Nuansa hangat menyelimuti wanita Suku Batak berbalut Ulos. Tak hanya kesan kehangatan, kecantikan mereka semakin memesona saat mengenakan Ulos. Ulos merupakan pakaian adat asli Suku Batak, Sumatera Utara. Terkesan sederhana, Ulos merupakan selendang kain tenun dan digunakan sebagai selempang dan baju adat Batak. Selain membuat pemakainya semakin cantik, Ulos punya makna yang mendalam bagi orang Batak.
Perempuan batak biasa mengenakan jenis Ulos yang disampirkan pada kedua bahu. Pemakainya akan terkesan anggun saat berbalut kain Ulos. Aksesoris pelengkapnya berupa penutup kepala bernama Saong. Mengenakan baju ulos lengkap ternyata mampu memancarkan pesona yang begitu menawan.
Tiap motif kain Ulos punya makna tersendiri. Bagi orang Batak, Ulos merupakan benda sakral berupa pesan doa dan moral bagi pemakainya.
©2021 Merdeka.com/Kristin Natalis Telaumbanua Orang Batak punya pedoman bahwa salah satu unsur pemberi kehidupan bagi manusia ialah kehangatan. Keyakinan unsur kehidupan orang batak ialah darah, nafas, dan panas. Kedua unsur awal ialah pemberian Tuhan, sedangkan unsur ketiga akan kurang ketika hanya mengandalkan matahari dan api, terlebih di malam hari. Pasalnya, nenek moyang Batak senang tinggal pada dataran tinggi yang dilindungi pepohonan rindang. Kain ulos menjadi solusi penghangat bagi mereka selain matahari dan api. Api dan matahari tidak praktis saat dibutuhkan. Berbeda dengan kain ulos yang kapanpun dan dimanapun dapat digunakan. Hingga orang Batak begitu menjadikannya sebuah benda yang sakral dan punya aturan adat penggunaanya. ©2021 Merdeka.com/Kristin Natalis Telaumbanua Ulos punya makna terdalam dalam sebuah pepatah Batak. “Ijuk pangihot ni hodong, Ulos pangihot ni holong” yang bermakna “Jika ijuk adalah pengikat pelepah pada batangnya, maka Ulos adalah pengikat kasih sayang antara sesama”. Praktik adat Batak menggunakan ulos ini disebut Mangulosi atau memberi ulos. Makna kasih sayang dengan keberadaan Ulos dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari Adat Batak. Mulai dari merawat bayi, hingga pada perayaan adat Suku Batak. ©2021 Merdeka.com/Kristin Natalis Telaumbanua Ada tiga cara mengenakan Ulos. Siabithonon, yakni dipakai sebagai baju atau sarung. Motiuf ulos Siabithonon ialah Ulos Runjat, Jobit, Ragidup, dan Sibolang. Kemudian Sihadanghononhon, yang dapat dikenakan pada bahu. Motifnya ialah Ulos Mangiring, Sumbat, Sirara, dan Bolean. Penggunaan Ulos terakhir ialah Sitalitalihononhon yang digunakan sebagai pengikat atau penutup kepala. Motif ulosnya ialah Ulos Tumtuman, Mangiring, Padang Rusa. Namun tak menutup kemungkinan saat ini mengenakan ulos untuk berbagai kebutuhan. ©2021 Merdeka.com/Kristin Natalis Telaumbanua Makna kesederhanaan melekat pada pemakai ulos. Namun di balik itu punya beragam makna dan do'a untuk pemakainya. Perempuan Batak akan semakin cantik menawan ketika memakai Ulos. Begitu pula bagi laki-laki yang merupakan simbol tanggung jawab ketika upacara perkawinan. Hingga saat ini, pengrajin kain Ulos membuatnya dengan teknik tradisional. Ulos merupakan kain tenun yang dibuat menggunakan alat tenun bukan mesin. Saat ini Ulos menjadi komoditas yang mudah didapatkan. Harganya berkisar ratusan hingga jutaan, tergantung ukura, motif, dan kerumitan saat proses tenun.
Dalam aturan adatnya, pertama Ulos diberikan kepada kerabat usia dibawahnya. Misalnya orang tua kepada anak atau Natoras tu ianakhon. Selain itu Hula-hula kepada Boru atau keluarga laki-laki kepada keluarga Istri dalam sebuah ritual pernikahan.