Dulu Ditakuti Sekarang Tobat

Ketika Anggota Geng Motor Hijrah

Merdeka.com 2021-05-01 21:39:00
Anggota geng motor hijrah. ©2018 Merdeka.com/Dian Rosadi

Cerita mengenai kasus kebrutalan geng motor sudah melegenda di wilayah Bandung Raya dalam beberapa tahun terakhir. Mulai dari aksi pencurian, perampokan, hingga tawuran antar geng motor. Tak jarang akibat dari perilaku tersebut hingga menimbulkan korban.

Masyarakat pun merasa resah dengan kehadiran geng motor. Keberadaan mereka seolah menjadi teror yang menakutkan. Geng motor mendapat cap negatif dari masyarakat akibat perilaku negatif mereka.

Namun secara perlahan, para anggota geng motor di Bandung mulai insaf. Hingar bingar perilaku negatif di masa lalu kini tak lagi massif terdengar.

Sejak beberapa tahun ke belakang, ratusan pemuda mantan anggota geng motor di Bandung kini diikat oleh tali persaudaraan kuat. Mereka sepakat untuk hijrah dan mendeklarasikan perkumpulan 'Brotherhood Till Jannah'. Bertempat di Masjid Al Kautsar, Kopo Permai, Kabupaten Bandung para mantan anggota geng motor bersepakat untuk meninggalkan perilaku negatif mereka di masa lalu.

Seperti diungkapkan Ceko (24). Anggota XTC ini memutuskan hijrah karena ingin memperbaiki diri. Dia ingin menata hidupnya yang sempat terjerembab ke dalam perilaku brutal geng motor.

"Saya berpikir kalau saya begini terus saya mau jadi apa. Kebutuhan di dunia bisa dicari, bagaimana di akhirat," ujar mahasiswa di salah satu universitas swasta di Bandung ini.

Dia sendiri masuk ke dalam lingkaran geng motor saat duduk di bangku kelas 1 SMP pada tahun 2009. Ceko masuk geng motor lantaran memiliki teman-teman yang solid. Selain itu mereka pun tidak pilih-pilih teman.

Diakuinya, beragam perilaku negatif sempat dilakukannya bersama teman-teman satu geng. Sebagian besar yakni tawuran dengan geng motor lain. Akibat dari perilakunya ini Ceko sempat lima kali harus berurusan dengan pihak berwajib.

"Kenakalannya berantem, mukulin geng lain. Paling parah sampai bikin koma orang pakai senjata tajam. Kejadian di pasar baru beberapa tahun lalu," katanya mengenang.

Namun semua kenakalan itu perlahan ditinggalkan. Sejak dua tahun terakhir, Ceko ingin menata hidupnya kembali. Dia pun lebih banyak berkumpul dengan rekan-rekannya mantan anggota motor yang hijrah.

"Seperti acara ini kalau buat saya bagus. Untuk membuka hati anggota yang lain. Kegiatan ini bisa saling mengikat persaudaraan lewat kegiatan positif. Sekarang hidup tenteram, sudah berhenti minum, enggak tawuran dan keluar rumah enggak perlu bawa senjata tajam," ungkapnya.

Hal senada diungkapkan Rio Rizky (17). Mantan anggota geng motor ini juga sempat merasakan hingar bingar perilaku negatif geng motor.

"Dulu pernah pas ada acara ulang tahun di Pangandaran. Pas pulang dari Pangandaran kita dicegat sama 1000 anggota geng motor lain. Di situ kita cuma 400 orang. Di situ tawuran, alhamdulillah engga ada yang meninggal, cuma luka luka," katanya.

Dia pun sempat beberapa kali berurusan dengan polisi akibat perilaku negatifnya dulu. Namun dia pun terinspirasi dengan rekan-rekannya di XTC yang mulai berhijrah.

"Kita dari waktu ke waktu, mulai belajar dewasa untuk berusaha menjadi lebih baik. Kita ngadain acara kecil kecil syukuran. Alhamdulillah sampai sekarang," katanya.

Rio pun ingin mengajak rekan-rekannya yang lain yang masih terjerumus dalam dunia geng motor. Dia mengajak untuk meninggalkan seluruh perilaku negatif.

"Hayuk (ayo) kita sama-sama berkegiatan positif. Di sini kita sama-sama belajar supaya menata hidup yang lebih baik," ucap pria yang memutuskan hijrah sejak 2016 ini.

Ustadz Asep Rachmat, selaku penasehat Pemuda Alkautsar mengatakan, acara yang dihadiri oleh sekitar 400 orang pemuda ini diikuti oleh mantan anggota geng motor di Jawa Barat khususnya kabupaten Bandung. Dia berharap melalui gerakan ini dapat menginspirasi para anggota geng motor yang lain untuk berubah ke arah yang lebih baik.

"Semoga acara ini dapat berdampak besar bagi kebersatuan bangsa. Kami ajak para pemuda ke arah yang lebih baik sehingga terwujud manfaat positif di tengah masyarakat," ungkapnya.

Dalam acara tersebut dihadiri oleh anggota Brigez, Moonraker, XTC. Selain diisi talkshow religi bertema kepemimpinan dan persaudaraan, acara juga disemarakkan oleh aksi freestyle rider, atraksi olahraga, dan bazzar.

Ini Cerita Preman Pensiun Asli

Kisah Inspiratif Isbul, Mantan Preman Sangar Bandung yang Dapat Hidayah Saat Mabuk

Merdeka.com 2020-07-24 12:55:00
Kang Is. ©2015 Merdeka.com

Premanisme akrab dengan kehidupan perkotaan metropolitan. Di Indonesia, ada beberapa preman yang terkenal, tak hanya karena keganasannya, tapi ada juga yang dikenal karena kisahnya.

Nama-nama besar di dunia premanisme, masih ada yang masih bertahan, tapi banyak juga yang sudah pensiun dan bertaubat. Seperti judul sinetron yang berlatar belakang di Bandung, Preman Pensiun.

Kisah preman pensiun tersebut juga melekat kepada salah seorang mantan preman dari kota kembang, Iskandar Bule. Pria berusia 59 tahun itu, dulu terkenal sebagai preman yang disegani se-wilayah Kota Bandung.

Bahkan ia menceritakan, jika jeruji besi sudah menjadi “rumah kedua”-nya. Iskandar Bule atau Isbul, terkenal ditakuti pada dekade 80-an itu.


Awal Mula Petualangan Isbul

Dengan tangan yang dihiasi beragam tato sebagai warisan petualangan di masa lalu, Isbul bercerita awal mula terjerumusnya dalam dunia premanisme. Sejak kecil, Isbul kerap kabur dari rumah, bahkan dari SD hingga SMA.

Bahkan, ada cerita menarik saat Isbul masih SD. Ia pernah membawa senjata api milik ayahnya yang seorang anggota TNI, dan membuat seluruh isi sekolah takut. Karena perbuatannya itu, Isbul dikeluarkan dari sekolah.

Di tahun 1979, ia memulai petualangan liarnya dengan mencuri mobil hingga mengedarkan narkoba di kawasan klub malam. Perbuatannya itu membuatnya masuk penjara selama 5 bulan.

"Siapa sih polisi yang enggak kenal saya, Itulah saya dulu. Orang saya tukang masuk keluar penjara. Tahun 79 saya masuk penjara gara-gara curi mobil, tahun 1980 saya pakai narkoba, saya dipenjara 5 bulan," kata Pria kelahiran Yugoslavia itu.


Jadi Pengedar Narkoba hingga Hampir Meregang Nyawa

Saat usia belasan tahun, dirinya disekolahkan di SMA Daya Siswa di kawasan Braga. Kelakuannya semakin menjadi, dengan memulai mengedarkan narkoba serta daun ganja. Saat SMA ia sudah menjadi pengedar yang cukup dikenal.

Pixabay ©2020 Merdeka.com

Di masa SMA-nya, Isbul juga ditawari untuk masuk ke dalam sebuah kelompok (gengster), lantaran menolak, ia kemudian dikeroyok hingga ditusuk di bagian punggung. Kejadian tersebut tidak membuatnya ciut, Ia lalu kembali ke kawasan Cikapundung untuk menantang para pengeroyoknya.

"Saya kan dulu nongkrongnya di emperan Cikapundung. Di situ jual narkoba, Hingga suatu saat saya ditusuk karena tidak mau masuk kelompok. Saya di situ sudah hampir mati, tapi beruntung saya masih bisa selamat," ujarnya sambil tertawa saat diwawancara tim Merdeka.com, 2015 silam.


Mendirikan BOSS

Kiprahnya semakin tak terkalahkan ketika dirinya memegang hampir 70 persen keamanan dari tempat-tempat keramaian di Kota Bandung. Hingga dirinya mendirikan sebuah wadah untuk mengasah kekuatan bernama BOSS.

BOSS merupakan tempat bela diri yang didirikan Isbul untuk membantu mengamankan tempat-teman umum yang dikuasainya. Melalui kegiatan tersebut, Isbul mengaku selalu tak kekurangan uang, yang juga digunakan untuk membeli narkoba dan minuman keras.

"Kalau untuk judi hampir semua setor ke saya. Saya tidak pernah kekurangan uang saat itu. Tapi ya itu, duit setan abisnya untuk setan lagi," imbuhnya dengan ekspresi serius.


Mendapat Hidayah Saat Mabuk

penayasin.com ©2020 Merdeka.com

Dulu, Isbul memang selalu menggemari minuman dan obat-obatan terlarang sebagai kesehariannya. Cerita menariknya, Isbul mengaku mendapatkan hidayah ketika dirinya dalam keadaan mabuk. Ketika itu, ia berdoa setelah meminum minuman keras. Usai berdoa, Isbul tersadar akan perbuatan masa lalunya.

"Pas masih di dunia kelam juga, saya selalu tersirat ingin berubah. Kadang lagi mabok mau tidur, suka ngedoa 'Ya Allah saya teh pengin bageur. Pengin baik, Is teh. Cape baong wae'. Tapi itu hanya muncul di pikiran dan doa saya," ujarnya, dilansir dari ayobandung.com.


Memberdayakan Preman Jalanan

Sejak itu, dirinya perlahan mulai meninggalkan dunia hitam, dan berupaya mengajak beberapa rekannya untuk berlatih di seni beladiri kick boxing. Tak hanya itu, Isbul juga mengalihkan waktunya untuk olahraga muangthai. Saat itu sekitar tahun 2006, mulai banyak preman-preman yang 'tobat' dan tidak berbuat kejahatan setelah mengikuti aktivitas di tempat olahraga Isbul.

©REUTERS/Maxim Shemetov

Bahkan dari itu, Isbul berhasil memberdayakan beberapa preman hingga menjuarai kejuaraan kick boxing di negara Thailand. Ia juga melebarkan sayap BOSS menjadi sebuah Organisasi Masyarakat (ORMAS) dengan melatih para preman menjadi security hingga mendapatkan pekerjaan yang layak.

"Ada nama-nama lainnya yang menorehkan prestasi juga," jelasnya.


Kini Banyak Habiskan Waktu di Masjid

Hingga kini, Isbul banyak menghabiskan waktunya di Masjid Madinah Jalan Depok Raya, Antapani, Bandung, Jawa Barat. Di sana dirinya selalu terlihat saat waktu salat lima wajib. Ia juga selalu memberikan motivasi dengan berdakwah hingga 3 kali dalam satu bulan.

"Dalam satu bulan bisa tiga kali dakwah. Sedangkan 27 hari saya di masjid. Pergi (dari rumah) sebelum dzuhur. Lalu pulang abis Isya. Kalau dakwah saya sudah keliling-keliling ke beberapa negara. Karena pelajaran dan kebaikan yang saya punya harus di dakwahkan," imbuhnya.


Ingin Meninggal dalam Keadaan Berdakwah

Setelah bertaubat dan mendekatkan diri para Sang Pencipta, Isbul mengaku selalu bermunajat agar bisa bertemu dengan Tuhan saat sedang berdakwah. Ia sadar dakwah tak melulu harus menjadi ahli Quran. Menurut Isbul, berdakwah bisa dilakukan dengan bagaimana caranya nilai kebaikan dan perintah Allah SWT dijalankan dan ditularkan.

"Saya ingin dakwah sampai mati. Saya ingin mati di sini. Mati ketika berdakwah. Semoga doa saya di-ijabah sama Allah," tuturnya.

Anak Nakal Jadi Kiai Ribuan Santri

Inspiratif, Begini Kisah Santri Nakal yang Akhirnya Jadi Kyai dengan Ribuan Santri

Merdeka.com 2020-10-22 11:50:00
Pondok Pesantren di Cilacap. ©2020 liputan6.com

Tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Indonesia yang mayoritasnya pemeluk agama Islam, tentu sudah tak asing dengan istilah, santri. Bahkan, dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, santri turut berperan.

Di balik itu, ada banyak kisah-kisah unik yang melingkupi kehidupan sehari-hari para santri. Sebagai seorang santri, mereka hidup di tempat yang dijuluki "penjara suci" untuk fokus menyerap ilmu agama. Karena itu, mereka memiliki akses terbatas terhadap dunia luar.

Banyak orang tua mengirimkan anaknya yang 'nakal' ke pesantren, dengan harapan kepribadian mereka berubah. Karena fenomena itu, muncul stigma di masyarakat, kalau pesantren menjadi tempat 'pelarian' anak-anak nakal.

Di pesantren, ada pemuka agama atau kiai yang bertindak seperti guru. Tentu, mereka sudah berpengalaman dalam mendidik santri mereka. Mulai dari santri yang taat hingga nakal sekalipun. Ternyata, para kiai ini punya trik jitu dalam mendidik santri mereka, salah satunya Kiai Haji Ahmad Umar Abdul Manan yang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad, Solo.

Tak tanggung-tanggung, salah satu santrinya yang dulu disebut paling nakal, kini menjadi seorang kiai muda yang disegani dengan ribuan santri. Siapa dia dan bagaimana kisahnya? Berikut selengkapnya:


Kisah Santri Nakal

Dikutip dari Pecihitam.org, pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad merasa kesulitan dalam mengurus para santri nakal yang kerap membuat ulah. Mereka kemudian, mengadukan kepada Kiai Umar. Mendengar aduan itu, Kiai Umar meminta tolong agar nama santri-santri yang nakal itu dicatat dan diberi ranking berdasarkan tingkat kenakalannya.

Mendengar perintah demikian, sang pengurus pondok senang sekali. Dengan semangatnya, dia menuliskan nama-nama para santri nakal itu. Dia berpikir kalau para santri nakal itu akan dikeluarkan.

©2020 liputan6.com

Setelah tiga minggu, para santri nakal itu masih saja berkeliaran di pesantren. Bahkan mereka juga tidak dipanggil untuk menghadap langsung Kiai Umar agar mendapat hukuman.


Cara Seorang Kiai Mendidik Santri Nakal

Karena penasaran, akhirnya si pengurus pondok memberanikan diri untuk menanyakan langsung ke Kiai Umar. Dia bertanya kenapa santri-santri yang telah ia tuliskan itu tak kunjung dikeluarkan dari pondok.

Mendengar pertanyaan itu, Kiai Umar hanya tersenyum. Dia menjelaskan pada pengurus pondok itu kalau para santri itu memang dikirim ke pesantren itu justru karena mereka nakal.

Makanya, ia secara khusus mendoakan nama-nama yang tertera sebagai santri nakal itu sebagai prioritas utama dalam Salat Tahajjud.

©2020 liputan6.com

Kiai Umar juga sering memanggil para santri nakal itu ke kediamannya dan dijamu dengan makanan yang enak. Di sana para santri diajak bicara baik-baik sampai si santri merasa bersalah dan ingin memperbaiki diri.

Cara Kiai Umar ini banyak dipraktikkan kiai-kiai lain dalam mendidik santri nakal, seperti KH. Baidlowi Syamsuri asal Purwodadi dan Kiai Ali Maksum asal Yogyakarta.


Jadi Kiai dengan Ribuan Santri

Setelah sekian tahun berlalu, kisah tentang santri nakal itu diceritakan kembali oleh KH Musthofa Bisri dalam ceramahnya di Pesantren Azzahro, Kendal. Waktu itu, para hadirin banyak yang tertawa mendengar cerita kiai yang terkenal dengan nama Gus Mus itu.

Saat itu, ada satu orang yang tidak tertawa, justru dia tertunduk diam. Begitu Gus Mus turun dari mimbar, pria yang ternyata juga seorang kiai itu langsung merangkul Gus Mus.

©2019 Merdeka.com

Dengan bicara yang pelan, kiai itu berkata bahwa dulunya ialah yang berada pada urutan teratas santri paling nakal. Namun kini, dia telah menjadi kiai muda yang disegani dengan ribuan orang santri.

Jalan Hijrah Anak Punk

Jalan Hijrah Anak-Anak Punk Depok

Merdeka.com 2019-05-16 10:50:42
Anak punk di Depok belajar Alquran. ©2019 Merdeka.com

Keberadaan anak Punk di jalanan kerap menjadi momok bagi masyarakat. Mereka dianggap sebagai kelompok yang meresahkan dan terindikasi berkaitan dengan kejahatan jalanan. Dengan tampilan yang terlihat urakan dan lusuh, membuat anak Punk ini menjadi termarjinalkan. Mereka kerap terlihat di pinggir jalan mengamen ataupun tidur di emperan toko.

Melihat kondisi tersebut, Wirawan Yosh selaku pendiri Komunitas Seniman Terminal (Senter) Depok pun merasa terpanggil untuk mengajak anak Punk hijrah ke jalan yang benar. Di tangannya, ratusan anak Punk, pengamen dan anak jalanan diajak dan dibawa menuju jalan Tuhan.

Komunitas Senter mengajak anak Punk belajar mengaji dan mendalami ilmu agama. Diakui Wawan, begitu biasa disapa, memperkenalkan anak Punk menuju jalan Tuhan memang tidak mudah. Perlu strategi tersendiri agar anak-anak Punk itu mau datang berkumpul dan akhirnya belajar agama.

"Pertama saya pakai metode sebar beras. Jadi saya carter gerobak bakso dan saya panggil anak-anak itu. Terus mereka ngumpul di kelas dan saya panggil ustaz. Nah mulailah mereka dikenalkan dengan agama perlahan-lahan," katanya kepada merdeka.com baru-baru ini.

Kebiasaan hidup di jalanan dan ketika menimba ilmu agama memang berbeda jauh. Wawan mengingat betul bagaimana perilaku anak-anak tersebut ketika pertama kali diajak berkumpul untuk belajar agama dengan imbalan makan bakso.

"Yah namanya anak jalanan. Pas di kelas ada yang tiduran ada yang sambil ngelakuin apa aja. Tapi saya bilang ke ustaznya ini jihad kita dan Alhamdulillah dimengerti," ceritanya.

Singkat cerita, kelamaan anak-anak jalanan itu pun menjadi terbiasa berkumpul dan belajar agama. Sehingga tanpa imbalan makan bakso pun mereka sudah datang dengan sendirinya untuk mengaji. Kegiatan ini kata Wawan sudah dimulai sejak Komunitas Senter berdiri di tahun 2010. Hingga akhirnya kegiatan ini berkembang pesat.

"Namun di tahun 2014-2015 terjadi kendala. Sehingga saya meminta mereka untuk kembali sendiri-sendiri. Mereka ada yang ke jalanan lagi dan dengan kehidupan yang lalu. Di tahun 2018 kemarin ternyata mereka rindu untuk belajar agama lagi. Mereka meminta saya untuk kembali mengaktifkan pengajian. Dan dengan Bismillah kami jalan lagi sampai sekarang," tuturnya.

Aktivitas mengaji Komunitas Senter ini mulanya digelar pada Kamis malam di Masjid Sekolah Terminal (Master) Depok. Di sana mereka bersama-sama membaca Surat Yasin. Namun sekarang pengajian digelar pada Jumat malam.

"Jadi mereka sama-sama membaca Alquran dengan dibimbing oleh relawan kami. Alhamdulillah ada beberapa relawan yang dengan sukarela mau berbagi ilmu dengan teman-teman di sini," tukasnya.

Selain mengaji, Komunitas Senter ini juga memiliki segudang kegiatan keagamaan. Mulai dari buka bersama, berbagi takjil, santunan dan zakat. Wawan memiliki harapan agar jejak kecil yang dilakukannya bersama teman-temanya ini bisa bermanfaat bagi anak-anak yang hidup di jalanan. Kemudian dapat mengubah pandangan masyarakat bahwa anak Punk itu menyeramkan dan cenderung kriminal.

"Ini yang kami ingin ubah mengenai stigma negatif anak Punk. Kalau kita sudah bergaul dengan mereka kita bisa mendapatkan nilai positifnya, di mana solidaritas mereka sangat kental dan bisa bertahan hidup dengan kondisi apapun itu. Ini yang seharusnya kita ambil pelajaran dari mereka," paparnya.

Mengajarkan Alquran pada anak-anak tersebut kata Wawan memang bukan hal mudah. Sehingga harus dilakukan secara perlahan. Namun setidaknya anak-anak jalanan tersebut sudah memiliki niat dan kemauan untuk hijrah ke jalan yang lebih baik.

"Kami juga ada kerja sama dengan komunitas lain. Kami ada program hapus tato dengan syarat bayar dengan hapalan Surah Ar Rahman. Intinya kami ingin membawa mereka ke jalan lebih baik," katanya.

Edo, salah satu anak Punk yang ikut mengaji mengaku hidupnya kini lebih tenang dan nyaman. Dia seolah merasakan hal berbeda setelah 10 tahun tidak menyentuh dan membaca Kitab Suci. Edo adalah anak Punk asal Padang yang datang ke Depok 10 tahun lalu.

"Pertama kali baca Alquran lagi ada rasa sedih. Saya nyesal kenapa dulu saya tinggalkan Alquran," katanya.

Edo adalah mantan hafiz (penghapal Alquran). Dulu dia sudah menghafal empat juzz. Bahkan dulu dia sering mengajarkan keluarganya untuk membaca Alquran. Kini Edo hanya berharap jalan hijrah yang dipilihnya dapat membawa keberkahan dan ketenangan baginya dan keluarga kecilnya. "Saya sudah berkeluarga jadi saya berharap bisa lebih baik lagi," pungkasnya.

Nenek Miskin Ahli Sedekah

Kisah Nenek Tunanetra Kerja Jadi Pemecah Batu, Tetap Berbagi Meski Penghasilan Minim

Merdeka.com 2021-04-30 09:25:00
Kisah Nenek Tunanetra Kerja Jadi Pemecah Batu, Tetap Berbagi Meski Penghasilan Minim. Instagram/©2021 Merdeka.com

Masih begitu banyak masyarakat di Indonesia yang bertahan hidup dalam keadaan ekonomi yang buruk. Kemiskinan seolah menjadi momok bagi sebagian masyarakat kecil yang harus berjuang demi melanjutkan kehidupannya.

Seperti nenek tunanetra yang satu ini, di usia senjanya ia harus tetap bekerja keras meski mendapatkan hasil yang begitu minim. Namun sungguh mulia, penghasilan minim tak menjadi penghalang baginya untuk terus berbagi.

Ingin tahu seperti apa kisah mengharukan dari sosok nenek tunanetra ini? Berikut ulasan selengkapnya.


Kerja Jadi Pemecah Batu

Mbah Tuminem, sosok nenek tua yang saat ini berusia 80 tahun dan harus tetap bekerja demi berjuang melawan kemiskinan serta melanjutkan hidupnya. Tak seberuntung orang lainnya, penglihatan Mbah Tuminem terganggu atau bisa disebut tunanetra.

Instagram/kitabisacom ©2021 Merdeka.com

Namun keterbatasan yang ada dalam dirinya tak menjadikan Mbah Tuminem tidak bekerja. Bahkan di usianya yang sangat tua dengan kaki yang ketika dibuat berjalan tertatih itu, ia menjadi seorang pemecah batu.


Sudah 35 Tahun Jadi Tukang Pemecah Batu

Setiap harinya, Mbah Tuminem harus pergi ke bantaran Kali Progo, Yogyakarta untuk mencari batu yang pada nantinya akan dipecah-pecah olehnya. Beliau sudah menjalani profesinya tersebut selama 35 tahun.

Instagram/kitabisacom ©2021 Merdeka.com

Selama 35 tahun itu, banyak sekali rintangan yang dilewati Mbah Tuminem termasuk tanah licin yang cukup berbahaya bagi kesehatannya yang sudah tak prima lagi itu.

"Penglihatannya yang terganggu dan tanah licin sering membuat Mbah terjatuh, bahkan mbah pernah terserempet motor dan kakinya terluka," tulis keterangan dalam video singkat yang diunggah oleh akun Instagram @kitabisacom.


1 Keranjang Batu hanya Dihargai Rp2500

Penghasilan yang didapatkan dari pekerjaan sebagai seorang pemecah batu sangatlah jauh dari kata cukup. Bayangkan saja, satu keranjang batu Mbah hanya diberi harga Rp2500 saja, itupun jika sedang ada orang yang mau membelinya.

Instagram/kitabisacom ©2021 Merdeka.com

"Tapi kalau enggak ada yang beli, Mbah harus pulang dengan tangan kosong," lanjut keterangan yang ada dalam video.


Tetap Berbagi Terhadap Sesama

Penghasilan minim yang didapati oleh Mbah Tuminem tak membuat dirinya berhenti melakukan tindakan mulia dan berhati besar. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat suka berbagi antar sesamanya dalam bentuk sedekah.

Instagram/kitabisacom ©2021 Merdeka.com

Mulai dari menyuapi anak-anak di sekitarnya makan nasi, membagikan orang disekitarnya nasi kotak ketika ada rezeki lebih. Meski dengan segala kekurangan yang ada pada dirinya, Mbah Tuminem masih seringkali berbagi terhadap sesama. Begitu mengharukan, ia juga mempunyai cita-cita ingin memberikan sembako kepada kaum dhuafa di sekitarnya.

Berbagi Takjil di AS, Apa Menunya?

Komunitas Muslim Indonesia di Amerika Sediakan Layanan Buka Puasa Drive Thru

Merdeka.com 2020-05-15 14:30:00
Ilustrasi masjid. ©2019 Merdeka.com/Free Images

Beberapa masjid di wilayah Maryland, Amerika Serikat ternyata masih mengadakan kegiatan walaupun situasi masih belum kondusif karena pandemi Covid-19. Kegiatan berupa buka bersama secara drive thru tersebut tetap dilakukan walau masjid masih ditutup untuk melakukan kegiatan ibadah.

Informasi yang dilansir dari Liputan6.com, masjid komunitas Indonesia,Imaam Center,memanfaatkan kegiatan tersebut untuk memperkenalkan sajian masakan khas Indonesia.


Buka Puasa Drive Thru

Kegiatan buka bersama secara drive thru ini berawal dari keinginan untuk melakukan agenda buka puasa bersama. Namun, karena ada kebijakan untuk menutup tempat umum karena pandemi virus corona, maka buka puasa tersebut dilakukan tanpa menyantap sajian buka puasa secara bersama-sama.

Beberapa masjid di Maryland, Amerika Serikat tersebut kemudian memilih untuk mengadakan agenda buka puasa drive thru. Pelaksanaan agenda tersebut sudah dilakukan pada awal bulan Mei lalu dan Muslim Community Center mengadakannya setiap hari.

Masjid-masjid yang tergabung dalam komunitas itu lantas melakukan kegiatan buka puasa drive thru tersebut secara bergantian. Prince George’s Muslim Association pada setiap Rabu, Islamic Center of Maryland melakukannya setiap Sabtu, Darussalam, Islamic Community Center of Potomac, dan masjid komunitas Muslim Indonesia, Imaam Center, setiap Minggu.


Bantu Jemaah Terdampak Virus Corona

Tujuan kegiatan ini adalah membantu para jemaah yang ada di wilayah sekitar dengan memberikan makanan untuk berbuka puasa. Untuk proses pemberiannya adalah dengan mengundang jemaah untuk mengambil makanan buka puasa di masjid yang mendapatkan giliran.

Untuk mematuhi peraturan pemerintah dalam melakukan pembatasan sosial, para jemaah tidak perlu turun dari kendaraan mereka dan langsung dapat meninggalkan area masjid. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan di halaman masjid.

Apa lagi kegiatan tersebut dilakukan oleh relawan yang diawasi langsung oleh Yudi Sutrisno selaku Ketua panitia Ramadan 1441 Hijriah Imaam Center.

"Kita sediakan kurang lebih untuk 150 regular jemaah Indonesia dan non-Indonesia," ujar Yudi.


Paket Makanan Indonesia dan Paket Sembako

Salah satu yang istimewa dari kegiatan tersebut adalah paket menu buka puasanya yang berupa masakan khas Indonesia. Masakan-masakan khas Indonesia itu menjadi daya tarik sendiri bagi jemaah masjid.

Yudi menunjukkan menu iftar untuk tanggal 10 Mei berupa nasi kuning lengkap dan sate kambing.

"Kita gunakan kesempatan ini untuk memperkenalkan makanan khas Indonesia kepada jemaah non-Indonesia," jelasnya.

Selain menu berbuka puasa, dalam kegiatan tersebut pihaknya juga menyediakan paket sembako yang berisi kebutuhan logistik. Paket sembako tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan logistik rumah tangga selama tujuh sampai sepuluh hari.

Kegiatan yang dilakukan oleh komunitas muslim Indonesia ini mendapatkan respon yang positif dari jemaah.


Jemaah WNI yang Menerima

Salah seorang warga negara Indonesia yang tinggal di wilayah tersebut cukup bersyukur dengan adanya kegiatan itu. 

"Alhamdulillah dengan mendapat bantuan sembako dari Imaam, kita, warga Indonesia, sangat terbantu dengan adanya sembako ini. Isinya juga bermacam-macam, dan hampir setiap hari kita mendapat menu iftar dari warga yang menyumbang untuk warga Indonesia di Maryland, Virginia, dan sekitarnya. Alhamdulillah banget," ujar Rama Mahyudin.

Sementara itu jemaah lain yang datang mengaku bahwa mereka tidak hanya datang untuk mengambil paket menu berbuka puasa itu saja. Namun, mereka juga datang untuk mengobati kerinduan akan masjid walau hanya sebentar saja.

Anak Kuli Hafidz Quran

Kisah Inspiratif Anak Tukang Bangunan Hafal 30 Juz Alquran dalam 7 Bulan

Merdeka.com 2020-03-07 05:02:00
Neisya Shabina. Antara

Neisya Shabina, merupakan santri Dayah Insan Qurani Aceh Besar. Di usianya 15 tahun, dia berhasil mengkhatamkan hafalan Alquran 30 juz dalam kurun waktu tujuh bulan.

Remaja kelahiran 11 Juni 2004 tersebut mulai menghafal Alquran sejak akhir Juli tahun lalu, kemudian Neisya berhasil merampungkan hafalannya tepat pada Kamis (5/3) kemarin, dalam program kelas tahfiz khusus di pesantrennya.

"Selesai sekolah, Neisya ingin jadi dokter yang hafalan Alqurannya lancar 30 juz," katanya di Aceh Besar, Jumat (6/3). Dikutip dari Antara.

Ayah Neisya, Bahrum diketahui sehari-harinya bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan ibunya Fitriani berprofesi sebagai penjual kue.

Meski kondisi ekonomi keluarganya serba pas-pasan, namun tidak menyurutkan semangat bocah itu untuk mewujudkan keinginannya menjadi penghafal Alquran, bahkan cita-cita jadi dokter yang dekat dengan Alquran.

Pasukan elite AS Pertama Berhijab

Cetak Sejarah, Tentara Muslim Amerika Ini Jadi Wanita Berhijab Pertama Lulus Airborne

Merdeka.com 2021-04-16 07:37:00
Tentara Muslim Amerika Jadi Wanita Berhijab Pertama Lulus Airborne. Instagram @savannahspencer_ ©2021 Merdeka.com

Sosok tentara wanita cantik muslim ini berhasil menorehkan sejarah baru di Amerika Serikat. Wanita bernama Savanah Spencer ini menjadi wanita muslim berhijab pertama, yang lulus pendidikan Pasukan Lintas Udara atau Linud (Airborne).

Tak ayal potret cantiknya ramai diperbincangkan, hingga viral di Tanah Air. Diketahui, Savannah merupakan anggota US Army. Dia merupakan warga keturunan Afrika-Amerika.

Savannah bergabung dengan militer AS dan tetap menggunakan hijab. Berikut potretnya.


Buat Sejarah Baru

Instagram @savannahspencer_ ©2021 Merdeka.com

Lewat akun Instagram pribadinya, Savannah menyatakan telah membuat sejarah baru menjadi warga keturunan Afrika-Amerika muslim berhijab pertama yang lulus sekolah lintas udara alias Airborne.

"I made history as the first African American Hijabi (Muslim) to graduate airborne school 🪂 I met such amazing troopers & cannot wait to get that," tulisnya dalam caption.

(Saya membuat sejarah sebagai orang Afrika-Amerika berhijab (Muslim) pertama yang lulus sekolah Pasukan Lintas Udara. Saya bertemu dengan pasukan yang luar biasa dan tidak sabar untuk mendapatkannya)


Banyak Teman

Penampilan Savanah saat bertugas sebagai tentara Amerika Serikat, tampak berbeda dengan rekan sesama tentara lainnya. Sebab, dia mengenakan hijab.

Namun hal itu tak menjadi masalah. Melalui foto dan video yang dibagikannya di laman Instagram akun pribadinya, @savannahspencer_ , dia bisa berbaur dengan santai dengan tentara AS lainnya.

Instagram @savannahspencer_ ©2021 Merdeka.com

 

Airborne di Amerika merupakan pendidikan prajurit tentara untuk pasukan lintas udara atau dikenal dengan Linud. Pasukan ini dididik untuk bisa dikirim ke medan pertempuran melalui pesawat terbang.

Kemudian mereka terjun menggunakan parasut dan mendarat di kawasan musuh untuk melakukan penyerangan. Oleh sebab itu, pasukan ini biasanya siap di belakang garis pertahanan musuh. Biasa disebut dengan "serbuan udara". Istilah lain untuk prajurit di satuan ini, ialah pasukan penerjun payung atau paratrooper.


Tetap Cantik Tanpa Seragam

Instagram @savannahspencer_ ©2021 Merdeka.com

Paras cantik dalam potret yang dibagikan oleh Savanah di media sosial, saat tak mengenakan seragam tentara pun banyak dipuji.

"This filter is dangerous 😻," kelakarnya dalam caption.

"You are a Angel sent from heaven above," tulis @jamar.q.

"Gorgeous hijabi," tulis @heru_morenz.

"It's a new army lmao 😂," tulis @bambamdd214.


Tampil Cantik Berseragam Tentara Amerika

Instagram @savannahspencer_ ©2021 Merdeka.com

Tubuh gagah dan tampak kekar khas seorang tentara kentara pada diri Savanah. Meski begitu tampilan cantik nan manis dirinya dengan seragam tentara menambah kesan elegan. Tak ada keraguan atau malu pada dirinya meski tampil beda.

"You are who you attract 🤍 So thankful & grateful for my true supporters yall make my heart beyond full," tulisnya dalam keterangan foto untuk mengajak bersyukur.

Instagram @savannahspencer_ ©2021 Merdeka.com

Pancaran wanita blasteran Afrika dan Amerika tampak pada diri Savanah. Kulit eksotisnya menambah kesan manis dan seksi. Patut diketahui, kini Savanah telah memiliki dua putra yang masih kecil.

Baca juga:
Ingat Prajurit TNI Deva Natasya yang Dulu Viral, Ini Potret Terbarunya Sudah Berhijab
Potret Terbaru Tiara Tarumaselly, Ajudan Komandan Lanud dari Papua yang Sempat Viral
Kesaksian Calon TNI Wanita: Ditembaki & Dilempar Granat, Antara Hidup & Mati
Dikenal Sadis, Tentara Wanita Israel Tunjukkan Video Berteman Sama Anak Palestina
Penampilan Baru Desi Setiasari Anak Tukang Ojek jadi Kowad TNI, Berhijab Makin Cantik
Melihat Pendidikan Prajurit Wanita TNI AD, Digembleng Latihan Fisik Agar Siap Tempur

Mengetuk Pintu Surga

Sedekah Sepatu untuk Mereka yang Piatu

Merdeka.com 2020-06-27 11:04:00
Sedekah Sepatu di Rembang. ©2020 Merdeka.com

Sejak berusia 40 hari, Fajar hidup yatim. Ibunya meninggal, sedang bapaknya merantau tanpa ada kabar. Ia diasuh neneknya, Nini Remin.

Sepekan lalu, Fajar memperoleh pemberian sepatu baru. Nini Remin tersenyum. Duduk di teras di kediamannya di Desa Sumampir, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, ia bahagia ada yang memberi perhatian pada cucunya.

Fajar berusia 13 tahun. Ia baru saja lulus Sekolah Dasar (SD). "Saya sendiri gak ada penghasilan," kata Nini Remin, "Saya belum tahu, Yamin nanti meneruskan sekolah atau tidak," lanjutnya.

Duduk di samping Fajar, Yuspita Palupi, pegiat sosial Sedekah Sepatu Layak Pakai tak bisa menutupi kesedihannya. Tak sekali dua kali, ia mendengar duka nestapa saban mengantar sepasang sepatu pada anak-anak yatim piatu serta anak-anak tak mampu.

Sebelumnya, di Dusun Bawahan, Kecamatan Rembang, ia juga mendapati seorang anak yang mesti berjalan kaki selama satu jam menuju sekolah. Anak itu, di satu sisi sakit-sakitan. Di sisi lain, hidup di tengah keluarga miskin.

Pemberian bantuan kepada Fajar dan 5 anak lainnya di wilayah Kecamatan Rembang merupakan putaran kedua. Sebelumnya derma sepatu telah dilakukan ke Rumah Kreatif Wadas Kelir di Desa Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas. Berjalan sejak 4 April 2020 lalu, telah tersalurkan 50 sepatu sampai Jumat (26/6).

"Awalnya sedekah sepatu ini nir konsep," kata Yuspita yang akrab disapa Ita.

Sedekah sepatu bermula karena dorongan lubuk hati Ita sendiri. Ia melihat koleksi sepatu milik suaminya, anaknya, dan ia sendiri yang lebih banyak tergeletak tak terpakai. Ita merasa nilai guna sepatu itu akan lebih bermanfaat bila disalurkan pada yang membutuhkan.

Ita membersihkan sepatu-sepatu bekas tersebut ke jasa pencucian sepatu. Tekadnya bulat, menyalurkan sepatu-sepatu tersebut sebagai bagian solidaritas sosial.

"Senang rasanya. Apa yang kami miliki, bisa lebih berguna atau membantu orang lain," kata Ita.

Ita lantas mencoba memperluas sedekah sepatu lewat donasi terbuka di jejaring sosial, menghubungi saudara juga teman-teman dekatnya. Niat Ita disambut baik, lewat konektivitas digital sejumlah donatur mengirimkan sepatu. Sejumlah sahabat Ita juga ikut bergerak jadi relawan untuk menggalang donasi.

"Awalnya memang sepatu layak pakai yang dikirimkan sejumlah donator. Kebanyakan jenisnya sneakers. Tapi kemudian ada juga yang membantu uang untuk dibelikan sepatu-sepatu baru," ujarnya.

Sepatu-sepatu itu diperuntukkan bagi anak-anak PAUD sampai SMA. Sedang pendistribusian sepatu secara teknis melibatkan sejumlah relawan. Tugas relawan memastikan bahwa sepatu didistribusikan ke pihak yang membutuhkan. Selain itu, sebelum didistribusikan para relawan mendatangi kediaman calon penerima untuk memastikan ukuran sepatu yang dibutuhkan.

Berjalan kurang lebih 3 minggu, penyumbang meluas dari berbagai kota mulai dari Semarang sampai Yogya. Ita sendiri tinggal di Kabupaten Purbalingga. Ia dibantu oleh dua sahabatnya di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Banjarnegara yang menyediakan diri jadi penampung donasi sepatu untuk gerakan Sedekah Sepatu.

Salah satu sahabat Ita, Dinna, bercerita kegiatan menggalang bantuan untuk kebermanfaatan sesama juga jadi panggilan lubuk hatinya. Ia menilai sedekah sepatu punya manfaat jangka panjang karena tak habis selesai pakai. Dinna dan Ita sendiri sudah bersahabat lama kurang lebih 20 tahun sejak mereka bersama-sama memasuki perguruan tinggi di tahun 2001.

"Gerakan ini kan juga semakin memperkaya persahabatan kami. Pertemanan tak hanya bermanfaat satu sama lain, tapi bisa meluas lagi ke banyak orang lewat sedekah sepatu ini," kata Dinna yang berprofesi sebagai PNS di Banyumas ini.

Pengelola Taman Bacaan Masyarakat Wadas Kelir, Titi Anisatul Laely bersyukur sejumlah anak-anak di Rumah Kreatif Wadas Kelir (RKWK) mendapat bantuan dari Sedekah Sepatu Layak Pakai. Anisatul bercerita di RKWK menerima 22 pasang sepatu. 12 pasang sepatu telah diberikan pada anak-anak yang secara ekonomi berasal dari keluarga tak mampu atau hidup yatim piatu.

"Sumbangan ini tentu bermanfaat buat anak-anak untuk bersekolah dan melakukan kegiatan lain semisal saat wisata literasi," kata Anisatul.

Memberi Kehangatan Gelandangan

Kisah Warga Muslim di Inggris Sumbang Mantel buat Gelandangan

Merdeka.com 2021-05-01 11:45:00
muslim inggris sumbang mantel buat gelandangan. ©independent

Kisah inspiratif datang dari Inggris yang masih layak dibagikan saat ini. Sekitar 2016, Badan amal muslim di inggris mengumpulkan lebih dari 700 mantel dan 400 pakaian musim dingin untuk menyumbangkannya kepada gelandangan di jalanan Kota Manchester. Mereka akan melakukan ini selama bulan-bulan musim dingin berlangsung.

Human Appeal, sebuah badan bantuan internasional Inggris bersama dengan Hands On London telah meluncurkan kampanye bertajuk 'Wrap Up Manchester' yang mengimbau masyarakat untuk menyumbangkan pakaian musim dingin tidak terpakai kepada orang yang membutuhkan.

Pakaian yang telah disumbangkan kemudian disortir dan akan didistribusikan oleh Human Appeal ke tempat penampungan tunawisma, organisasi lansia, perlindungan perempuan, pusat anak-anak dan badan amal lainnya.

"Nantinya orang tunawisma akan datang ke salah satu tempat penampungan di mana mereka bisa mendapatkan mantel tersebut secara cuma-cuma. Dari sana, para petugas juga bisa menawarkan bantuan lain seperti pencarian tempat tinggal, apakah mereka punya masalah kesehatan, ataupun penyelesaian masalah kekerasan yang pernah dialami," ujar Koordinator proyek Human Appeal, Samra Said.

Dengan dilakukan hal ini, Said berharap agar masyarakat bisa turut menyebar kebaikan sehingga tercapai tujuan hidup lebih baik.

"Tentu saja, pakaian yang telah disumbang bukan saja bisa menghangatkan mereka, namun bisa mengubah hidup juga," tambah Said.

Kampanye itu mendapat dukungan dari para pemimpin partai politik di seluruh kota serta anggota parlemen dari Partai Buruh, Jim McMahon OBE dan Kandidat Wali Kota Jane Brophy. Mereka turut menyumbangkan mantel dan memberikan dukungan mereka di belakang layar.

Sementara itu, CEO Human Appel, Othman Moqbel menyatakan rasa terima kasihnya kepada seluruh relawan yang telah berpartisipasi dalam program ini.

"Bulan-bulan musim dingin memang tak kenal ampun terutama bagi mereka yang tidur di jalan atau tidak mampu membeli mantel musim dingin. Human Appeal hanya ingin memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka, dan memberikan kehangatan bagi yang membutuhkannya. Terima kasih banyak untuk semua orang yang membantu program 'Wrap Up Manchester' di musim dingin ini," ungkap Moqbel.