Isi Perut Bumi

Menjelajah Gua Tersembunyi Cikarae Bogor yang Eksotis

Merdeka.com 2021-04-12 15:00:00
Goa Cikarae. ©2016 merdeka.com/imam buhori

Tak banyak yang tahu, Bogor ternyata memiliki juga memiliki wisata gua tersembunyi. Kawasan karst di Kecamatan Klapanunggal Kabupaten Bogor, Jawa Barat terdapat banyak goa yang dipenuhi ornamen-ornamen dan biota goa yang cantik. Salah satu goa yang elok ialah Goa Cikarae.

Masih jarang dikunjungi, Goa Cikarae memiliki biota yang menakjubkan. Stalagmit dan stalaktit tergantung apik di perut bumi ini. Penikmat goa dan pencinta petualang tak boleh melewatkan Goa Cikarae. Pasalnya, Goa Cikarae siap menguji adrenalin lewat medan yang tak biasa.

Sepanjang 2 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebi 3 jam. Pengunjung akan diajak menulusuri kegelapan, merasakan udara lembap dan juga menikmati batuan endapan dan biota yang ada dalam goa.

©Merdeka.com/imam buhori

Bukan medan yang mudah, saat menjelajah Goa Cikarae wajib menggunakan peralatan pengaman. Seperti headlamp, sepatu boots atau helm. Jalanan akan licin dengan tanah berlumpur, sekumpulan kelelawar yang tertidur dan tak mau diganggu. Lorong-lorong sempit yang penuh tantangan.

Goa Cikarae terbagi menjadi tiga zona, yakni zona terang, zona senja dan zona gelap abadi. Sesuai dengan namanya, semakin dalam menulusuri maka semakin gelap. Sampai di zona gelap abadi, gua gelap total. Tidak ada cahaya sedikitpun yang masuk ke dalam area zona gelap abadi selain sumber cahaya yang di bawa. Menantang dan mendebarkan.

©Merdeka.com/imam buhori

Meski begitu, dengan bantuan headlamp pengunjung tetap bisa menikmati keasrian Goa Cikarae. Stalaktit di dalam Gua Cikarae terbentuk secara alami dari kikisan air tanah ini berwarna keemasan. Ukira-ukiran terpahat indah di setiap endapannya.

Sementara di bagian bawah gua mengalir sungai dangkal. Gemericik suara airnya menambah kesan eksotik di dalam gua. Memberi ketenangan di tengah kegelapan.

©Merdeka.com/imam buhori

Beberapa hewan endemik hidup di goa ini. Salah satunya kalacemeti, serangga yang hidup di dalam gua. Tubuhnya bak laba-laba, hewan ini sering disebut monster dalam kegelapan. Namun, tenang saja si kecil ini tak berbahaya dan tak memiliki bisa.

Gua Cikarae belum banyak dieksplor oleh para traveler. Beberapa orang yang berkunjung datang biasanya datang dari kelompok pencinta alam SMA atau Universitas. Kegiatan tersebut untuk memperkenalkan keadaan di dalam goa yang gelap, lembap, berlumpur serta menjaga pelestarian alam khususnya untuk karst Indonesia.

©Merdeka.com/imam buhori

Biaya yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam Goa seikhlasnya, tidak ada patokan untuk wisatawan. Namun, saat memasukinya sudah mengantongi surat izin melaksanakan kegiatan dan diberikan kepada PALIKAR (Pecinta Alam Leuwikaret). Saat menyusuri gua arus menjaga ketertiban, kebersihan goa dengan tidak membuang sampah sembarangan.

Untuk kamu para pemula, enggak perlu khawatir. Jalur penelusurannya berbentuk horizontal dan memiliki interior yang luas ini aman untuk para pemula penelusur gua. Di sekitar Goa Cikarae, terdapat beberapa goa lain seperti Goa Cidomba, Ciamung, Cikenceng, Keraton, Beling, dan goa-goa lain yang tak kalah memukau.

Pernah Populer di TV

Kekayaan Tradisional Pasar Terapung Lok Baintan Banjarmasin

Merdeka.com 2021-04-05 14:15:00
. ©2021 Merdeka.com/Octav Andy

Dari arah timur sang surya belum muncul, namun para pedagang sudah harus bersiap. Dalam kondisi hampir gelap gulita mereka berangkat sejak pagi. Berpatokan pada waktu, setelah azan Subuh berkumandang. Melaju membelah Sungai Martapura menuju Pasar Lok Baintan, salah satu pasar terapung di kota Seribu Sungai, Banjarmasin yang masih bertahan sejak 18 abad lalu.

Dalam Jukung sebutan untuk perahu khas Banjar, para pedagang sudah membawa buah-buah segar yang langsung dipetik dari hasil kebun sendiri atau pertanian. Pisang, mangga dan buah-buahan lainnya disusun cantik di tempat khusus, menarik hati para calon pembeli. Tak hanya hasil kebun, beberapa ada yang menjual makanan khas daerah sampai cinderamata.

Jukung-Jukung terlihat memenuhi sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura. Meski berdesakan namun kebersamaan di desa Sungai Pinang (Lok Baintan), kecamatan Sungai Tabuk, kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan ini terasa kental.

©2021 Merdeka.com/Octav Andy

Suara riuh pedagang mulai terdengar sejak pukul 6 pagi. Di atas perahu dayung, mereka menjajakan dagangannya kepada warga setempat dan wisatawan. Pedagang dan pembelinya tidak terpaku di suatu tempat, tetapi terus bergerak mengikuti arus sungai yang memiliki panjang 600 kilometer ini. Tenang dan membiarkan perahu-perahunya berjalan menyusuri arus.

Sebagian besar perahu pedagang di pasar ini bisa dinaiki pengunjung. Syaratnya penumpang berkenan mengikuti arah pedagang berkeliling menjajakan dagangannya. Uang tak selalu menjadi transaksi utama di pasar ini, mereka masih memberlakukan barter antar pedagang bak zaman baheula.

Hari beringsut siang, riuh rendah teriakan penjual menjajakan dagangannya sayup terdengar makin hilang. Menandakan transaksi di pasar terapung segera usai. Datang saat matahari belum bersinar, para pedagang pulang sekitar pukul 9.

©2021 Merdeka.com/Octav Andy

Ratusan perahu berada di Sungai Martapura. Sejauh mata memandang, kebanyakan pedagang di Lok Baintan adalah wanita. Penampilan mereka terlihat berbeda dengan memakai tutup kepala (tanggui). Beberapa wanita ada juga yang menggunakan pupur beras di wajahnya. Diyakini bedak yang terbuat dari olahan beras ini bisa membuat wajah para pedagang wanita ini menjadi lebih dingin.

Pedagang di Lok Baintan memang didominasi oleh wanita. Bukan tanpa alasan, menurut warga setempat para pria sudah bertugas untuk mempersiapkan barang yang akan dijual. Seperti menanam dan memanen buah-buahan, sehingga saling berbagi tugas.

Waktu terbaik mengunjungi Lok Baintain saat hari Jum’at. Pasalnya, hari Jum’at merupakan hari pasaran terapung tradisional ini, sehingga pasar ini jauh lebih ramai dari hari biasanya.

©2021 Merdeka.com/Octav Andy

Lok Baintain menjadi pengalaman yang menarik untuk para pelancong Tempat ini seolah menjawab kekayaan tradisional lewat pasar terapungnya. Para pedagang menyambut ramah setiap pembeli dan pengunjung yang dating. Pasar ini sangat berwarna, unik, berisik namun menyenangkan.

Sejarah panjang memang menyertai pasar apung ini, tak heran keberadaannya dicatat menjadi warisan budaya tak benda Indonesia oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Untuk mengunjungi pasar Lok Baintain, para wisatawan cukup menempuh waktu 30 menit dari Kota Banjarmasin ke Sungai Martapura. Menuju ke pasar, pengunjung dapat menyewa klotok (perahu motor khas Kalimantan) dari dermaga di sekitar Sungai Martapura.

Surga Kecil di Bumi

Semburat Matahari Terbit di Gunung Bromo

Merdeka.com 2021-02-24 19:00:00
Semburat Matahari Terbit di Gunung Bromo. ©2021 Merdeka.com/D.N. Marhendri

Jika penat dengan hiruk pikuk kota, berkunjung ke Gunung Bromo adalah tujuan yang tepat. Gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter ini mampu melepaskan stres saat melihat pesona matahari terbit dari arah timur kaki gunung. Sensasi melihat matahari terbit di atas pegunungan pun menjadi momen yang tak akan terlupakan bagi para wisatawan.

©2021 Merdeka.com/D.N. Marhendri

Butuh perjuangan untuk mendapatkan momen sunrise yang cantik. Dari berangkat dini hari saat masih gelap sekitar pukul 03.30 atau 04.00 WIB, melalui jalan yang penuh pasir sampai menaiki 250 anak tangga untuk menuju puncak gunung.

Meski begitu, semua rasa lelah seolah terbayarkan saat melihat detik-detik matahari muncul dari tempat peraduannya. Semburat langit berwarna oranye dengan pemandangan gunung ini sukses memanjakan mata setiap penikmatnya.

©2021 Merdeka.com/D.N. Marhendri

Keelokan Kaldera Tengger juga terlihat dari puncak gunung yang berlokasi di Jawa Timur ini, di antaranya Gunung Bromo, Gunung Watangan, Kursi, dan Gunung Widodaren. Hamparan pegunungan yang gagah membuat kamu tak berhenti takjub atas ciptaan Tuhan.

©2021 Merdeka.com/D.N. Marhendri

Keindahan Gunung Bromo tak berhenti sampai disitu saja. Dari puncak gunung berapi yang masih aktif ini para wisatawan akan melihat kawah Gunung Bromo. Kepulan asap putih yang tebal dan material vulkanik membuat wisata Gunung Bromo terlihat semakin eksotis.

Menariknya, hingga kini masyarakat Suku Tengger mengadakan upacara adat Kasodo pada hari tertentu. Upacara ini melemparkan sesaji di kawah sebagai permohonan panen dan meminta tolak bala bagi masyarakt Suku Tengger.

©2021 Merdeka.com/D.N. Marhendri

Usai melihat matahari terbit, para wisatawan juga mampu merasakan sensasi mengendarai jeep melewati lautan pasir dan jalan berbatu. Dengan merogoh kocek sebesar Rp 500 ribu untuk 6 orang penumpang, para wisatawan akan dimanjakan dengan sejuknya udara padang savana. Jangan lupa untuk berfoto dengan latar belakang padang savana yang ciamik.

Rp20 Ribu Nikmati Zaman Batu

Merasakan Sensasi Zaman Batu di Kampung Bena Flores NTT

Merdeka.com 2021-04-01 14:00:00
Kampung Bena NTT. ©2021 Merdeka.com/Gebyar Adisukmo

Tanah Flores memang khas dengan keindahan alam yang menawan. Dari gradasi air laut pantai sampai padang savana yang elok. Tak hanya memiliki keindahan alam, Flores menjadi rumah bagi suku-suku di Indonesia. Salah satunya Kampung Bena di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.

Kampung yang berada sekitar 19 km selatan Bajawa ini seolah membuat kamu menelusuri lorong waktu dan terjebak di zaman batu. Pasalnya, bangunan di sekeliling kampung Bena didominasi oleh batuan bak zaman Megalitikum. Setiap bangunan memiliki makna penting di kampung ini.

Ciri khas kampung ini adalah kepercayaan terhadap leluhur. Mereka menyakini bahwa leluhur masih berkomunikasi dengan mereka. Tak heran, meski diperkirakan sudah ada sejak 1200 tahun yang lalu, masyarakat masih menjaga tradisi leluhurnya hingga kini.

©2021 Merdeka.com/Gebyar Adisukmo

Berada di kaki Gunung Inerie, penduduk Bena meyakini gunung yang bertengger di sisi barat ini adalah gunung suci tempat bersemayam Dewa Yeta. Dewa yang melindungi kampung mereka.

Pemandangan di Kampung Bena semakin unik dengan susunan rumah beratap ijuk yang melingkar membentuk huruf U, rapi seperti umpak-umpak tersusun. Pada teras rumah terdapat tanduk kerbau, rahang dan taring babi yang dipajang menggantung berderet di depan rumah sebagai lambang status sosial orang Bena.

Salah satunya bangunan yang penting bagi mereka ialah Bhaga dan Ngadu. Bhaga adalah miniatur rumah beratap ijuk yang menjadi simbol leluhur dari nenek moyang wanita. Serta Ngadhu merupakan simbol leluhur laki-laki dengan bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk. Kedua bangunan ini berada di halaman Kisanatapat, tempat upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka.

©2021 Merdeka.com/Gebyar Adisukmo

Bena menjadi rumah bagi 9 suku, yakni Dizi, Dizi Azi, Wahto, Der Lalulewa, Deru Solamae, Ngada, Khopa, dan Ago. Pembeda dari suku-suku tersebut, yakni tanah sebanyak 9 tingkat di mana masing-masing suku menghuni satu undakan.

Jumlah rumah adatnya secara total sekitar ada 45. Berdiri di atas tanah yang berundak-undak karena menyesuaikan dengan kontur alaminya. Arsitektur bangunannya masih sangat sederhana yang hanya memiliki satu pintu gerbang untuk masuk dan keluar.

Saat menjelajah di pedalaman Indonesia Timur ini terasa lebih intim. Masyarakat lokalnya begitu ramah, mereka tak sungkan menyapa setiap pengunjung dengan memperlihatkan gigi merah akibat sirih yang dikunyah.

©2021 Merdeka.com/Gebyar Adisukmo

Para wanita yang tinggal di sana diwajibkan memiliki keahlian menenun. Keahlian ini sudah diwariskan dari nenek moyang. Setiap harinya para wanita ini menenun kain menggunakan teknik tradisional. Mereka duduk santai di teras sambil sibuk bermain dengan alat penenun. Motif khas dari tenunan wanita Kampung Bane adalah motif kuda.

Nantinya, hasil tenunan dengan corak yang cantik ini akan digantungkan di depan rumah dan dijual kisaran harga mencapai Rp 300 ribu. Harganya yang ditawarkan sangat wajar jika menilik proses pengerjaannya yang masih handmade dan memakan waktu lama.

©2021 Merdeka.com/Gebyar Adisukmo

Pada puncak bukit di kampung Bena terdapat Patung Bunda Maria. Meski menjalankan kepercayaan leluhur termasuk adat dan tradisinya, hampir seluruh warga Kampung Bena memeluk agama Katolik.

Cukup membeli tiket masuk seharga Rp 20 ribu kamu bisa merasakan sensasi berada di zaman Megalitikum. Pengunjung nantinya membeli tiket masuknya seharga Rp 20.000. Uang ini digunakan sebagai donasi untuk warga setempat dan juga pemeliharaan kampung.

Kampung Bena setidaknya jadi satu agenda wajib untuk dilakoni minimal sekali seumur hidup. Kampung adat dengan segala kearifan lokalnya membuat kamu jatuh cinta pada Tanah Flores.

Dipakai Syuting Film Hollywood

Menjelajahi Air Terjun yang Pernah Dipakai Syuting Film Hollywood

Merdeka.com 2021-04-14 15:24:26
air terjun sri gethuk. ©2015 merdeka.com/imam buhori

Setiap air terjun selalu menyimpan cerita. Termasuk air terjun Sri Gethuk di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Banyak orang menyebut Sri Gethuk adalah sebuah air terjun yang cantik. Air berasal dari sungai pematang batugamping yang memotong tebing batuan hingga membentuk air terjun. Aliran air terjun Sri Gethuk bermuara di sungai Oyo.

©Creative Commons/Thomas Fuhrmann

Tim dari merdeka.com dan Portrait of Indonesia pernah mengunjungi dan melihat langsung air terjun tersebut. Di balik keindahan air terjunnya, ada cerita di balik itu.

"Mengapa di sebut air terjun cantik, konon air terjun ini dijaga oleh 7 bidadari," kata penjaga air terjun Sri Gethuk, Pono beberapa waktu lalu.

© Instagram/andikabudisetiawan

Cerita lainnya, sering kali bebatuan di bawah air terjun juga digunakan untuk bertapa. Biasanya bertapa dilakukan pada pagi hari sebelum banyak pengunjung datang.

Keindahan air terjun Sri Gethuk ternyata sudah tersohor. Bahkan air terjun Sri Gethuk pernah dijadikan lokasi atau tempat syuting film hollywood.

©2015 merdeka.com/imam buhori

"Pada 12-15 Desember 2014 lalu air terjun Sri Gethuk ditutup tiga hari karena dijadikan tempat syuting oleh Iko Uwais (film Skyline)" ujarnya.

Film skyline ini juga dibintangi aktor Hollywood Frank Grillo. "Ada adegan laganya pas syuting. Masyarakat hanya bisa menonton dari jarak jauh karena tak boleh mendekat," cerita Pono.

Bikin Presiden Kagum

Keelokan Pahatan Alam Stalagmit dan Stalaktit Goa Gong Pacitan

Merdeka.com 2021-02-25 12:00:00
Keelokan Stalagmit dan Stalaktit Goa Gong Pacitan. ©2021 Merdeka.com/Fakhriyan Ardyanto

Kota dengan julukan kota 1001 gua, Pacitan memiliki obyek wisata gua yang menakjubkan. Salah satu gua yang paling terkenal dan paling indah adalah Goa Gong. Gua yang berada di Jalan Salam, Salam, Bomo, Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur ini mempunyai keindahan stalagmit dan stalaktit yang berusia ratusan tahun sejak 1924 silam.

©2021 Merdeka.com/Fakhriyan Ardyanto

Saat menyusuri gua sepanjang 256 meter, sekeliling lorong gua penuh berhias stalaktit dan stalagmit dengan aneka bentuk yang cantik. Tak perlu khawatir gelap, sepanjang lorong gua ini sudah dilengkapi dengan sinar lampu warna-warni.

Pemandangan batuan lancip yang tergantung di atas gua ini terlihat semakin memukau dengan sinar lampu berwarna ungu di dalam goa. Keelokan Goa Gong pun berhasil memanjakan mata para pengunjung.

©2021 Merdeka.com/Fakhriyan Ardyanto

Suasana pun terasa menenangkan dengan bunyi gemericik air sepanjang perjalanan menyusuri gua. Rupanya,tetesan air yang menimpa stalaktit atau stalagmit di gua ini yang memunculkan bunyi bergema layaknya suara gong. Jika didengarkan dengan saksama, bunyi pantulan formasi batuan ini cukup apik.

©2021 Merdeka.com/Fakhriyan Ardyanto

Tak hanya pemandangan stalagmit dan stalaktit saja, Goa Gong juga memiliki 7 mata air dengan berbagai kisah dan misterinya. Ketujuh mata air itu ialah Sendang Jampi Rogo, Panguripan, Relung Jiwo, Kamulyan dan Sendang Relung Nisto. Konon katanya, seseorang yang berendam di mata air Sendang Relung Nisto diyakini bisa membuang sial.

©2021 Merdeka.com/Fakhriyan Ardyanto

Memiliki pahatan alam yang memukau, Goa Gong Pacitan, Jawa Timur ini disebut sebagai Goa Terindah di Asia Tenggara. Pilar-pilar stalagmit dan stalaktit membuat para wisatawan tak akan melupakan keindahan goa ini.

Pesona yang dihadirkan Goa Gong juga dikagumi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat dalam perjalanannya bersama rombongan menuju Yogyakarta pada 17 Oktober 2013.

Kamu cukup mengeluarkan dana Rp 20 ribu untuk menikmati wisata Goa Gong. Murah dan menyenangkan bukan?

Berdebar Sampai Puncak

Menguji Adrenalin Mendaki Bukit Kelam di Tanah Borneo

Merdeka.com 2021-04-13 18:00:00
Menguji Adrenalin Mendaki Bukit Kelam di Tanah Borneo. ©2021 Merdeka.com

Petualang sejati yang tidak takut ketinggian wajib mendaki Bukit Kelam yang berada di Sintang, Kalimantan Barat. Dengan tinggi 1002 mdpl kamu bisa memacu adrenalin saat mendaki monolit atau bongkahan batu terbesar di dunia ini. Pasalnya, pendakian di Bukit Kelam menggunakan jalur Via Ferrata.

jalur Via Ferrata adalah jalur pendakian yang menggunakan kabel atau kawat baja yang tertancap pada batu. Pendaki harus melewati baja-baja satu per satu demi. Berpegang kencang pada tali pengaman di sisi kanan. Dari tingkat kemiringan 15-40 derajat, adrenalin pun akan berpacu. Merasakan sensasi pendakian di Tanah Borneo yang sangat menantang.

Angin kencang, sinar terik matahari yang menyilaukan bukan masalah bagi petualang. Demi melihat keindahan pemandangan indah dari bukit yang berada di antara Sungai Melawi dan Sungai Kapuas ini.

©2021 Merdeka.com/Gebyar Adisukmo

Meski terlihat menyeramkan dan sukses bikin bergidik, tangga Via Ferrata tersebut aman. Tangga tersebut sudah dilengkapi dengan pengaman. Ketika pendaki lengah atau terpeleset, ada tali pengaman yang dipasang di badan yang akan menopang tubuh. Pendakian juga harus didampingi dengan seseorang yang berpengalaman.

Tangga Via Ferrata ini hanya ada dua di Tanah Air yakni di Bukit Kelam dan di Gunung Parang, Purwakarta, Jawa Barat. Bukit Kelam menjadi jalur pendakian tertinggi di Asia Tenggara via Ferrata.

©2021 Merdeka.com/Gebyar Adisukmo

Sekitar 4-5 jam untuk mencapai puncak Bukit Kelam. Rasa lelah menuju puncak bukit seolah terbayar saat melihat pemandangan dari ketinggian.Hamparan kebut sawit, tanaman hijau, sawah bak permadani terlihat jelas dari Bukit Kelam.

Tak hanya memberikan pemandangan yang indah, terdapat air terjun dan Goa Kelelawar di jalur menuju tebing Bukit Kelam. Bukit Kelam juga menawarkan pesona matahari terbit dan terbenam yang tak kalah elok dari Gunung di Tanah Air lainnya.

©2021 Merdeka.com/Gebyar Adisukmo

Udara pagi di Bukit Kelam tak ada tandingannya. Dari atas ketinggian, hawa segar langsung menyelimuti. Di bukit eksotis ini para petualang juga menemukan tanaman endemik, kantong semar.

Tanaman tumbuh di sisi tebing granit pada ketinggian antara 500 dan 800 meter. Sebagian besar tanaman kantong semar tumbuh di sudut-sudut jelas dari gunung yang sulit dijangkau. Namun, jika menemukan kantong semar tak boleh dibawa pulang atau dipetik.

Pasalnya,tanaman dengan jenis Nepenthes Clipeata sangat dilindungi dan akan ada konsekuensi hukum jika mengambilnya. Tanaman ini cukup dikagumi keindahannya dari atas bukit saja.

©2021 Merdeka.com/Gebyar Adisukmo

Bukit yang berjarak sekitar 23 km dari pusat Kabupaten Sintang ini bisa ditempuh sekitar 30-40 menit hingga ke kaki bukit. Kegagahannya tak hanya bisa dinikmati dari puncak bukitnya saja namun juga di kaki Bukit Kelam.

Berada di Kecamatan Kelam Permai membuat objek wisata ini bisa dijangkau dengan mudah menggunakan mobil dan motor.

Menelusuri Pohon Misterius

Keunikan Pohon Berusia Ratusan Tahun Tumbuh Menjulang dari dalam Goa

Merdeka.com 2021-04-14 16:24:09
Pohon di Gua Rancang Kencana. ©2015 Merdeka.com

Sebuah pohon menjulang tinggi di dalam Goa Rancang Kencana di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta. Pohon itu usianya ratusan tahun.

Tim arkeolog dari Universitas Gajah Mada (UGM) pada 2003 pernah melakukan penelitian terhadap pohon tersebut. Hasil penelitiannya, pohon tersebut diperkirakan berusia sekitar 300 tahun.

Pohon besar di dalam goa itu bernama Klempit atau Tlumpi. Pohon Klempit berbuah tiap musim penghujan. Menurut warga sekitar, Mashudi, buah pohon bisa dimakan.

©2015 merdeka.com/imam buhori

"Bentuk buahnya seperti juwet atau melinjo. Buahnya rasanya enak," kata Mashudi kepada tim dari merdeka.com dan Portrait of Indonesia, beberapa waktu lalu.

Goa itu juga sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Mashudi tidak tahu persis kapan goa itu terbentuk.

Fenomena keberadaan pohon di dalam goa langsung menyebar luas di tengah masyarakat. Hampir tiap hari ada orang yang datang ke goa tersebut hanya sekadar melihat dan berfoto di bawah pohon.

©2015 merdeka.com/imam buhori

Letak pohon di dalam gua menjadi objek menarik bagi masyarakat yang datang berkunjung. Tak hanya dari warga sekitar Gunung Kidul, tapi juga turis asing.

Karena mulai ramai dikunjungi orang, dalam beberapa tahun terakhir Gua Rancang Kencana dijadikan objek wisata. Pengelola objek wisata adalah warga desa setempat.

Sebelum menjadi objek wisata, Goa Rancang Kencana konon dulunya menjadi tempat bersemedi atau bertapa. Warga sekitar menyebut ada tiga ruangan di dalam dua.

©2015 merdeka.com/imam buhori

Goa dengan panjang 50 meter itu pada ruangan pertama panjangnya 20 meter diberi nama ruang aula. Ruangan kedua disebut persembahan. Dalam ruangan kedua terdapat dupa dan minyak wangi sebagai persembahan.

Dan ketiga bernama ruang semedi. Ruangan ketiga inilah yang dulu dijadikan semedi oleh warga.

"Tujuannya macam-macam. Dulu dilakukan pada malam hari selama 40 hari," kata warga Bleberan, Mashudi.

Karena goa ini sudah menjadi objek wisata dan banyak pengunjung, maka orang yang ingin bersemedi dibatasi. Mereka hanya diperbolehkan melakukan semedi pada malam hari.

©2015 merdeka.com/imam buhori

Setelah menjadi objek wisata, ruangan goa yang disebut sebagai aula bahkan menjadi tempat rapat warga yang tengah melakukan outbound. Bahkan sering kali ruangan aula goa dijadikan tempat acara.

"Kami sediakan lampu dan listrik jika ada acara di goa ini. Karena mereka digunakan untuk rapat dan acara-acara lain," ujarnya.

Untuk masuk ke dalam gua tidaklah sulit. Warga sekitar sudah memasang anak tangga agar mudah masuk ke dalam gua. "Pertama kali masuk langsung ada pohon Klempit. Pohon ini tumbuh di dalam goa," kata Mashudi.

Saksi Keganasan Tsunami

Menerjang Gelombang Pantai Saksi Kedahsyatan Tsunami Aceh

Merdeka.com 2021-04-14 10:20:00
Pantai Lhoknga. ©AFP PHOTO/Chaideer Mahyuddin

Masih teringat jelas dalam ingatan kedahsyatan Tsunami Aceh pada 2004 silam. Gelombang tsunami mampu memporak-porandakan Kota Serambi Mekah dan sekitarnya. Pantai Lhoknga menjadi saksi bisu ganasnya tsunami Aceh. Kini, 17 tahun berlalu, pantai di ujung wilayah Sumatera ini menjadi pantai favorit peselancar.

Pantai Lhoknga dikenal memiliki gelombang yang garang. Gulungan ombaknya yang tinggi siap memacu adrenalin para pencinta olahraga surfing. Kegarangan ombak Pantai Lhoknga bahkan sudah terkenal hingga ke mancanegara.

Tidak heran, pantai ini selalu ramai dengan para penikmat gelombang pantai. Menunjukkan kebolehan aksi berselancar. Menerjang gelombang pantai saksi kedahsyatan Tsunami Aceh.

©AFP PHOTO/Chaideer Mahyuddin

Deburan ombak di Pantai Lhoknga terdengar jelas. Biru laut bermain indah. Tingginya gelombang yang mencapai 1,5-3 meter ini sukses memikat hati para pencinta olahraga surfing. Ya, semakin besar dan tinggi ombak maka akan semakin menarik pula olahraga berselancar ini.

Membawa board alat papan peselancar, pencinta olahraga surfing menantang dan menguji adrenalin. Bermain di antara dahsyatnya gelombang pantai di Kota Serambi Makkah ini. Berdiri seimbang di antara terjangan gelombang.

©AFP PHOTO/Chaideer Mahyuddin

Memiliki pesona alam yang eksotis. Panati yang terletak di pantai barat Aceh tepatnya di Desa Meunasah Masjid, Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh juga menjadi primadona bagi pariwisata Aceh.

Untuk mencapai pantai yang cantik ini sangat mudah. Lokasinya hanya berjarak sekitar 20 kilometer dari Banda Aceh. Mudah dijangkau dari pusat kota, wisatawan cukup mengikuti jalan lintas Banda Aceh-Meulaboh. Kurang lebih membutuhkan waktu sekitar 30 menit dari pusat kota.

©AFP PHOTO/Chaideer Mahyuddin

Selain melakukan surfing melalui ombak-ombak besar, pengunjung juga dapat menjadikan pantai ini sebagai area rekreasi bersama sahabat maupun keluarga. Keindahan alam laut biru yang eksotis siap memanjakan mata.

Pemandangan daratan yang ada di sekitarnya luar biasa mempesona. Pasir putih dan landai membentang indah di Pantai Lhoknga. Bisa berjemur di hamparan pasir putih sambil menikmati bunyi deburan ombak. Enggak salah, pantai ini memang cocok untuk menghabiskan waktu bersama orang terkasih.

©AFP PHOTO/Chaideer Mahyuddin

Bermain di pasir putih pantai sambil menunggu matahari terbenam bisa menjadi pilihan yang menarik usai bermain selancar. Menikmati detik-detik langit mulai berwarna oranye dari ujung pantai.Keindahan alam di Pantai Lhoknga bisa dijajal, berpadu membuka ingatan memori akan Aceh.

Seindah Ini Cuma Rp5 Ribu

Pesona Air Terjun Parang Ijo, Sumber Mata Air Gunung Lawu

Merdeka.com 2021-03-23 18:20:00
Parang Ijo, Pesona Air Terjun Tebing Hijau di Karanganyar. ©2021 Merdeka.com/Fata Imad

Karanganyar, kabupaten di timur Solo ini selalu menampilkan pesona alam. Berada di lereng gunung Lawu, keasrian alamnya selalu terjaga. Salah satunya air terjun Parang Ijo yang berada di desa Girimulyo, Ngargoyoso, Karanganyar. Air terjun ini siap memanjakan mata setiap wisatawan.

Sesuai namanya, Parang berarti tebing dan Ijo berarti hijau. Parang Ijo berarti Tebing Hijau. Air terjun ini memiliki keunikan tersendiri, airnya mengalir di antara tebing yang dipenuhi tumbuhan hijau. Lumut, paku, dan vegetasi lain tumbuh subur di dinding air terjun. Parang Ijo seolah menjadi penyuplai air alami mereka.

©2021 Merdeka.com/Fata Imad

Dari bawah, kamu bisa menikmati keagungan air terjun yang memiliki ketinggian 20 meter ini. Runtuhan air yang mengalir deras seolah menjadi magnet bagi setiap wisatawan. Sejuknya udara membuat nuansa alam lebih asri melengkapi pesona air terjun Parang Ijo.

Perjalanan air terjun cukup menguras tenaga bagi pemula. Tak perlu khawatir panas, rindangnya pepohonan memayungi kamu dari paparan matahari. Kamu akan dihadapkan dengan anak tangga sepanjang 200 meter. Sepanjang perjalanan kamu bisa menemui hewan liar yang bebas berkeliaran. Jika beruntung, kera, tupai, bahkan burung khas lokal dapat kamu jumpai.

©2021 Merdeka.com/Fata Imad

Sebelum sampai ke Air Terjun Parang Ijo, kamu harus melewati air terjun mini. Air terjun mini ini menandakan kamu hampir sampai ke titik tujuan. Pesonanya pun tak kalah dari Parang Ijo, air terjun ini menyelinap dari balik tebing semak-semak. Tersembunyi namun tetap cantik.Keasriannya sukses membuat penat seluruh wisatawan yang datang menjadi sirna.

©2021 Merdeka.com/Fata Imad

Kolam di bawah jatuhnya air terjun menjadi spot terbaik. Kamu bisa merasakan dinginnya air terjun yang jernih. Hawa dingin menyelimuti sekitar air terjun. Pasalnya, air terjun ini berada di ketinggian 1000 meter di lereng Lawu. Kamu juga boleh menjajal sensasi dinginnya mandi di air terjun ini.

Berasal dari mata air Gunung Lawu, ciri khas air terjun Parang Ijo ialah dingin dan jernih. Tak heran, masyarakat dan pemerintah sudah lama memanfaatkan mata air gunung Lawu. Bahkan pemanfaatannya hingga ranah komersil.

©2021 Merdeka.com/Fata Imad

30 menit dari kota Karanganyar kamu bisa merasakan kesejukan air terjun Parang Ijo. Tiket masuknya tak menguras kantong, cukup mengeluarkan danaRp 5 ribu saja. Parkir dikenakan Rp 3 ribu untuk motor, dan Rp 5 ribu untuk mobil. Fasilitas pendukung Parang Ijo terbilang lengkap.

Tak hanya itu saja, wisata air terjun ini juga dilengkapi dengan kolam renang anak dan taman bermain. Jangan khawatir kelaparan, kompleks air terjun Parang Ijo sudah berjajar para pedagang. Wisata alam dan kuliner melengkapi liburan keluarga di air terjun Parang Ijo.

Cocok Untuk Penikmat Senja

Rona Matahari Terbenam di Pantai Ngrumput Gunung Kidul

Merdeka.com 2021-04-01 13:00:00
Pesona Keindahan Matahari Terbenam Pantai Ngrumput di Gunung Kidul. ©2021 Merdeka.com/Fata Imad

Gunung Kidul tak pernah berhenti menyuguhkan pesona alamnya. Lokasinya yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, menjadikannya selalu memiliki pantai yang menawan. Tak jarang orang menyebutnya sebagai Kota 1001 pantai. Salah satu pantai terbaik pilihan wisatawan adalah pantai Ngrumput di Kecamatan Tanjungsari, Gunung Kidul, Yogyakarta.

Pantai ini menyimpan keunikan tersendiri. Langitnya yang biru cerah membuatnya seolah menyatu dengan birunya laut. Sore hari menjadi momen terbaik menikmati pantai Ngrumput. Guratan cahaya matahari berwarna merah kekuningan, berpadu dengan birunya langit dan lautan. Sebuah kenikmatan yang tidak bisa dilewatkan bagi para pecandu senja.

Keindahan sunset di pantai Ngrumput selalu memanjakan mata. Pesonanya selalu memanjakan wisatawan seusai penat akan kesibukan.

Menikmati matahari terbenam di Pantai Ngrumput©2021 Merdeka.com/Fata Imad

Sore yang cerah, birunya langit dan laut menandakan pantai ini terbilang alami. Tidak ada aktivitas perahu nelayan di sana. Berbeda dengan sentra nelayan, pantai ini terbebas dari bau amis ikan. Dari kejauhan hanya terlihat satu nelayan kecil yang mencari penghidupan. Kesejukan angin laut akan kamu rasakan saat berada di pantai Ngrumput.

Dibalut mega merah yang meredup, nuansa sunset tepi pantai semakin eksotis. Ronanya menyinari seluruh sudut pantai. Sebuah momen yang patut kamu abadikan dengan jepretan kameramu.

Sore hari waktu spesial di pantai Ngrumput, karena bertepatan dengan laut surut. Kamu bisa lebih leluasa menyusuri pantai Ngrumput. Saat surut, kamu akan melihat hamparan karang yang ditumbuhi rumput laut hijau. Tak hanya itu, biota laut juga bisa kamu lihat. Ikan kecil, kerang, kepiting, bahkan bintang laut bisa kamu temui.

Nuansa pantai Ngrumput yang asri nan alami ©2021 Merdeka.com/Fata Imad

Malampun tiba, kamu tak perlu khawatir. Pantai ngrumput juga menyediakan penyewaan tenda. Menikmati sunset dengan nuansa pantai Ngrumput di malam hari, tentunya menjadi pengalaman yang tak terlupakan. Bermalam di pantai ditemani deburan ombak menjadi momen yang mengasyikkan.

Deburan ombak yang menghantam bukit karst menimbulkan nuansa yang khas. Kuatnya ombak Samudera Hindia ini menciptakan gugusan pantai dengan pasir putih dan lembut. Pasirnya yang putih bersih selalu memikat wisatawan untuk menyentuhnya. Kebersihan di pantai ini berkat kerjasama yang baik dari wisatawan dan pengelola.

Kegiatan nelayan menjaring ikan sore hari ©2021 Merdeka.com/Fata Imad

Untuk menikmati pesona pantai Ngrumput, kamu harus berjalan kaki dari tempat parkir. Akses terpencil membuat pantai ini bak keindahan yang tersembunyi. Jalan setapak sedikit berbukit akan menemani perjalananmu. Hanya 15 menit berjalan, kamu akan disuguhkan panorama pantai di tepi Samudera Hindia.

Pantai Ngrumput diapit dua bukit karst yang kokoh. Salah satunya ialah bukit Kosakora berada di timur pantai. Bukit ini juga punya panorama tersendiri. Dari atas bukit kamu bisa melihat pantai Ngrumput, Pantai Watu Bolong, bahkan Pantai Drini. Kamu bisa menuju bukit ini dengan 15 menit perjalanan menanjak.

Keindahan sunset pantai Ngrumput bagi penikmat senja ©2021 Merdeka.com/Fata Imad

Pantai Ngrumput berjarak 65 km dari pusat kota Yogyakarta membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Untuk masuk ke pantai, kamu hanya perlu mengeluarkan Rp 10 ribu. Tarif parkir sepeda motor Rp 3 ribu dan untuk mobil Rp 5 ribu saja. Toilet, tempat makan, musala menjadi fasilitas pelengkap.

Jika kamu ingin bermalam, pastikan kamu punya bekal yang memadahi. Logistik, pakaian tebal, hingga peralatan medis ringan patut kamu persiapkan. Jika belum punya tenda, kamu bisa menyewanya di deretan warung milik warga. Hanya dengan Rp 80 ribu kamu bisa merasakan indahnya bermalam di pantai Ngrumput.

Pantai tersembunyi ini selalu menunjukkan pesonanya. Menikmati matahari terbenam, hingga menikmati indahnya malam tepi pantai. Menjadikan momen special yang pantas kamu coba saat berada di pantai Ngrumput.

Butuh Perjuangan ke Sini

Menyusuri Pesona Air Terjun Kembar Tiu Teja di Lereng Rinjani

Merdeka.com 2021-04-13 12:43:00
Air Terjun Kembar, Tiu Teja di Lombok Utara. ©2021 Merdeka.com/Pamzi

Pulau Lombok punya sejuta keindahannya. Selain kemegahan gunung Rinjani, ada destinasi wisata lain yang harus kamu datangi. Salah satu pesona alamnya ialah Air Terjun Tiu Teja, di desa Santong, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Air terjun ini bak keindahan alam yang tersembunyi dan wajib kamu telusuri.

Air terjun Kembar, menjadi julukan populer bagi air terjun Tiu Teja. Pasalnya, air terjun ini punya dua cabang air yang jatuh dari atas tebing. Batuan di atas tebing membuat aliran air terjun terbelah. Layaknya kembar siam, dua luncuran air berasal dari satu induk sungai. Saat kamu berada di depan air terjun, kemegahan Air Terjun Tiu Teja semakin terasa.

Jalan setapak, anak tangga dan jalan berbatu harus kamu lalui. Meskipun butuh perjuangan, keelokannya selalu menarik hasrat wisatawan. Tiu Teja bagaikan surga tersembunyi di lereng Gunung Rinjani.

©2021 Merdeka.com/Pamzi

Spot terbaik menikmati keindahan Tiu Teja berada di kolam bawah air terjun. Namun, kamu harus hati-hati akan derasnya air yang berjatuhan. Jalan yang sempit mengharuskan mobil untuk parkir di ujung jalan aspal. Selebihnya kamu bisa menyewa ojek motor dari warga sekitar. Dari parkiran motor, kamu harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Jalan setapak dan anak tangga mendominasi perjalanan.

Suasana rindang pepohonan menjadi obat letih wisatawan. Ciri khas hutan lereng Rinjani yang teduh, seakan menyembunyikan pesona Air Terjun Tiu Teja. Harus waspada, jalan tanah dan anak tangga ditumbuhi lumut. Jika tidak kamu bisa terpeleset karenanya. Beruntungnya, beberapa anak tangga dilengkapi dengan pegangan. Sehingga perjalanan menjadi lebih aman.

Jika beruntung, kamu bisa menemui kera di sekitar perjalanan. Satwa lokal lereng Gunung Rinjani ini biasa mencari makan di sekitar air tejun. Kamu juga bisa sedikit berbagi camilan kacangmu kepada mereka. Jangan takut, mereka tergolong kera yang jinak.

©2021 Merdeka.com/Pamzi

Setelah menempuh 10 menit berjalan, suara gemuruh air semakin jelas terdengar. Samar dari balik semak dan pepohonan, kamu akan semakin mempercepat langkah. Sebuah perjalanan memenuhi hasrat tujuan keindahan Tiu Teja. Kamu telah berhasil sampai di depan Air Terjun Tiu Teja. Dari bawah, gemuruh air yang berjatuhan memberikan nuansa yang khas.

Kesegaran air terjun ini semakin menarik keinginan untuk bermain air di bawahnya. Dikarenakan debit air yang tinggi, jarak amannya ialah 5-10 meter. Cipratan air terjun tetap bisa kamu rasakan. Kolam pada air terjun juga bisa kamu gunakan untuk bermain air. Kesegaran air terjun yang bersumber dari mata air Gunung Rinjani ini tak boleh kamu lewatkan.

©2021 Merdeka.com/Pamzi

Dibalut rindangnya pepohonan, panorama Air Terjun Tiu Teja semakin kontras jelas. Panorama dua kucuran air yang jatuh menjadi menjadi pemeran utama. Nama Tiu Teja berasal dari bahasa suku Sasak yang berarti Air Pelangi. Pasalnya, kilauan matahari di balik pepohonan, menembus cipratan air terjun menimbulkan lengkung pelangi. Menambah cantik landscape Tiu Teja. Keindahannya patut kamu abadikan dengan kamera dan sosial media.

Jika ingin panorama lain, kamu bisa naik ke atas tebing di samping kiri air terjun. Dari sini, kamu bisa merasakan pemandangan air terjun setinggi 40 meter. Memperhatikan jarak aman, kamu bisa berlama-lama menikmati keelokan Air Terjun Tiu Teja. Teknik pengambilan gambar slow speed patut kamu coba. Guratan lembut air terjun akan tertangkap kameramu. Menjadikan semakin menarik foto buat Instagrammu.

©2021 Merdeka.com/Pamzi

Saking alaminya, belum ada fasilitas pendukung yang ada di kompleks Tiu Teja. Bekal makan dan minum harus kamu siapkan. Jangan khawatir, keindahan air terjun akan mematahkan rasa capai dan letih perjalananmu.

Bagi kamu yang ingin mengunjungi Air Terjun Tiu Teja, kamu bisa menempuh 71 kilometer dari kota Mataram. Tiket masuknya pun murah, hanya dengan Rp 3 ribu, kamu bisa menikmati pesona Air Terjun Tiu Teja. Selama keasrian air terjun terjaga, keindahan air terjun ini akan selalu memanjakan setiap wisatawan.