Berani Tampar Wajah Tentara Israel

Ahed Tamimi, Remaja Perempuan Palestina yang Berani Pukul dan Tampar Tentara Israel

Merdeka.com 2021-05-13 13:51:46
ahed al tamimi. ©Daily Sabah

Orang Israel menyebutnya 'Shirley si Pemarah'. Tapi rakyat Palestina menyebut dia pahlawan karena berani melawan tentara Israel yang menduduki wilayah Tepi Barat, tempat dia tinggal. Orang Israel mengatakan dia adalah bagian dari 'Pallywood' atau propaganda Palestina untuk menjelekkan Israel di media massa.

Nama asli remaja perempuan itu adalah Ahed Bassem al-Tamimi. Usianya kini menginjak 21 tahun. Video ketika dia memukul dan menampar tentara Israel saat masih berusia belasan tahun banyak tersebar luas di media sosial.

Tamimi dikenal sebagai aktivis Palestina yang berasal dari keluarga yang juga aktivis. Dia tinggal di Desa Nabi Saleh, Tepi Barat. Di desa ini unjuk rasa sudah jadi pemandangan biasa saban pekan sejak 2010. Penduduk desa melempari tentara Israel dengan batu karena tanah mereka dirampas untuk pembangunan pemukiman ilegal warga Yahudi, seperti dilansir the Washington Post, Desember 2016.

Kala itu kata militer Israel, pasukan mereka sedang menghadapi kerusuhan dari sekitar 200 warga Palestina, termasuk keluarga Tamimi. Sejumlah pendemo, kata Israel, masuk ke dalam rumah-rumah warga dan terus melempari mereka dengan batu.

Dalam video yang menjadi viral Tamimi terlihat berusaha mengusir kedua tentara Israel sambil memukul, menendang, dan menampar tentara itu. Kedua tentara berpakaian lengkap dan bersenjata itu terlihat tidak membalas perbuatan Tamimi.

Ayah Tamimi mengatakan putrinya bereaksi ketika tentara Israel menembak sepupunya, Muhammad al-Tamimi, pada 15 Desember 2016, ketika ikut berunjuk rasa menentang keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Beberapa hari kemudian sekitar pukul 04.00 tentara Israel mendatangi rumah Tamimi dan menangkapnya.

"Tentara mendatangi rumah dan menangkap putri saya Ahed Tamimi setelah media Israel menyerang dia karena menghentikan tentara di depan rumah kami ketika si tentara menembak kepala seorang anak," kata ayah Tamimi di laman Facebook.

Dia juga mengatakan tentara Israel mengambil ponsel, kamera, laptop, menggeledah rumah dan memukuli istri dan anaknya.

Video ketika Tamimi ditangkap juga kemudian menjadi viral.

Senjata Bikin Israel Deg-degan

Roket-roket Gaza, Persenjataan Rakitan yang Membuat Israel Kalang Kabut

Merdeka.com 2021-05-15 07:20:00
serangan roket hamas ke israel. ©2021 REUTERS

Mereka menyelundupkan bagian-bagian bahan bakunya atau membuatnya sendiri, dibantu cara pembuatannya dari Iran. Mereka menggunakan kembali pipa-pipa yang diambil dari pemukiman Israel yang ditinggalkan dan komponen yang diambil dari bekas bom Israel. Mereka merakit roket di bawah tanah atau di lingkungan padat di mana serangan udara Israel kemungkinan besar menyebabkan korban sipil.

Terlepas dari kemampuan pengawasan Israel yang dibanggakan dan daya tembak militer yang luar biasa di sebelahnya, militan Palestina di Gaza telah berhasil mengumpulkan persenjataan besar roket dengan jangkauan yang ditingkatkan dalam 16 tahun sejak Israel mengosongkan daerah kantong pantai yang diduduki setelah perang 1967 itu.

Hamas, yang menguasai Gaza sejak 2007 dan tidak mengakui keberadaan Israel, telah menggunakan persenjataannya menjadi ancaman yang semakin mematikan, seperti yang terlihat dalam eskalasi pertempuran terbaru dengan militer Israel. Sampai Kamis, para pejabat Israel mengatakan, Hamas telah menembakkan sekitar 1.800 roket.

Persenjataan itu tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kekuatan penghancur yang sangat besar dari angkatan udara Israel. Tetapi bagi orang Israel, roket adalah alat yang dianggap oleh negara mereka dan banyak negara lainnya termasuk Amerika Serikat sebagai organisasi teroris, yang tertanam di antara hampir 2 juta penduduk Palestina di Gaza.

Bagi banyak orang Palestina, roket melambangkan perlawanan sah mereka terhadap dominasi dan pendudukan Israel.

Berapa banyak roket yang berhasil dikumpulkan oleh Hamas dan sekutunya?

Intelijen Israel memperkirakan bahwa Hamas, Jihad Islam dan kelompok militan Palestina lainnya memiliki sekitar 30.000 roket dan proyektil mortir yang disimpan di Gaza. Roket tersebut memiliki jangkauan yang sangat bervariasi dan tidak memiliki sistem panduan, tetapi para militan telah mampu meningkatkan keakuratannya.


Keterkejutan Israel

Jumlah roket yang ditembakkan setiap hari dalam serentetan pertempuran terbaru belum pernah terjadi sebelumnya. Dan sementara sebagian besar roket tampaknya ditujukan ke pusat populasi di selatan dan tengah Israel, roket jarak jauh diluncurkan di Tel Aviv dan Yerusalem. Ini adalah pertanda, kata para ahli, bahwa Hamas tidak hanya berhasil menambah persenjataannya tetapi juga telah meningkatkan kemampuannya.

Beberapa komandan Israel telah menyatakan keterkejutannya pada intensitas dan jangkauan roket Gaza.

Analisis Michael Armstrong, seorang profesor riset operasi di Universitas Brock Kanada, menemukan peningkatan yang signifikan dalam laju tembakan. Menggunakan nomor dari Pasukan Pertahanan Israel, Armstrong, yang mempelajari senjata-senjata ini, mengutip 470 roket yang ditembakkan dari Gaza selama 24 jam pertama dari eskalasi terbaru dibandingkan dengan 192 roket per hari pada 2014 dan 312 pada 2012.

Armstrong mengatakan, Hamas juga meluncurkan lebih banyak serangan jarak jauh dengan 130 roket ditembakkan ke Tel Aviv pada Selasa malam, mewakili hampir 17 persen dari semua yang ditembakkan sampai saat itu. Pada 2014 angkanya mencapai 8 persen dan pada 2012 kurang dari 1 persen.

“Kami masih belum tahu apakah Hamas memiliki lebih banyak roket jarak jauh, atau apakah mereka memilih untuk menggunakan yang terbaik terlebih dahulu,” jelasnya, dikutip dari The New York Times, Jumat (14/5).

Mengapa militer Israel tidak dapat menghancurkan semua roket Hamas?

Israel telah berhasil menggagalkan banyak roket yang ditembakkan sejauh ini dengan sistem pertahanan antimisil Iron Dome, menghancurkannya sebelum mendarat. Tetapi semakin banyak roket yang menghantam wilayah Israel, beberapa dengan efek mematikan. Para ahli mengatakan para militan sekarang tahu bahwa intensitas serangan - dan berbagai arah dari mana mereka meluncurkan - telah mengekspos kerentanan pertahanan Israel.

“Tampaknya mereka ingin membebani atau memenuhi sistem intersepsi Israel, yang hanya dapat menangani sejumlah serangan sekaligus,” jelas Armstrong.


Jarak atau daya tempuh roket

Sebagian besar persenjataan diyakini merupakan roket jarak pendek, yang dikenal sebagai Qassam, dinamai berdasarkan sayap militer Hamas, yang memiliki jangkauan sekitar 10 kilometer dan lebih mudah serta murah diproduksi daripada senjata jarak jauh. Mereka memiliki lintasan yang tidak dapat diprediksi dan beberapa daratan di dalam Gaza.

Persenjataan roket jarak menengah, berdasarkan desain Iran dan Rusia, dapat mencapai target sampai 40 kilometer, membuat pinggiran Tel Aviv rentan menjadi target. Versi senjata ini diyakini diproduksi di Gaza.

Roket jarak jauh dapat melakukan perjalanan lebih jauh dan dapat mencapai Tel Aviv, Yerusalem, dan Bandara Ben-Gurion. Roket ini termasuk M-75, roket buatan lokal dengan teknologi yang dipasok oleh Iran, dan J-80, roket buatan lokal yang namanya diambil dari nama komandan militer Hamas yang terkenal, Ahmed al-Jabari. Jabari terbunuh dalam serangan udara Israel pada 2012. Angka 80 diambil dari perkiraan jarak tempuhnya.

Pada Kamis, Hamas mengklaim dalam sebuah pernyataan mereka memiliki rudal dengan jangkauan 250 kilometer, sekitar 155 mil, yang dapat menghantam di mana saja di Israel.


Dibantu Iran

Di masa lalu, roket jarak menengah dan jarak jauh biasanya diselundupkan melalui terowongan di sepanjang perbatasan selatan Gaza dengan Mesir, dan dalam beberapa kasus yang diselundukan bagian-bagiannya, kemudian dirakit di Gaza. Namun dalam beberapa tahun terakhir, saat Mesir melakukan upaya yang lebih terpadu untuk memblokir dan menghancurkan terowongan, penyelundupan seluruh roket menjadi jauh lebih sulit. Jadi Hamas dan afiliasinya di Gaza berusaha memproduksi sendiri.

Michael Herzog, seorang rekan internasional yang berbasis di Israel di The Washington Institute for Near East Policy dan seorang pensiunan brigadir jenderal di Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan pejabat militer dan intelijen Israel sekarang jauh lebih fokus dengan kemampuan para militan untuk menghasilkan roket.

“Fokus target IDF sekarang ada pada fasilitas produksi sehingga ketika putaran pertempuran ini berakhir, tidak hanya akan ada lebih sedikit roket tetapi juga kemampuan produksi yang lebih sedikit untuk membuatnya,” jelas Herzog.

Siapa yang telah membantu Hamas dan sekutunya mencapai kemampuan ini?

Militan Gaza secara terbuka mengaitkan keberhasilan mereka dengan bantuan yang dipasok oleh Iran, yang dianggap Israel sebagai musuh asing paling kuat. Pejabat Iran juga terbuka terkait hubungan mereka dengan Hamas.

Berbicara dalam pertemuan besar pada Mei 2019, pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar, sangat eksplisit dalam mengakui peran penting Iran dalam membantu Hamas.

“Jika bukan karena dukungan Iran,” katanya, “kami tidak akan memiliki kemampuan ini.”

Seiring dengan menyediakan senjata dan peralatan selundupan, Iran telah fokus pada pelatihan untuk membantu Hamas meningkatkan produksi lokal, memperluas jangkauan roket dan meningkatkan keakuratannya, menurut pejabat dan pakar Palestina dan Israel.

“Ini adalah kemajuan besar yang terjadi dari menembakkan satu atau dua roket sekaligus menjadi meluncurkan 130 roket dalam lima menit,” ujar Rami Abu Zubaydah, seorang ahli militer yang berbasis di Gaza, merujuk pada frekuensi tembakan yang terlihat dalam beberapa hari terakhir.

“Sebagian besar senjata sekarang diproduksi di Gaza, menggunakan keahlian teknis dari Iran,” jelasnya.


Bahan baku sisa

Kendati masih harus bergantung pada penyelundupan suku cadang dan bahan mentah, para pemimpin Hamas mengatakan mereka merekayasa solusi kreatif untuk mengatasi pengawasan dan pengawasan perbatasan yang lebih ketat.

Sebuah film dokumenter berdurasi 50 menit yang disiarkan saluran televisi milik Qatar, Al Jazeera pada September menunjukkan adegan langka anggota Hamas menemukan belasan rudal Israel yang tidak meledak dalam serangan sebelumnya di Gaza.

Mereka membawa bekas-bekas rudal itu ke tempat yang tampak seperti fasilitas manufaktur tersembunyi, dengan hati-hati mengekstraksi bahan peledak yang dikemas di dalamnya dan mendaur ulang beberapa bagiannya. Film dokumenter yang sama juga menunjukkan para militan menggali pipa air tua dari bekas tempat permukiman Israel dan menggunakan kembali silinder kosong itu untuk memproduksi roket baru.

Mengacu pada pipa air yang digunakan kembali, saat berbicara dalam sebuah pertemuan pada 2019, Sinwar berkata, “Ada cukup banyak untuk memproduksi roket untuk 10 tahun mendatang.”

Baca juga:
Tragis, Tiga Bocah Bersaudara di Jalur Gaza Tewas Akibat Gempuran Israel
Menteri Dalam Negeri Prancis Minta Polisi Larang Demo Pro Palestina di Paris
Hari Pertama Idulfitri, Suatu Tempat di Gaza Sunyi Diliputi Ketakutan dan Teror
Diserang dari Darat & Udara, Warga Gaza Sebut Hadapi Dua Musuh Yakni Israel & Covid
Kepanikan Warga Palestina Hindari Gempuran Israel di Jalur Gaza
CEK FAKTA: Hoaks Video Terbaru 'Hujan' Rudal Hamas ke Israel

Tentara Israel Dibuat Tak Berkutik

Usai Dipukuli & Ditangkap, Gadis Palestina Ajukan Pertanyaan Berani ke Tentara Israel

Merdeka.com 2021-05-10 12:02:00
mariam al afifi. ©Twitter

Malam itu, Sabtu 8 Mei lalu masih di bulan suci Ramadan, warga Palestina berdemo memprotes keputusan pengadilan yang mengharuskan mereka terusir dari rumah mereka karena kalah dalam gugatan hukum dari para pemukim Yahudi.

Aparat Israel, polisi, dan tentara, menindak keras para demonstran Palestina, termasuk seorang gadis Palestina yang berusaha membela saudaranya yang terusir dari rumah mereka.

Dalam sebuah cuplikan video yang beredar luas di media sosial, Mariam al Afifi, nama gadis Palestina itu, diseret di jalan, jilbabnya ditarik, dan dipukuli oleh seorang aparat Israel bersenjata. Tangannya kemudian diborgol di belakang punggung.

Selain menjadi aktivis, Mariam rupanya dikenal sebagai musisi. Dia adalah pemain bass di kelompok Orkestra Pemuda Palestina.

Jurnalis CNN Abir Salman kemudian merekam video ketika Mariam sedang duduk di tanah di samping mobil aparat Israel. Dia sedang dijaga oleh seorang tentara Israel sementara aparat menindak demonstran yang lain.

"Apa salah saya? Karena membela gadis kecil yang dipukuli? Karena itu saya ditangkap? Membela orang yang akan diusir dari rumah mereka?" tanya Mariam kepada tentara Israel yang menjaganya. Yang ditanya hanya diam saja.

"Bagaimana perasaan Anda? Saya tahu Anda hanya manusia biasa dan mungkin Anda juga punya keluarga, punya anak. Anda mau anak Anda tumbuh dewasa untuk membela pihak yang salah? Membela para penindas?"

"Apa ini yang Anda inginkan sewaktu masih muda, sewaktu masih kecil? Berada di pihak yang salah? Apa ini yang Anda mau?

Sewaktu Anda masih kecil, punya impian besar, apakah ini yang Anda inginkan? Berada di pihak yang salah?

Video rentetan pertanyaan berani Mariam itu kemudian beredar luas di media sosial.

©Twitter

Sejumlah keluarga Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem, menghadapi kemungkinan harus meninggalkan rumah mereka pada 1 Agustus nanti. Pada saat itu Israel akan mengusir mereka setelah gugatan hukum yang berlangsung selama beberapa dasawarsa membuat mereka kalah di pengadilan dari para pemukim Yahudi.

Kelompok pembela hak asasi manusia menyebut kasus ini juga menjadi bukti kebijakan diskriminatif yang bertujuan mengusir semua orang Palestina dari Yerusalem untuk membuat warga Yahudi menjadi mayoritas. Kelompok pembela HAM di Israel B'Tselem dan Human Right Watch yang bermarkas di New York menyebut kebijakan semacam ini sebagai contoh dari perlakuan rezim apartheid.

Berikut video viral ketika Mariam mengajukan pertanyaan-pertanyaan berani ke tentara Israel itu:

This Palestinian woman, Mariam Alafifi, was dragged by her hijab, beaten, & arrested by Israeli forces. She was defending Palestinian families in the Sheikh Jarrah neighborhood of Jerusalem, who are facing forced eviction by illegal Israeli settlers who want to steal their homes. pic.twitter.com/ScwY90BESI

Bernyali Besar Hadapi Tentara Israel

Bernyali Besar, Bocah Perempuan Ini Hadapi Tentara Israel dengan Bendera Palestina

Merdeka.com 2021-03-18 07:57:00
Gadis Kecil Kibarkan Bendera Palestina. Instagram/@eye.on.palestine ©2021 Merdeka.com

Hingga kini, konflik dua negara di Timur Tengah antara Israel dan Palestina belum juga usai. Kawasan Masfer Yatta, Tepi Barat menjadi saksi bisu ketegangan yang dirasakan warga Palestina.

Di tengah kekejaman yang sering dilakukan tentara Israel, ada fenomena penuh haru yang berhasil diabadikan. Seorang bocah kecil terlihat percaya diri menantang para prajurit di bawah naungan Presiden Israel Reuven Rivlin.

Penuh keberanian, bocah tersebut nampak mengibarkan bendera Palestina tanpa ketakutan yang terbersit. Seperti apa momen haru nan penuh ketegangan itu? Berikut informasi selengkapnya.


Berdiri di Depan Tentara Israel

Sebuah video berdurasi pendek kini tengah menjadi pusat perhatian warga dunia. Bagaimana tidak, video yang diunggah pada akun Instagram @eye.on.palestine tersebut menampilkan aksi gadis cilik asal Palestina yang seolah berani menantang maut.

Instagram/@eye.on.palestine ©2021 Merdeka.com

Tinggal di kawasan rawan konflik, si bocah yang ditemani oleh gadis cilik lainnya tersebut berdiri di depan tiga tentara Israel yang membawa persenjataan lengkap. Tak gentar, keduanya malah terlihat berinteraksi dengan ketiga tentara tersebut.


Kibarkan Bendera Palestina

Di tengah interaksi yang terjalin, salah satu bocah kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah muda dan celana panjang tersebut nampak mengibarkan bendera Palestina yang digenggamnya di tangan mungilnya. Sembari mengibarkan bendera di depan tentara Israel, bocah kecil itu nampak mengucapkan beberapa kalimat dengan nada tinggi.

Instagram/@eye.on.palestine ©2021 Merdeka.com

"Seorang gadis kecil Palestina mengibarkan bendera Palestina di depan tentara Israel di Masafer Yatta," dikutip dari akun Instagram @eye.on.palestine.


Tuai Kekaguman

Berkat aksinya yang penuh keberanian, si gadis cantik tersebut mendapatkan banyak dukungan dan sejumlah kalimat pujian. Tak sedikit juga yang merasa khawatir dengan aksinya tersebut.

Instagram/@eye.on.palestine ©2021 Merdeka.com

"Bocah cilik yang pemberani," tulis akun @andrispn.

"Gadis kecil, kekuatan besar. Hanya orang Palestina," kata akun @khawlaa_.

"Mashallah," tulis akun @syed_ahmed_24434.


Video Bocah Hadapi Tentara Israel

Berikut video aksi saat dua bocah terlihat berinteraksi sembari mengibarkan bendera Palestina di depan tiga tentara Israel.

Lebih Kuat dari Peluru Israel

Kehendak Umat Muslim untuk Beribadah di Masjid Al-Aqsa Lebih Kuat dari Peluru Israel

Merdeka.com 2021-05-11 03:00:00
Bentrokan warga Palestina dan polisi Israel di kompleks Masjid Al Aqsa. ©REUTERS/Ammar Awad

Jemaah Palestina di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem mengatakan mereka bertekad untuk menikmati bulan suci Ramadan di dalam halaman masjid walaupun ada serangan terbaru dari Israel.

Banyak jemaah di dalam masjid terluka oleh pasukan Israel pada Jumat malam, tapi sebanyak 90.000 orang menuju Al-Aqsa pada Sabtu untuk beribadah pada malam Lailatul Qadar.

Banyak dari mereka datang dari jauh, dari Tepi Barat yang diduduki atau dari kota-kota di Israel yang dihuni mayoritas warga Palestina, walaupun bus-bus mereka dihalangi oleh polisi Israel. Banyak yang turun dan mulai jalan kaki menuju Yerusalem, yang kemudian dijemput orang Yerusalem Palestina dengan mobil mereka, mengangkut jemaah yang datang dari jauh menuju Al-Aqsa.

Mohammed Atiq, dari kota Jenin di Tepi Barat, mengatakan serangan hari Jumat di Al-Aqsa tidak menghalangi para jemaah.

“Mereka mulai berusaha membersihkan Al-Aqsa, berusaha merusak ibadah malam,” ujarnya kepada Middle East Eye, dikutip Selasa (10/5).

“Tapi kehendak para jemaah lebih kuat daripada peluru.”

Biasanya pada 10 malam terakhir Ramadan, Al-Aqsa sangat ramai. Banyak jemaah berdiam atau beriktikaf di dalam masjid, baik perempuan dan laki-laki lansia, yang diizinkan Israel masuk dari Tepi Barat selama bulan suci Ramadan, termasuk para pemuda yang melompat dari tembok pemisah.

Namun demikian, tahun ini Israel hanya mengizinkan jemaah Palestina yang telah divaksinasi untuk masuk masjid.

Kehilangan Ayah dan Kakak

Video Tangisan Bocah di Gaza yang Kehilangan Ayah & Kakaknya dalam Serangan Israel

Merdeka.com 2021-05-12 15:24:59
serangan israel ke gaza. ©2021 REUTERS

Serangan brutal Israel ke Gaza sejauh ini telah menewaskan 35 orang, termasuk 10 anak-anak. Serangan berlangsung sejak Senin malam, setelah Hamas meluncurkan roket dari wilayah pantainya menuju Israel.

Serangan udara Israel juga menyebabkan ambruknya rumah susun 13 lantai, yang menewaskan seorang ibu hamil beserta anaknya yang masih berusia 5 tahun. Sebagai balasan, Hamas menyampaikan telah menembakkan 200 roket ke Israel.

Dalam sebuah video yang menghancurkan hati, seorang bocah menangis menyaksikan ayah sekaligus kakaknya tewas dalam serangan Israel tersebut. Video yang diunggah Middle East Eye dalam akun Twitternya memperlihatkan bocah tersebut berlari menyusul warga yang sedang menggotong jenazah ayahnya menuju pemakaman.

“Ayah, ayah,” teriaknya sembari menangis.

“Selamat tinggal, Ayah.”

Warga yang turut serta menuju pemakaman itu berusaha menenangkannya.

Saat tiba di lokasi pemakaman, bocah yang kira-kira berusia delapan sampai 10 tahun ini kembali menangis histeris sembari mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya yang sedang dikubur. Dia melambaikan tangan ke pusara ayahnya.

Seseorang menggendongnya di pundak agar dia bisa melihat ayahnya untuk terakhir kali.

“Aku mencintaimu, sayangku,” teriaknya sambil terus menangis, seseorang berusaha menenangkannya.

“Aku harap (yang mati) itu aku, bukan kamu.”

Video berdurasi satu menit tujuh detik itu telah ditonton sebanyak 29.000 kali.

“Sangat menghancurkan hati,” komen seorang pengguna Twitter.

“Israel akan membayar genangan darah orang yang tak berdosa dan warga Palestina yang dirampas,” kata pengguna lainnya.

"Goodbye, father.”

A Palestinian child who lost both his father and brother in the Israeli bombing of the northern Gaza Strip cries out during the funeral. pic.twitter.com/mguefcGxlK

Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, menyampaikan dalam sebuah pernyataan, pihaknya “sedang dalam proses menembakkan 110 roket menuju kota Tel Aviv”, dan 100 roket menuju kota Beersheva, “sebagai balasan karena memulai ulang serangan terhadap rumah-rumah warga sipil”.

Ketegangan di wilayah itu memanas setelah polisi Israel menyerbu halaman masjid pada Senin selama tiga hari berturut-turut, menembakkan peluru baja berlapis karet, granat listrik, dan gas air mata ke arah jemaah Palestina di dalam masjid pada malam-malam terakhir bulan suci Ramadan.

Lebih dari 700 warga Palestina terluka di Yerusalem dan di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki dalam beberapa hari terakhir.

Sejak Kapan Israel Mulai Gempur Palestina?

Sejarah Pendudukan Israel di Tanah Palestina Sejak 1967

Merdeka.com 2019-11-29 07:23:00
Pembangunan perumahan warga Israel di tepi barat perbatasan dengan Palestina. bbc.co.uk ©2012 Merdeka.com

Segera setelah Israel menaklukkan Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur pada perang Juni 1967, pemerintah Israel mulai membangun permukiman di wilayah tersebut. Awalnya berjumlah sedikit, permukiman itu dengan cepat semakin meluas di wilayah Palestina yang diduduki.

Hari ini, sekitar 620 ribu pemukim Israel tinggal di lebih dari 200 permukiman, atau sekitar 11 persen dari total populasi Yahudi di tanah Palestina. Dilansir dari laman Alaraby, Kamis (28/11), dijelaskan mengenai sejarah dari penjajahan Israel ke Palestina yang masih berlangsung sampai saat ini.

Pemindahan penduduk ke dalam wilayah yang diduduki adalah jelas bentuk pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional dan Konvensi Jenewa Keempat. Seluruh permukiman Israel di wilayah Palestina ditetapkan ilegal di bawah hukum internasional.

Dampak dari pembangunan permukiman tersebut meluas. Penutupan jalan, pos pemeriksaan, dan desain pembangunan infrastruktur lainnya untuk melindungi pemukim, seperti pemisahan jalan, dan sangat membatasi pergerakan warga Palestina.

Sementara itu, perampasan sumber daya tanah dan air untuk permukiman tersebut menyebabkan petani kehilangan sumber mata pencaharian, dan membatasi pengembangan perkotaan bagi kota-kota di Palestina.

Kekerasan oleh para pemukim, banyak dari mereka bersenjata, melawan penduduk sipil Palestina juga hal rutin setiap harinya, dengan aksi pembakaran lahan pertanian dan pelemparan batu ke mobil.


Lahirnya Gerakan Pemukim Israel

Beberapa bulan setelah perang Juni 1967, permukiman Israel pertama, Kfar Etzion, dibangun di Tepi Barat. Permukiman awalnya dibangun di wilayah strategis utama atas dalih militer tapi berpenduduk jarang.

Orang-orang Yahudi yang dulu menduduki permukiman itu meyakini Tanah Israel sebagai tanah yang dijanjikan oleh Tuhan untuk mereka, sebagai pembenar misi mereka untuk menjajah Palestina. Pada 1968, penghasut sayap kanan Israel, Rabbi Moshe Levinger menyelundup ke Hebron dengan para pengikutnya dari Gerakan Tanah Israel untuk merayakan Paskah dan menolak untuk kembali dari sana.

Dipindahkan oleh pasukan Israel ke dekat pangkalan militer, pemerintah akhirnya mengizinkan pembangunan permukiman Kiryat Arba di pinggiran kota Hebron - menggambarkan gelombang pertama pemukin ideologis di Tepi Barat.

Di tahun yang sama, Dewan Keamanan PBB mengumpulkan 13 suara dan 2 abstain untuk mengadopsi Resolusi 252 "menegaskan kembali bahwa pencaplokan wilayah oleh penaklukan militer tidak dapat diterima".

Selama periode yang sama, gerakan Gush Emunim mulai dikenal setelah perang Arab-Israel tahun 1973, mengorganisir unjuk rasa, pawai dan aksi mendukung pembangunan permukiman. Gerakan ini memenangkan pencapaian penting pada 1975 ketika pemerintah mengizinkan Eilon Moreh dibangun dekat Nablus.

Tahun 1977, Perdana Menteri Yitzhak Rabin menyetujui pembangunan permukiman Maale Adumim, yang akhirnya menjadi pusat industri utama dengan lebih dari 30.000 orang.

Permukiman itu, yang menjadi kota pada 1991, merupakan bagian dari kebijakan utama Israel untuk memisahkan Yerusalem dari Tepi Barat, dan mencegah kota yang diperebutkan itu terpecah. Pada 1978, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Jimmy Carter menganggap bahwa permukiman Israel "tidak konsisten dengan hukum internasional".


Partai Likud Masuk ke Pemerintahan

Partai sayap kanan, Likud yang dipimpin Menachem Begin mulai berkuasa dan secara aktif membangun permukiman di Tepi Barat dan Jalur Gaza, menyiapkan bantuan keuangan dan kelonggaran pajak untuk pertama kalinya demi mendorong orang Yahudi Israel pindah ke tanah Palestina yang mereka duduki.

Tahun 1980, 13 tahun setelah penaklukan Yerusalem Timur, Israel mengesahkan UUD: Yerusalem, Ibu Kota Israel, yang dinyatakan dalam Pasal 1 bahwa "Yerusalem, lengkap dan bersatu," adalah ibu kota Israel, meresmikan pencaplokannya atas tanah Palestina.

Tahun 1982, Israel menyelesaikan pengembalian Semenanjung Sinai ke Mesir di bawah perjanjian damai 1979, memindahkan 7 ribu pemukim Israel dari wilayah itu. Di akhir kekuasaan Likud pada 1983, populasi pemukim Israel di wilayah Palestina sekitar 23.700.


Ringkasan Catatan Penting Seputar Penjajahan Israel di Palestina

Kesepakatan Oslo

Pada saat Kesepakatan Oslo ditandatangani tahun 1993, populasi pemukim Israel sebanyak 116.300. Permukiman meluas melingkupi wilayah-wilayah utama seperti Lembah Jordan, yang membentuk sepertiga Tepi Barat dan merupakan wilayah pertanian dan keamanan yang vital.

Meskipun disuarakan oleh para negosiator Palestina pada Konferensi Perdamaian Madrid 1991, masalah permukiman - bersama dengan Yerusalem dan para pengungsi - dikesampingkan dalam Kesepakatan Oslo untuk perundingan di masa depan.

Aktivitas permukiman Israel hampir berlipat ganda di tahun-tahun mendatang, dengan populasi pemukim berjumlah 198.300 pada tahun 2000.

Tembok pemisah

Tahun 2002, Israel mulai membangun tembok pemisah yang kontroversial. Dengan panjang 670 kilometer, 85 persen rutenya berada di dalam Tepi Barat dan mengelilingi blok permukiman utama Israel.

Penarikan Gaza

Tahun 2005, PM Israel garis keras, Ariel Sharon, penggagas gerakan pemukim, secara sepihak menarik 8.500 pemukim dari Jalur Gaza. Sejak 1967, Israel telah membangun lebih dari 21 permukiman Yahudi di wilayah pesisir. Lebih dari setengah warga Israel menentang evakuasi.

Obama dan permukiman

Presiden AS Barack Obama beberapa tahun lalu mengatakan akan menolak memveto resolusi yang menuntut penghentian semua permukiman Israel, yang diadopsi Dewan Keamanan PBB. Jumlah permukiman Israel tumbuh pesat di bawah Obama.

Kebijakan pro-Israel Donald Trump

Donald Trump mulai berkuasa pada 2017, dan segera mengeluarkan kebijakan lama Amerika tentang solusi dua negara. Dia menunjuk David Friedman sebagai duta besar AS untuk Israel. Friedman dikenal sebagai penyokong pembangunan permukiman Israel.

Israel menyetujui permukiman baru pertama di Tepi Barat yang diduduki selama dua dekade pada 2017 di dekat kota Nablus, Palestina. Kemudian tahun 2017, Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, menolak klaim Palestina atas kota tersebut.

Sekarang ada lebih dari 200 ribu pemukim Israel di Yerusalem Timur. Israel meluncurkan proyek pembangunan pemukiman terbesar dalam beberapa tahun terakhir, membangun ribuan rumah.

Pada bulan Maret 2019, Trump secara resmi mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan yang diduduki, disita dari Suriah pada tahun 1967.

AS sebut permukiman Israel 'tidak ilegal'

Pada 18 November, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menolak pendapat hukum Departemen Luar Negeri 1978 yang menyatakan bahwa pemukiman sipil di wilayah yang diduduki "tidak konsisten dengan hukum internasional," yang terbaru dalam serangkaian langkah administrasi Trump yang melemahkan klaim atas negara Palestina.

Baca juga:
Ribuan Warga Palestina Demo, Kecam Keputusan AS Dukung Permukiman Ilegal Israel
Aksi Warga Palestina Salat di Tanah yang Diduduki Israel
Indonesia Tolak AS Soal Permukiman Israel di Palestina yang Dianggap Legal
Tolak Permukiman di Tepi Barat, Menlu RI Sebut Israel Aneksasi Palestina
Pasukan Israel Bentrok dengan Jurnalis Foto Saat Liput Unjuk Rasa di Tepi Barat
Utusan Presiden AS Kritik Sidang Dewan Keamanan PBB yang Dipimpin Indonesia

Tokoh Israel Pendukung Palestina

Deretan Tokoh Israel Pendukung Palestina

Merdeka.com 2019-07-06 07:14:00
amos oz. ©Dissent Magazine

Konflik Israel-Palestina telah berlangsung puluhan tahun. Ribuan nyawa jatuh sia-sia akibat konflik berkepanjangan ini. Baru-baru ini, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengusulkan konsep rencana perdamaian yang dinamakan Deal of the Century atau Kesepakatan Abad Ini. Namun sejumlah pihak pesimis tawaran Trump ini akan berhasil mengakhiri konflik Israel-Palestina.

Banyak pihak menilai konflik hanya dapat diakhiri dengan mengakhiri pendudukan Israel atas tanah Palestina. Suara-suara dukungan untuk Palestina tak hanya digaungkan oleh masyarakat dari negara lain, tapi juga banyak juga tokoh pro Palestina yang berasal dari Israel. Berikut rangkuman beberapa tokoh Israel pro Palestina:


Shaul David Judelman

Judelman adalah seorang rabi Israel. Dia bersahabat dan bertetangga dengan petani Palestina, Ziad Abed Sabateen. Sabateen ditahan di Israel pada peristiwa Intifada pertama lebih dari 24 tahun lalu. Keluarganya tercerai berai akibat tanah mereka dirampas Negeri Zionis untuk dijadikan pemukiman. Bagi Judelman, pendudukan Israel di wilayah Palestina harus disikapi dengan membantu warga Palestina.

"Kami (Yahudi) berjuang sampai mati untuk mendapat hak membangun sebuah negara. Jelas memang ada konflik. Saya tidak selalu menyalahkan Palestina. Tapi kita harus mengubah perilaku warga (Israel), untuk itulah saya ada di sini," kata Judelman.


Amos Oz

Oz merupakan penulis ternama Israel yang meninggal pada akhir 2018 lalu. Oz lahir tahun 1939 dari keluarga Yahudi Eropa Timur yang pindah ke Palestina yang diduduki Inggris. Oz bertempur dalam perang Arab-Israel tahun 1967 dan 1973 tetapi kemudian menjadi kritikus pendudukan Israel atas Palestina.

Novelis ini menganjurkan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina, di mana ia mengatakan "konsesi menyakitkan" perlu dibuat di kedua kubu.

Dalam beberapa tahun terakhir ia tumbuhnya ekstremisme dalam pemerintahan Israel, terutama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang kemudian menjadikannya sasaran kemarahan dari kelompok sayap kanan Israel.


Muhammad Baraka

Baraka adalah pimpinan Gerakan Demokrasi untuk Perdamaian dan Persamaan dari Partai Komunis Israel (Hadash). Saat tentara Israel menyerang Gaza pada 2012 lalu, Baraka memotori unjuk rasa mengecam kebiadaban Israel. Saat itu, Baraka memimpin unjuk rasa di Nazareth, sebelah utara Israel.

Dalam aksinya, Baraka menyalahkan pemerintah Israel atas pertumpahan darah baik di pihak Israel dan Palestina. Baraka mengatakan agresi Israel itu dimotivasi partai politik untuk mendukung Netanyahu menjelang pemilihan umum. Dia juga menyebut serangan itu untuk menghilangkan harapan negosiasi antara Israel dan Palestina setelah terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden AS.


Yehuda Saul

Saul adalah mantan prajurit tempur dan komandan infanteri di Pasukan Pertahanan Israel selama intifada kedua. Selepas pensiun dari militer, Saul mendirikan organisasi Breaking the Silence, organisasi veteran Israel yang bertujuan untuk mengakhiri pendudukan Israel.

Menurut Saul, solusi paling tepat untuk membebaskan Palestina dari cengkeraman Israel adalah dengan mengakhiri pendudukan Israel. Saul juga mengkritik usulan Kesepakatan Abad Ini yang ditawarkan AS. Dalam opininya yang diterbitkan The Guardian baru-baru ini, Saul menilai usulan itu tak membawa harapan apa-apa terhadap masa depan perdamaian.

Dalam opini tersebut, Saul juga mengungkapkan pengalamannya di militer saat bertugas di Hebron. Dia mengungkapkan bagaimana dia diperintahkan untuk mengintimidasi warga Palestina yang tinggal di Hebron.

Baca juga:
Pengakuan Mengejutkan Mantan Tentara Israel Soal Konflik dengan Palestina
Kian Mesranya Arab-Israel di Timur Tengah
'AS Mengabaikan Aspek Politik dalam Proposal Perdamaian Palestina-Israel'
Palestina Tolak Proposal Damai Bikinan Trump
Solusi Dua Negara, Satu Negara, dan Solusi Lain untuk Konflik Palestina-Israel
Aksi Warga Yahudi Masuk Masjid Al-Aqsa Picu Bentrokan dan Gelombang Protes

Warga Israel dan Palestina Saling Bantu

Berbagai Kisah Haru Ketika Warga Israel dan Palestina Saling Bantu

Merdeka.com 2021-05-13 10:33:16
Shaul David Judelman dan Ziad Abed Sabateen. ©csmonitor.com

Di tengah konflik dan perpecahan, korban pertama yang jatuh adalah kemanusiaan.

Konflik Palestina-Israel kian memanas dalam beberapa hari terakhir. Korban berjatuhan di kedua pihak. Namun di tengah kekalutan itu semua sesungguhnya masih ada serangkaian cerita yang membuktikan bahwa kemanusiaan masih di atas segalanya.

Suatu hari di wilayah Ramallah, Palestina, seorang ibu dengan tekun merawat kebun bunga miliknya. Wanita yang tak diketahui namanya ini menanam puluhan bunga cantik di pot bunga yang terbuat dari tabung bekas gas air mata milik Israel.

Wanita itu dan keluarganya mengumpulkan ratusan tabung gas air mata bekas yang dilemparkan oleh tentara Israel pada para demonstran Palestina selama tahun-tahun pendudukan dan ekspansi Israel di Palestina.

Dengan menanam bunga di bekas granat tersebut, wanita ini berniat menunjukkan bahwa seseorang dapat mengubah sesuatu yang negatif dan mengancam menjadi sesuatu yang positif dan indah.

Konflik Palestina-Israel yang sudah berlangsung lebih dari lima dekade ini memunculkan harapan di tangan mereka yang tak pernah menyerah untuk menjalin perdamaian. Sejumlah warga Israel dan Palestina menunjukkan mereka bisa menjalin persahabatan di tengah konflik yang masih berlangsung.

Berikut empat cerita haru saling bantu warga Israel dan Palestina yang bisa membuat mata berkaca-kaca:

Band rock Israel dan Palestina gelar konser bareng

Palestina dan Israel boleh tidak akur soal perbatasan dan pengakuan kedaulatan, namun dalam musik mereka menjadi satu. Pemandangan ini terlihat saat grup musik rock kedua wilayah itu justru konser bareng di sejumlah negara Eropa.

Stasiun televisi Al Arabiya melaporkan, Senin (22/7/2013), grup rock Israel bernama Orphaned Land dan grup rock Palestina yakni Khalas membawa pesan perdamaian lewat musik. Mereka yakin musik bisa menyingkirkan pandangan politik berbeda, menghalau konflik, bahkan meredakan ketegangan antar umat beragama. Musik bisa membuat semua bangsa bersatu.

Kedua band ini menggelar konser di 18 negara se-Eropa. Mereka tampil satu panggung dan bepergian dalam bus yang sama selama tiga pekan. "Mungkin kami tidak bisa mengubah dunia tapi kami memberikan contoh kebersamaan bisa terjadi," ujar vokalis Orphaned Land Kobi Farhi.

Lelaki itu menambahkan berbagi panggung dan bus menyampaikan hal kuat dibanding ribuan kata. Mereka juga membuktikan kebersamaan meski hidup di tengah konflik.

Gitaris Khalas Abed Hathut mengatakan persaudaraan di atas segalanya. Hampir setiap lagu kedua band ini sarat politik. Mereka bahkan diterima di kalangan komunitas Yahudi hingga Arab muslim.


Rabi Israel dan petani Palestina ini jadi sahabat dekat

Ziad Abed Sabateen adalah petani Palestina yang ditahan di Israel pada persitiwa Intifada pertama lebih dari 20 tahun lalu. Keluarganya tercerai berai akibat tanah mereka dirampas Negeri Zionis untuk dijadikan pemukiman.

Ziad bertetangga dengan Shaul David Judelman, seorang rabi Israel yang pindah dari Seattle, Amerika Serikat ke Bat Ayin, wilayan di Tepi Barat.

Keduanya menjalin persahabatan dan hubungan bisnis. Mereka berencana membangun ladang pertanian organik untuk menjual hasilnya dan membantu keluarga yang membutuhkan, seperti dilansir csmonitor.com, Oktober 2013.

Bagi Judelman, pendudukan Israel di wilayah Palestina harus disikapi dengan membantu warga Palestina.

"Kami (Yahudi) berjuang sampai mati untuk mendapat hak membangun sebuah negara. Jelas memang ada konflik. Saya tidak selalu menyalahkan Palestina. Tapi kita harus mengubah perilaku warga (Israel), untuk itulah saya ada di sini," kata Judelman.

Sabateen mengaku dia bisa menerima kenyataan banyak warga Israel tinggal di wilayah Palestina sebagaimana banyak orang Arab tinggal di Israel.

"Saya menerima mereka di Palestina. Saya tidak menyebut mereka para pemukim, tapi tetangga, sama seperti kami," ujar Sabateen.


Warga Palestina lindungi polisi Israel dari kerusuhan

Sebuah foto milik wartawan Shaul Golan dari lokasi konflik di Esh Kodesh, perbatasan Israel-Palestina, menjadi viral di Internet selama dua hari terakhir. Dalam insiden pekan lalu itu, seorang polisi wanita Israel dilindungi oleh dua warga Palestina asal Tepi Barat dari lemparan batu. Hingga berita ini dilansir, foto itu telah dibagikan 1440 kali lewat jejaring Facebook.

Yedioth Aharonot melaporkan Minggu (2/8) kerusuhan pecah setelah beberapa warga dari wilayah pendudukan Israel ribut dengan petani asal desa Kusra, Tepi Barat, Palestina. Mereka ribut soal batas lahan memicu saling lempar batu antar penduduk.

Awalnya cuma 15 orang warga Israel dan belasan orang petani Palestina yang baku pukul. Belakangan Tentara Pertahanan Israel (IDF) diterjunkan, membuat suasana semakin panas. Remaja 17 tahun bernama Ali Dawabsheh tewas ditembak tentara Zionis karena melempar molotov ke kendaraan lapis baja IDF.

Kerusuhan pun menjalar, membuat 200 warga Palestina memblokir jalan raya di dekat desa Duma.

Di tengah kisruh itulah, seorang polisi wanita Israel terjebak. Dia berusaha melerai konflik warga, tapi malah dilempari batu oleh sesama warga Israel. Tanpa peduli keselamatan sendiri, dua orang warga Palestina, hingga kini belum diketahui identitasnya, berusaha melindungi aparat Zionis itu. Mereka berteriak, meminta semua pihak yang saling lempar batu menghentikan aksinya.

Jurnalis Israel, Igal Sarna, menilai kerusuhan dua hari lalu itu sepenuhnya salah warga pendudukan. Mereka bertindak arogan, bahkan setelah mencaplok lahan yang dulunya milik petani Tepi Barat.

"Lihatlah bagaimana kini warga Yahudi justru bertindak seperti Nazi Jerman di daerah pendudukan. Sementara hati nurani terus dipelihara oleh warga Palestina yang ditindas," tulis Sarna lewat akun Facebook pribadinya.

Banyak warga Israel membagikan foto itu, mengaku malu dengan kelakuan orang-orang wilayah pendudukan. Ulah petani Israel yang lebih dulu melempar batu menurut pengguna Internet harus dihukum.

"Siapapun yang melempar batu sama saja seperti teroris, entah mereka orang Arab ataupun Yahudi. Keadilan harus tegak untuk semuanya," kata Nativ Tvito.

Sebagian lagi warga Israel mengaku terharu karena kemanusiaan ditunjukkan oleh penduduk Palestina. "Gambar ini sangat menyentuh, mereka tidak peduli walaupun polisi itu biasanya mereka benci," kata warga lain bernama Yoav Einhar.


Gadis Israel ini bersahabat dengan perempuan Palestina sejak remaja

Rawan adalah seorang muslim Palestina. Dia menjalin persahabatan dengan Gal, seorang Yahudi berwarga negara Israel. Keduanya tinggal di kawasan berbeda di Yerusalem.

Rawan dan Gal bertemu ketika mereka masih remaja lebih dari satu dekade lalu saat mereka mengunjungi Amerika Serikat. Waktu itu keduanya sedang menghadiri acara yang digagas oleh organisasi bernama Membangun Jembatan, yang bertujuan membangun komunikasi antara remaja Palestina dan Israel.

Mereka berdua mengatakan, mempunyai teman sejati yang berada di sisi berseberangan bisa mengubah segalanya.

"Jika saya ingin tahu seperti apa keadaan di sebelah timur Yerusalem, saya punya teman yang bisa ditanya," kata Gal, seperti dilansir pri.org.

Selama ini warga Israel dan Palestina mengandalkan laporan media tentang keadaan di masing-masing wilayah. Namun Gal dan Rawan mengatakan konflik saat ini selalu memunculkan stigma dalam laporan media.

"Bentuk kebencian dan kekerasan sudah melebihi batas imajinasi," ujar Rawan.

Dua perempuan itu sepakat persahabatan mereka tidak akan putus karena masalah politik.

"Saya sangat menyayangi Rawan sepenuh hati," kata Gal.

Baca juga:
Asal Muasal dan Pemicu Memanasnya Pertempuran Terbaru Palestina-Israel
“Saya Perdana Menteri Pakistan. Kami Berdiri Bersama Palestina”
Menlu Retno: Indonesia Usul OKI & GNB Segera Atur Pertemuan Bahas Konflik Palestina
Roket Hamas Hantam Kilang Minyak Israel
Video Tangisan Bocah di Gaza yang Kehilangan Ayah & Kakaknya dalam Serangan Israel
Masjid Al-Aqsa di Tengah Pusaran Konflik Arab-Israel
Pendeta Palestina Serukan Umat Kristen Lindungi Masjid Al-Aqsa dari Kekejaman Israel
Kehendak Umat Muslim untuk Beribadah di Masjid Al-Aqsa Lebih Kuat dari Peluru Israel
Usai Dipukuli & Ditangkap, Gadis Palestina Ajukan Pertanyaan Berani ke Tentara Israel
"Saya Tidak akan Tinggalkan Rumah Ini Kecuali Saya Mati"

Kehilangan Sebelah Mata Ditembak Israel

Bocah Palestina Terancam Kehilangan Sebelah Mata Setelah Ditembak Polisi Israel

Merdeka.com 2020-02-18 13:04:00
Malek Issa, bocah Palestina yang ditembak polisi Israel. ©Middle East Eye/Media Sosial

Seorang bocah delapan tahun asal Palestina terancam kehilangan sebelah mata setelah ditembak polisi Israel dengan peluru karet saat melangkah keluar dari sebuah restoran. Menurut keluarga bocah laki-laki tersebut dan para saksi mata, Malek Issa sengaja ditembak di kening dekat matanya pada Sabtu setelah membeli roti lapis (sandwich) di Desa Issawiya, Yerusalem Timur.

Dokter mengatakan dampak tembakan tersebut sangat parah. Issa kemungkinan mengalami kerusakan otak.

"Malek sadar tapi kondisinya parah. Tembakan itu menyebabkan patah tulang tengkorak dan wajah, dan pendarahan otak," kata ayah Issa, Wael, kepada Middle East Eye, dikutip Selasa (18/2).

Saksi mata menyampaikan tak ada kericuhan unjuk rasa atau batu dilemparkan ketika pasukan Israel mulai menembak. Wael mengatakan pasukan Israel datang ke wilayah itu untuk menangkap seorang pria, dan ketika mereka melihat kerumunan mulai berkumpul, mereka mulai menembak serampangan.

Sementara itu, kepolisian Israel mengatakan personilnya telah melakukan "tindakan pengendalian kerusuhan" selama operasi di Issawiya. Namun, rekaman dari lokasi tersebut bertentangan dengan pengakuan Israel, menunjukkan aktivitas normal di jalan sebelum penembakan.

Polisi Israel mengatakan insiden itu sedang diselidiki. Penembakan itu terjadi setelah berbulan-bulan penggerebekan di Issawiya, yang mengakibatkan lebih dari 750 warga Palestina ditangkap.

Kekuatan dan Kelemahan Iron Dome Israel

Kekuatan dan Kelemahan Iron Dome Israel, Menurut Ahli Militer

Merdeka.com 2021-05-15 12:08:09
Roket Hamas vs Iron Dome Israel. ©Anas Baba/AFP

Seluruh dunia beberapa hari lalu menyaksikan bagaimana langit malam di sekitar wilayah Gaza dan Israel diwarnai kilatan cahaya yang berpendar seperti pertempuran di udara diwarnai suara sirene.

Itu adalah pemandangan ketika Iron Dome, sistem pertahanan Israel, tengah mengantisipasi serangan bertubi-tubi roket Hamas, kelompok militan Gaza.

Sistem pertahanan Iron Dome sudah berusia sekitar satu dasawarsa dan menurut Israel Iron Dome punya tingkat efektivitas sekitar 90 persen dalam membendung roket-roket jarak pendek yang biasa digunakan Hamas atau kelompok lain di wilayah konflik itu.

Jean-Loup Samaan, peneliti di Universitas Nasional Singapura yang sudah mempelajari sistem pertahanan rudal Israel mengatakan Iron Dome memberikan semacam "jaminan" bagi keselamatan dan perlindungan bagi nyawa dan harta benda warga Israel.

Menghadapi Iron Dome, Hamas berupaya mencari cara untuk menembus pertahanan itu dengan meluncurkan ratusan roket sekaligus karena mereka mengetahui sebagian besar dari roket-roket itu akan diantisipasi oleh Iron Dome dan berharap masih ada roket yang luput dan mendarat di wilayah Israel.

Menurut Israel, sejak Jumat lalu Hamas sudah meluncurkan 2.200 roket dan Iron Dome mampu membendung sekitar 85-90 persen serangan roket itu.

Dilansir dari laman Vox, berikut penjelasan Samaan tentang Iron Dome:

Apa itu Iron Dome?

Iron Dome adalah sistem pertahanan udara, artinya alat ini mampu mencegat datangnya roket di wilayah Israel. Proyek ini dimulai pada 2007 dan mulai aktif pada 2011. Iron Dome mampu mengantisipasi serangan roket jarak pendek, helikopter, pesawat nirawak hingga daya jangkau 70 kilometer. Alat ini bisa ditempatkan di darat dan laut.

Iron Dome diproduksi oleh Rafael Advanced System dan sistem radarnya dikembangkan oleh Elta. Pembuatan Iron Dome dipicu sejumlah serangan roket oleh Hizbullah dan Hamas pada tahun 2000-an. Pada Perang Libanon 2006, sekitar 4.000 roket diluncurkan ke wilayah utara Israel dan menewaskan sekitar 44 warga dan 250.000 lainnya mengungsi.

Bagaimana cara kerja Iron Dome?

Iron Dome pada dasarnya punya tiga komponen, seperti halnya sebagian besar sistem pertahan udara yang ada: radar untuk mendeteksi datangnya roket; sistem komando dan pengendali untuk memproses informasi dan mengaktifkan komponen ketiga: pencegat--yaitu rudal yang bertugas menghancurkan roket.

Jadi rudal itu menghancurkan roket di udara?

Betul.

Iron Dome punya tiga peluncur vertikal dengan masing-masing memuat 20 rudal.

Menurut penelitian 2013 oleh Yiftah S Shapur, salah satu kelebihan Iron Dome adalah mengidentifikasi dan mengansipiasi dampak dari serangan roket, memperkirakan kapan dan di mana roket itu akan jatuh, apakah di area terbuka atau kawasan pemukiman dan memutuskan apakah perlu diantisipasi atau tidak. Hal ini untuk menghindari antisipasi tidak perlu jika roket yang diluncurkan akan jatuh di kawasan kosong dan tidak menimbulkan kerusakan.

Iron Dome memiliki varian I-DOME yang memuat seluruh komponen pada satu truk dan C-DOME yang bisa dipasang di kapal perang.