Dengan topi baseball dan syal menutup wajah mereka, yang terlihat hanya mata mereka yang tajam ketika belasan anak berdiri memperhatikan, senapan di samping mereka.
Di jantung negara bagian Guerrero, Mexico yang dilanda kekerasan, belajar menggunakan senjata dimulai pada usia belia.
Di desa Ayahualtempa, di kaki bukit yang lebat, lapangan basket digunakan sebagai tempat latihan untuk anak-anak ini, berusia antara lima dan 15 tahun. Anak-anak berlatih dengan senapan dan pistol atau senjata darurat dalam beragam posisi bidikan selama beberapa jam setiap pekan.
“Posisi tiga!” teriak pelatih, Bernardino Sanchez, seperti dikutip dari AFP, Kamis (29/4).
Bernardino Sanchez adalah anggota milisi yang bertanggung jawab atas keamanan 16 desa di wilayah Guerrero, yang bergerak atas nama Regional Coordinator of Community Authorities (CRAC-PF).
Guerrero adalah salah satu wilayah termiskin dan penuh kekerasan di Meksiko, dengan angka pembunuhan tertinggi karena perang geng narkoba soal perdagangan opium dan ganja.
Pertempuran melawan kartel
Dalam menghadapi pengabaian pemerintah, 600 orang secara sukarela bergabung dengan pasukan milisi untuk melawan kejahatan terorganisir. Mereka termasuk anak-anak.
Atas perintah Sanchez, para pemuda melakukan latihan dan menjatuhkan diri mereka ke tanah di tengah kepulan debu, senapan diarahkan ke musuh bayangan. Lawan mereka mungkin imajiner untuk latihan tersebut tetapi kekerasan kartel narkoba yang melanda wilayah tersebut sangat nyata.
Sepekan lalu, sembilan pria dan seorang anak – musisi dan asisten mereka – diculik dan disiksa, dan tubuh mereka yang hangus terbakar ditemukan di dalam dua mobil van di dasar jurang.
Pihak berwenang Meksiko segera mengenali hasil perbuatan karel lokal Los Ardillos tapi tidak segera bertindak terhadap mereka. Jengkel dengan pengabaian aparat, pemimpin komunitas di seluruh wilayah, termasuk Ayahualtempa, memutuskan mengatasi masalah itu dengan tangan mereka sendiri dan mengajar anak-anak menembak.
Sebanyak 30 anak dilatih. Mereka yang berusia di bawah 13 tahun belum dilibatkan dalam patrol tapi siap bertempur jika terjadi serangan kartel Los Ardillos, seperti yang terjadi pada Mei 2015 ketika kartel itu memasuki balai kota Chilapa dan menculik lebih dari 30 orang.
Sejak saat itu, bentrokan antara milisi dan penyelundup narkoba belum mereda.
Di dekat tempat latihan terdapat beberapa pondok reyot. Di dalamnya terdapat baju, sepatu anak-anak, dan kantong-kantong tongkol jagung busuk, barang-barang yang ditinggalkan ketika penghuninya melarikan diri.
Mereka harus melindungi diri sendiri
Situasinya menjadi tak terkendalikan bagi para penduduk di wilayah tersebut dan para orang tua setuju anaknya bergabung dengan milisi.
“Saya ingin sekolah, tapi sejak sekolah ditutup untuk wilayah di mana Los Ardillos beroperasi, saya lebih memilih polisi komunitas. Mereka akan menangkapku,” kata Gustavo, bocah 13 tahun.
Bocah ini mengatakan dia merasa keren memegang senapan kaliber .22 dan sudah tahu bagaimana menggunakan dan membersihkannya.
Ayah Gustavo, Luis, telah menjadi anggota milisi itu selama tiga tahun.
Putra Luis lainnya, Gerardo (15), juga belajar bagaimana mempertahankan diri dan keluarga selama berlatih.
“Anak-anak ini memutuskan untuk mendukung kami,” kata Luis, mengingat hari ketika dua putranya mengatakan mereka ingin mempersenjatai diri mereka dan meninggalkan sekolah. Luis mengatakan telah "berusaha keras" untuk membeli senapan berburu untuk anak-anaknya dan senjata untuk diri sendiri.
Anak-anak ini berlatih menembak dalam berbagai posisi selama dua jam dalam sepekan. Gagasan agar mereka juga belajar bagaimana membela diri itu penting jika sewaktu-waktu mereka menjadi yatim piatu.
Semua anak memakai kaos hijau zaitun khas milisi yang berukuran jauh lebih besar dari ukuran badan mereka.
“Anak-anak saya sekarang memiliki keberanian lebih daripada ketakutan. Mereka tahu bagaimana memegang senjata. Ketika kelompok bersenjata menyerbu komunitas, mereka harus melawan dan membela diri,” jelas Luis.
Pada Jumat, Gubernur Guerrero, Hector Astudillo muncul pertama kalinya di wilayah itu sejak menjabat empat tahun lalu. Dia mengkritik pelatihan anak-anak ini dan bernegosiasi dengan para milisi terkait pencabutan penutupan jalan.
Bernardino mengatakan banyak anak telah kehilangan orang tua mereka, dan dia tidak ingin melihat anak yang lain ditakutkan dengan pembunuhan orang yang mereka cintai.
Baca juga:
Geng Narkoba Bantai 13 Polisi Meksiko di Siang Hari
Nestapa Imigran Amerika Tengah Usai Melintasi Perbatasan
Parlemen Meksiko Setujui RUU Legalisasi Ganja untuk Tujuan Rekreasi
Kericuhan Warnai Peringatan Hari Perempuan Internasional di Meksiko
Dikenal Sebagai Istri Bos Kartel Narkoba, Siapa Sesungguhnya Emma Coronel Aispuro?
Sosok Cantik Istri El Chapo yang Jadi Ratu Narkoba
Dokter di Meksiko Dirawat di RS Setelah Disuntik Vaksin Covid-19