lokasi sekitar pukul 09.30 WIT.

Asops Kapolri Irjen Pol M Iriawan dan Kapolda Papua Irjen Pol Boy Rafli Amar ikut dalam tim itu.

"Pukul 11.00 WIT proses evakuasi sandera berjalan sampai pukul 12.00 WIT, namun terjadi penembakan oleh pihak KKB. Proses evakuasi tetap berjalan secara bertahap," katanya.

Dari laporan yang diterimanya, Rikwanto menuturkan bahwa rombongan pertama masyarakat yang berhasil dievakuasi telah sampai di Mapolsek Tembagapura dengan selamat.

Jumlah warga yang berhasil dievakuasi oleh satgas gabungan adalah 344 warga dengan rincian dari Kampung Kimbely sebanyak 104 laki-laki, 32 perempuan dan 14 anak-anak serta dari Kampung Longsoran sebanyak 153 laki-laki (satu di antaranya orang asli Papua), 31 perempuan dan 10 anak-anak.

Secara keseluruhan misi berjalan dengan sukses. Bravo TNI dan Polri!

Kopassus vs Pasukan Elite Inggris

Pertempuran Kopassus dan Pasukan Elite Inggris di Kalimantan

Merdeka.com 2021-03-21 19:34:18
Aksi Prajurit Kopassus. ©Liputan6.com/Faizal Fanani

Banyak cerita menarik seputar Komando Pasukan Khusus TNI AD. Seperti soal operasi militer dan sejarah pasukan elite ini.

Tahun 1963 Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia. Presiden Soekarno memerintahkan Panglima TNI menggelar Operasi Dwikora untuk menggagalkan pembentukan negara Malaysia.

Tidak ada pernyataan perang resmi seperti saat operasi militer Trikora merebut Irian Barat. Karena itu TNI tidak mengirim pasukan secara terbuka. Mereka mengirim gerilyawan-gerilyawan untuk membantu Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) yang berperang melawan pemerintah Malaysia.

Walau disebut gerilyawan, sebagian besar anggotanya justru pasukan elite TNI. Seperti Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang disebut Kopassus. Selain itu ada juga Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dari TNI AU. Seragam TNI diganti dengan seragam hijau TNKU. Identitas mereka pun dipalsukan untuk menghapus jejak keterlibatan Indonesia.

"Semua identitas TNI dicabut. Jangan sampai ketahuan kami pasukan TNI. Kami dibuatkan identitas baru, pokoknya kelahiran Kalimantan. Pakaian TNKU hijau-hijau dengan topi rimba," kata Nadi, seorang bintara mantan anggota RPKAD saat berbincang dengan merdeka.com.

Tugas gerilyawan ini mengganggu perbatasan di sepanjang Sabah dan Serawak. Mereka juga bertugas melatih warga Kalimantan Utara tata cara bertempur.

Pasukan Malaysia yang terdesak kemudian meminta bantuan inggris. Tidak tanggung-tanggung Inggris langsung mengirim sekitar satu batalyon pasukan komando Special Air Services (SAS). Inilah pasukan elite terbaik Inggris yang reputasinya melegenda ke seluruh dunia. Inggris juga mengirim pasukan Gurkha dan SAS tambahan dari Selandia baru dan Malaysia.

Komandan Pasukan Inggris di Malaya, Mayor Jenderal Walter Walker merasa perlu mendatangkan SAS karena merasa hanya pasukan elitee ini yang bisa membendung pasukan gerilya asal Indonesia. Walker tak mau jatuh korban lebih banyak di kalangan Inggris.

Pertempuran antara SAS dan Gurkha melawan gerilyawan TNKU berlangsung seru. Lebatnya rimba Kalimantan menjadi saksi pertempuran yang tak pernah diberitakan media tersebut. Kadang pasukan Inggris mengalahkan gerilyawan TNKU dalam pertempuran. Kadang gerilyawan TNKU yang memukul pasukan SAS dan Gurkha. Sulit untuk mencatat secara pasti data-data pertempuran.

Dalam sebuah pertempuran di Kampung Sakilkilo tanggal 10 Juli 1964, tercatat TNKU meraih kemenangan. Saat itu dua peleton Gurkha melawan satu peleton TNKU. Dalam serangan tersebut, TNKU berhasil menewaskan 20 orang Gurkha tanpa satu pun korban jatuh di pasukan gerilyawan.

Dalam sebuah misi yang lain, kepala Komandan Pasukan Gerilya Mayor Benny Moerdani sempat dibidik penembak jitu SAS. Untungnya SAS tak jadi melakukan tembakan. Kalau gugur di Serawak, tentu Benny kemudian tak akan jadi Panglima ABRI di kemudian hari.

Pasukan Indonesia pun sempat menangkap prajurit SAS dalam sebuah pertempuran. Rencananya tawanan ini akan dibawa ke Jakarta sebagai bukti ada keterlibatan Inggris. Namun karena sulitnya medan, tawanan ini keburu tewas di jalan.

Dari pertempuran di Kalimantan ini pula kemudian SAS belajar mengembangkan taktik gerilya bertempur di hutan. Kalau tak pernah berhadapan dengan pasukan elite Indonesia, mereka tak akan punya taktik ini.

Kopaska Ajari Navy Seal

Saat Kopaska Ajari Navy Seal Bikin Jebakan dari Akar Pohon

Merdeka.com 2021-03-21 19:30:56
Latihan Peperangan Laut Khusus Koarmada I. ©2020 Merdeka.com/Imam Buhori

Kopaska adalah pasukan elite spesialis misi bawah air. Pasukan khusus dengan kemampuan tempur di atas rata-rata. Mulai dari demolisi bawah air, sabotase, pembebasan sandera, pengawalan VIP, gerilya dan antigerilya, terjun bebas, penyapu ranjau hingga intelijen.

Tepat jika disebut Kopaska adalah Navy Sealnya Indonesia.

Karena kecocokan itu, Navy Seal dan Kopaska rutin menggelar latihan bersama. Sudah berkali-kali dua pasukan elite ini berlatih bersama dalam latihan berjudul Flash Iron. Kisah ini ditulis dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska.

Latihan pun disimulasikan seperti pertempuran sungguhan. Lengkap dengan peluru tajam. Sedangkan materi latihan bersama beragam mulai mengatasi pembajakan, perang hutan, hingga terjun bebas dan mendarat ke laut.

Navy Seal pun merasa perlu mempelajari beberapa taktik dari saudaranya jauhnya di Indonesia.

Salah satu yang diajarkan Kopaska pada Navy SEAL adalah pembuatan booby trap alias jebakan dari bahan-bahan yang sudah ada di hutan. Ranting, kayu dan akar-akaran bisa jadi senjata mematikan jika dipadukan dengan senjata atau peledak yang sudah ada.

Ternyata dalam peperangan modern, hal itu masih sangat menakutkan. Untuk itu Navy Seal merasa perlu mempelajarinya.

Latihan bersama aspek darat, laut dan udara ini biasanya mengambil tempat di Guam Naval Base dan US Anderson Air Force, jika Navy Seal jadi tuan rumah. Sementara di Indonesia digelar di Surabaya dan Banyuwangi.

Usai latihan, personel Kopaska pun layak mendapat brevet Trident Navy Seals kehormatan. Karena itu jangan heran kalau melihat anggota TNI AL memakai brevet Navy Seals.

Pasukan TNI Bebaskan Bocah Ditahan Israel

Kisah Kopassus Bebaskan Bocah Libanon Ditahan Tentara Israel

Merdeka.com 2021-03-20 08:26:00
Pasukan Garuda di Lebanon. ©2014 Merdeka.com/Puspen TNI

Kiprah Pasukan Garuda untuk misi perdamaian dunia selalu menuai pujian. Mereka selalu bisa diterima masyarakat sekitar karena pendekatan yang humanis. Jika terjadi masalah pelik di tengah konflik, pasukan Indonesia juga yang sering diutus untuk menyelesaikannya.

Mayor Yudha Airlangga adalah seorang perwira menengah Kopassus TNI AD yang dikirim ke Libanon. Yudha tergabung dalam Kontingen Garuda XIII-A.

Salah satu hal yang diingat Yudha selama penugasan adalah saat tentara Israel menangkap seorang bocah Libanon. Bocah 15 tahun itu melempari pagar perbatasan Israel dengan batu.

Mayor Yudha dan rekan-rekannya mencoba membebaskan anak itu. Tentu bukan dengan senjata melainkan dengan diplomasi. Sebagai pasukan di bawah bendera PBB, mereka adalah penengah konflik, bukan pasukan tempur.

Kisah ini dimuat dalam buku Kopassus untuk Indonesia yang ditulis Iwan Santosa dan EA Natanegara dan diterbitkan R&W.

Tim Indonesia mendatangi pos militer Israel dan berbicara secara persuasif. Meyakinkan militer Israel pelakunya hanya seorang bocah di bawah umur. Tak perlu diperpanjang lagi.

Negosiasi berlangsung selama empat jam dengan tentara Israel tetap siaga dengan dengan todongan senjata. Cukup membuat keringat dingin mengalir.

"Kita kembangkan sisi kemanusiaannya, sehingga mereka akhirnya berhasil membebaskan anak itu," kata prajurit baret merah ini.

Hal-hal seperti ini membuat pasukan Indonesia diterima dengan baik. Biasanya pasukan perdamaian dari negara lain selalu dilempari batu saat patroli oleh warga sekitar. Tapi Garuda malah dijamu makan dan diperlakukan dengan baik.

"Pasukan sudah dibriefing, bahwa jika bertemu dengan warga Libanon harus disapa, diberi salam, namun tetap siaga. Ada yang memberi salam, ada yang tetap memantau situasi sekitar," kata Yudha.

Menangis di Pelukan Jenderal

Kasad Andika Jelaskan Makna Nama Aprilio Perkasa Manganang

Merdeka.com 2021-03-19 21:22:37
Aprilia Manganang jalani sidang perubahan status jenis kelamin. ©2021 Merdeka.com/Imam Buhori

Serda Aprilia Santini Manganang resmi berganti nama menjadi Aprilio Perkasa Manganang. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa lantas menjelaskan arti dari nama baru tersebut.

Awalnya, usai operasi korektif organ reproduksi yang dilalui Serda Manganang, Andika meminta mantan atlet Timnas Voli Putri itu untuk menyiapkan nama baru. Sebab pada akhirnya akan ada upaya perubahan status jenis kelamin dan nama melalui persidangan.

"Jadi saya bilang Lanang kamu siapkan nama laki-lakimu. Dia berembuk sama orang tuanya dan memutuskan dan menyerahkan kepada saya dan istri untuk memberi nama dia. Itu juga suatu tanggung jawab bagi saya," tutur Andika di Mabes TNI AD, Jakarta Pusat, Jumat (19/3/2021).

Secara nama, lanjut Andika, kata Aprilia diambil dari bulan kelahiran Serda Manganang yakni April. Kemudian ditambahkan sedikit panggilan yang identik dengan perempuan sehingga menjadi Aprilia.

"Manganang itu family name. Karena di Sulawesi Utara kulturnya begitu. Ada nama family atau marga. Jadi itu tidak boleh dihilangkan karena itu adalah marga dari orangtuanya, oleh karena itu April dan Manganang harus dipertahankan," jelas dia.

Sementara nama Santini dinilai tidak memiliki korelasi dengan kultur atau pun identitas lainnya. Sehingga Andika pun memilihkan namanya untuk disematkan ke Serda Manganang.

"Oleh karena itu saya putuskan memberikan nama saya di nama tengahnya Perkasa tapi juga sekaligus sebagai suatu harapan. Lanang menjadi laki-laki yang perkasa dalam hal berani bertanggung jawab dan punya tanggung jawab yang besar dan bisa menunjukan eksistensi dirinya sebagai laki-laki," Andika menandaskan.

Reporter: Nanda Perdana Putra

3 Kopaska Usir 2 Kapal Perang Malaysia

Cukup 3 Kopaska, 2 Kapal Perang Malaysia Langsung Angkat Kaki

Merdeka.com 2021-03-21 19:39:00
Latihan Peperangan Laut Khusus Koarmada I. ©2020 Merdeka.com/Imam Buhori

Banyak cerita menarik soal Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL. Pasukan elite kebanggaan Indonesia yang memiliki skil unggul.

Salah satu peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2005, saat itu muncul ketegangan RI-Malaysia di Blok Ambalat.

Pemerintah RI membangun mercusuar Karang Unarang yang terletak di titik terluar. Upaya ini selalu diganggu oleh Tentara Laut Diraja Malaysia maupun Marine Police. Mulai dari bermanuver yang menimbulkan gelombang, hingga menganiaya pekerja mercusuar.

Kisah ini ditulis dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska.

1 April 2005, dua kapal TLDM dan Marine Police Malaysia buang jangkar di dekat mercusuar. Upaya kapal patroli TNI AL KRI Tedong Naga mengusir mereka tak digubris.

Komandan KRI pun meminta bantuan dari personel Kopaska yang memang disiagakan di sana. Serka Ismail meminta izin komandan Tim Kopaska Lettu Berny untuk meluncur ke Kapal Malaysia.

Lettu Berny mengizinkan. Namun dia meminta Ismail tak membawa senjata agar tak terjadi kontak tembak.

Serka Ismail melaju dengan motor boat bersama Serda Muhadi dan Kelasi Satu Yuli Sungkono. Ismail memerintahkan motor boat itu melaju zigzag dengan kecepatan tinggi. Tujuannya agar perhatian anak buah kapal (ABK) Malaysia tertuju pada motor boat. Sementara itu Ismail melompat dan berenang senyap menuju kapal Malaysia.

Tanpa diketahui satu pun ABK, Ismail naik ke atas kapal. Dia mendobrak pintu samping kapal sambil berteriak.

"Di mana kapten kapal," bentak Ismail hingga ABK Malaysia ketakutan.

Serka Ismail pun sempat membentak seorang petugas meriam kapal Malaysia. Kapten Kapal keluar. Dengan nada tinggi Ismail bertanya apa keperluan kapal Malaysia di tempat itu. Sang kapten menjawab normatif, hanya menjalankan perintah.

"Baiklah kalau begitu. Daerah ini adalah wilayah saya (Indonesia). Jadi setelah saya turun dari kapal ini, segera pergi dari wilayah ini. Kalau tidak jangkar akan saya putuskan," sergah Ismail pada komandan kapal Malaysia.

Walau tak bersenjata, keberanian Ismail rupanya membuat nyali para ABK Malaysia ciut. Begitu Ismail lompat ke perahu karet, kapal pertama langsung angkat jangkar dan kabur dari Karang Unarang.

Namun kapal kedua tak mau pergi. Serka Ismail dan Tim Kopaska segera melaju. Aksi mereka dihalangi sehingga Ismail tak bisa naik kapal. Ismail segera menuju tali jangkar. Dia berteriak sambil menggoyang-goyangkan tali jangkar.

"Kalau tidak pergi, tali jangkar ini saya ledakkan," ancamnya.

Latihan Keras Pasukan Elite Dunia

Pasukan ‘Hantu’ TNI Kalahkan 3.000 Gerilyawan

Pasukan 'Hantu' TNI Kalahkan 3.000 Gerilyawan

Merdeka.com 2021-03-20 19:47:00
Panglima TNI terima kedatangan Pasukan Garuda. ©handout/Puspen TNI

Kiprah Pasukan Garuda diakui oleh dunia. Pasukan perdamaian dari Indonesia selalu bisa diterima dengan baik di negara penugasan. Sejak Kontingen Garuda I bertugas di Mesir tahun 1957, sejak itulah pasukan baret biru di bawah PBB ini mengharumkan nama bangsa.

Ada cerita menarik soal Pasukan Garuda. 30 Pasukan Garuda berhasil membekuk 3.000 gerilyawan di Kongo berbekal akal bulus dan kecerdikan.

Ceritanya, Desember 1962 di Kongo sedang bergolak. Kontingen Garuda III (Konga III) di bawah pimpinan Kolonel Kemal Idris berangkat sebagai pasukan perdamaian di bawah UNOC (United Nations Operation in the Congo).

Saat itu kelompok milisi di bawah pimpinan Moises Tsommbe ingin lepas dari pemerintah Republik Demokratik Kongo pimpinan Presiden Kasavubu. Rakyat sipil pun segera menjadi korban pertikaian antar milisi dan tentara pemerintah.
Pasukan Garuda III segera dikenal karena keluwesannya bergaul. Banyak Singkong di Kongo, pasukan TNI pun mengajarkan bagaimana cara mengolah masakan Indonesia, membuat kue, serta menyayur daun singkong sehingga enak dimakan. Selama ini rakyat Kongo hanya mengolah singkong menjadi tepung yang rasanya tidak enak.

Suatu hari, terjadi serangan yang dilakukan 2.000 gerilyawan Kongo ke markas Pasukan Garuda. Saat itu markas hanya dipertahankan 300 tentara. Setelah baku tembak berjam-jam, gerilyawan dapat dipukul mundur. Untungnya tak ada korban di pihak Indonesia.

Serangan balasan pun segera dirancang untuk menangkap para pemberontak. Letjen Kemal Idris menceritakan hal ini dalam buku biografi, Kemal Idris, bertarung dalam revolusi terbitas Sinar Harapan.

"Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang menyamar sebagai hantu," beber Kemal Idris.

Kemal tahu 3.000 pemberontak itu sangat percaya takhayul. Mereka takut pada hantu spritesses yang digambarkan berwarna putih dan melayang-layang di waktu malam. Maka 30 anggota pasukan garuda itu berpakaian jubah putih dan segera menyerang.

"Melihat sosok-sosok putih bergerak-gerak, semangat mereka hilang sama sekali dan segera menyerah," kata Kemal.

Dalam operasi kilat itu, ribuan gerilyawan Kongo ditangkap. Senjata-senjata mereka yang ternyata lumayan canggih disita. Dalam peristiwa itu hanya seorang prajurit TNI yang cidera. Salah seorang gerilyawan yang panik saat digerebek, melemparkan ayam yang tengah dibakarnya pada tentara kita.

"Sejak itu, anggota Garuda III di kenal oleh orang-orang Kongo dengan julukan Les Spiritesses, pasukan yang berperang dengan cara yang tidak biasa dilakukan orang," kata Kemal bangga.

Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia mengaku bangga atas keberhasilan pasukan Indonesia menangkap 3.000 lainnya tanpa jatuh korban. Namun dia pun meminta ke depan cara-cara unik seperti itu tidak dilakukan. Karena risiko terlalu besar dan sangat membahayakan.

Cantiknya Tentara Rusia

Aksi Tentara Cantik Rusia dalam Victory Day Parade di Moskow

Merdeka.com 2020-06-24 18:10:15
Victory Day Parade di Moskow. ©2020 Host photo agency/Sergey Pyatakov via REUTERS
Tentara wanita Rusia baris-berbaris saat Victory Day Parade di Lapangan Merah di Moskow, Rusia (24/6/2020).
Parade militer ini digelar dalam rangka memperingati 75 tahun kemenangan atas Nazi Jerman di Perang Dunia ke-2.
Parade tersebut sebelumnya dijadwalkan digelar pada tanggal 9 Mei lalu, namun ditunda akibat merebaknya pandemi Covid-19.
Tentara wanita Rusia bersorak saat tampil baris-berbaris di Victory Day Parade di Lapangan Merah di Moskow, Rusia (24/6/2020).
Aksi baris-berbaris tentara wanita Rusia saat Victory Day Parade di Lapangan Merah di Moskow, Rusia (24/6/2020).
Tank Rusia T-80BVM dan T-14 Armata melaju selama tampil di Victory Day Parade di Lapangan Merah di Moskow, Rusia (24/6/2020).
Peluncur roket ganda TOS-1A Rusia melaju selama tampil di Victory Day Parade di Lapangan Merah di Moskow, Rusia (24/6/2020).