Suasana tegang dalam rapat kabinet terbatas, Jumat (16/7). Hanya dihadiri beberapa orang Menteri Kabinet Indonesia Maju. Dipimpin langsung Presiden Joko Widodo. Pria yang akrab disapa Jokowi itu tidak bisa lagi menahan kekecewaannya. Tak ada lagi kompromi. Melihat perilaku anggota kabinetnya.
Laporan masuk ke meja Presiden. Dua orang menteri melawat ke luar negeri. Dikabarkan berada di Amerika Serikat. Terlibat dalam sebuah rekaman video berdurasi delapan detik. Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Mereka berjalan bersama. Sambil bersendau gurau dan tertawa lepas.
"Jokowi marah saat ratas tadi. Karena ada dua menteri yang ke luar negeri. Ya dua menteri itu," ujar sumber merdeka.com dari balik tembok istana, Jumat (16/7).
Kedua menteri itu terbang ke Amerika Serikat membawa agenda penguatan hubungan ekonomi. Kerja sama Indonesia dengan pemerintahan baru Presiden AS Joe Biden. Luthfi dan Bahlil berada di AS selama sembilan hari. Terhitung 9-18 Juli 2021. Misi keduanya dikabarkan berhasil membawa pulang investasi USD 350 juta atau setara Rp5,068 triliun. Tapi bukan itu yang membuat Jokowi marah. Kunjungan ke luar negeri dilakukan tidak pada waktunya. Kondisi di tanah air tengah genting. Lonjakan kasus Covid-19 terjadi. PPKM Darurat diterapkan untuk membatasi aktivitas. Sementara menterinya, justru terbang ke belahan benua lain. "Jokowi marah banget sama dua menteri itu," lanjut sumber tersebut. Sekretaris Kabinet Pramono Anung salah satu yang hadir dalam ratas. Presiden langsung melarang semua menterinya ke luar negeri. Ada pengecualian untuk Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Jika ada menteri yang harus ke luar negeri, wajib mendapat izin dari Kepala Negara. Tidak bisa ditawar lagi. "Untuk itu seluruh menteri, kepala kementerian lembaga dilarang bepergian keluar negeri," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung dalam akun Youtube Sekretariat Presiden. Kekecewaan Jokowi terhadap kinerja Menteri sering dibahas bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Sumber kami mengatakan, Jokowi rutin berbincang dengan Ma’ruf Amin melalui sambungan telepon. Keduanya membahas nama-nama menteri yang dikeluhkan Jokowi. Lantaran kinerja mereka tak memuaskan di mata Kepala Negara. Nama Menteri yang jadi sorotan disimpan rapat. "Ada beberapa menteri. Ada yang tidak nurut perintah, bandel, dan lain-lain. Tapi kan tidak bisa diumbar," ucap sumber. Kemarahan Jokowi tak selalu diutarakan dengan kata. Para Menteri dan orang terdekatnya cukup melihat dari gesturnya. "Dari raut wajah berubah." Juru Bicara Wapres Ma’ruf Amin, Masduki Baidlowi tidak membantah intensitas komunikasi Presiden dengan Wakilnya. Hanya saja, dia tidak tahu persis pembicaraan keduanya. Karena sifatnya rahasia. Komunikasi dilakukan tidak setiap hari. Dalam sepekan, minimal lima kali keduanya saling berdiskusi. Dilakukan melalui sambungan telepon hingga rapat virtual. Dalam kondisi tertentu, Wapres Ma’ruf Amin yang melapor pada Presiden. "Karena wapres tahu benar posisinya. Beliau sangat tahu memposisikan sebagai seorang wakil. Tapi juga sebaliknya, Presiden juga tahu betul wapres lebih senior, maka kemudian Pak Jokowi juga menghormati Wapres," ungkap Masduki saat dikonfirmasi. Wapres selalu meminta petunjuk Presiden. Terutama berkaitan dengan keluhan dari masyarakat terkait penanganan Pandemi. Setelah mendapat izin dari Presiden, Wapres langsung bergerak. Menghubungi menteri-menteri terkait. Semisal menghubungi Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, Mendagri Tito Karnavian, dan lainnya. "Jadi yang begitu penting oleh Wapres, tapi kan tidak semuanya komunikasikan dan diberitakan," ucap Masduki. Hilangnya Senyum Jokowi Kemarahan Jokowi di rapat terbatas tidak hanya sekali. Catatan kami, pada 18 Juni 2020, Jokowi marah lantaran menterinya tidak memiliki sensitivitas dalam menghadapi krisis. Kemarahan pertama Jokowi di dua bulan awal masa Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Pada 28 Juni 2020, Jokowi mengutarakan keinginannya melakukan reshuffle kabinet. Termasuk membubarkan Lembaga yang tidak diperlukan. Usai kemarahan Jokowi, Mensesneg Pratikno menyebut kinerja para menteri mulai membaik. Itu disampaikan Pratikno pada 6 Juli 2020. Hanya berselang dua hari, tepatnya 8 Juli 2020. Kali ini dalam rapat Bersama Menteri dan beberapa kepala daerah. Lagi-lagi Jokowi menyoroti kinerja menteri yang tak peka saat krisis. Para Menteri diinstruksikan kerja lebih keras. Tidak bisa bekerja dengan cara biasa. Jokowi berkilah tidak marah. Sekadar memotivasi para menterinya. Kekecewaan dan kemarahan Jokowi juga terucap ketika dana bantuan sosial (bansos) Covid-19 dikorupsi. Oleh anak buahnya sendiri. Kala itu, Juliari Batubara masih menjabat Menteri Sosial. Jokowi juga tidak senang melihat pencairan dan distribusi bansos tersendat. Termasuk mendengar insentif tenaga kerja terlambat. Pandemi Covid-19 berkepanjangan membuat Presiden pusing. Orang dekatnya mengakui itu. Kini, ada ciri khas Jokowi yang hilang. "Pak Jokowi lagi pusing dan capek, karena itu sekarang jarang senyum dan ketawa," kata orang dekat Jokowi. Jokowi biasanya selalu berbagi senyum. Bahkan, tak pernah menahan tawa. Biasanya terlihat ketika berjumpa dengan warga. Saat melempar kuis berhadiah sepeda. Publik bisa melihat besarnya beban yang dihadapi Jokowi selama Pandemi Covid-19. Apalagi ini krisis multidimensi. Menyangkut nyawa 271.349.889 jiwa rakyatnya. Belum lagi ekonomi yang kini ada di jurang resesi. Tidak ada satupun pemimpin negara bisa tidur tenang di tengah badai krisis. Salah satunya Jokowi. Seharusnya, keseriusan Jokowi dan para menterinya ditampilkan sejak awal Pandemi. Alih-alih menenangkan rakyat, yang terjadi di awal Pandemi justru para petinggi negeri menjadikan Covid-19 bahan guyonan. Ketika kondisi memburuk seperti sekarang, pemerintah mencoba mengubah mainset public. Ini bencana krisis yang serius. Bahkan digunakan kata darurat. "Sekarang justru yang panik pemerintah. Harusnya bukannya Pak Jokowi tapi semua bawahannya harus mulai ikut serius. Tidak cengegesan lagi," ujar pakar Komunikasi Universitas Pandjajaran, Kunto Adi Wibowo. Adi melihat pusingnya Jokowi saat ini. Penularan Covid-19 melonjak tajam. Beriringan dengan tingginya jumlah rakyat yang meninggal. Belum lagi kondisi Indonesia yang kini ‘ditakuti’ bangsa lain. Warga negara asing ditarik pulang. Dilarang terbang ke Indonesia. Membuat pariwisata yang digadang-gadang membuat ekonomi bangkit, justru semakin sulit. Jangan Lagi Politik dan Militer Dewan Pertimbangan Presiden selalu memberikan masukan untuk Jokowi. Setiap anggota mengutarakan usulan berdasarkan kondisi yang dilaporkan. Usulan itu biasanya disampaikan secara periodik oleh Ketua Wantimpres Wiranto. Wantimpres jarang mendengar keluhan dari Presiden selama menangani Pandemi. Mereka meyakini, Presiden Jokowi punya rencana matang. "Beliau menguasai masalah," kata Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kesehatan dan Pendidikan Dato Sri Tahir. Komandan Pasukan Pengaman Presiden Mayor Jenderal TNI Agus Subiyanto salah satu orang yang hampir setiap saat mendampingi Jokowi dari dekat. Dia melihat keseriusan Kepala Negara menghadapi Pandemi. Konsentrasi Presiden utamanya mempercepat penanganan Pandemi Covid-19. "Beliau tidak kenal waktu. Apalagi menghadapi Pandemi ini, Bapak sangat konsen dan serius. Bapak kalaupun sedang lelah, tetapi setelah bertemu masyarakat jadi segar dan semangat. Bapak itu totalitas memikirkan rakyatnya," jelasnya. Jokowi seakan tidak ingin menunjukkan kelelahan. Terlebih ketika tampil di depan publik. Pandemi menguras tenaga dan pikiran Kepala Negara. Namun imunitas tubuh Presiden tetap dijaga. Konsumsi vitamin dan jamu tradisional jadi andalan. "Kalau mengeluh lelah tidak pernah disampaikan ke saya," ucap dokter Kepresidenan, dokter Padma. Kondisi hari ini membuat gaya komunikasi Jokowi berubah. Ada kekhawatiran yang tak bisa ditutupi. Namun coba dibungkus dalam semangat optimisme. Gambaran itu juga yang ditampilkan para pembantu Presiden. Sayangnya, mereka justru terlalu percaya diri. Tak diduga, kondisi memburuk tanpa diprediksi. "Komunikasi Pak Jokowi tampak agak tegang, sangat serius sekali, Saya melihat, sorry, para pembantu presiden ini mohon maaf ya, over optimistis," menurut pakar komunikasi dari Universitas Airlangga, Suko Widodo. Keseriusan dalam penanganan Pandemi membuahkan kebangkitan kembali gaya lawas. Pendekatan kekuatan militer. Alih-alih mendisiplinkan warga, mematuhi protokol kesehatan dan membatasi kegiatan. Masyarakat justru dihadapkan pada situasi makin sulit. Sudah saatnya Jokowi didampingi para ahli. Tampil di depan publik bersama mereka yang menguasai ilmu kesehatan dan pengetahuan. Untuk mendapatkan kembali dukungan dari rakyatnya. "Pak Jokowi bisa mendapatkan kepercayaan, bukan politik dan militer," tegasnya.