Konfirmasi: Vaksin Ampuh Hadapi Semua Varian Covid

Ahli Virus: Vaksin Masih Ampuh Hadapi Semua Varian Covid-19

Merdeka.com 2021-07-14 14:00:00
Vaksinasi Pelajar Tangsel. ©2021 Merdeka.com/Arie Basuki

Guru Besar Virologi dan Molekuler Universitas Udayana I Gusti Ngurah Kade Mahardika mengatakan, produk-produk vaksin yang ada saat ini masih berkhasiat untuk menghadapi Covid-19. Varian-varian Covid-19 yang muncul masih bisa diatasi dengan vaksin yang saat ini beredar.

"Dari varian yang ada di dunia ini saya belum melihat vaksin akan kehilangan khasiatnya. Artinya vaksin Covid masih berkhasiat terhadap semua varian yang ada di dunia saat ini," ujar dia kepada Merdeka.com, Rabu (14/7).

Menurut dia, tujuan vaksinasi bukanlah untuk membuat kasus menjadi nol atau tidak ada kasus lagi. Vaksin bertujuan untuk mencegah agar penerimanya tidak terkena penyakit. Selain itu, juga mencegah agar seseorang tidak menjadi penular virus bagi orang lain.

"Vaksin itu tidak ada yang mampu menghasilkan steril immunity. Artinya imunitas yang steril. Artinya orang yang divaksin masih bisa tertular, tapi sebagian besar tidak akan menjadi sakit dan jumlah virus dalam pernapasannya sangat rendah sehingga daya tularnya juga menurun. Itu yang ingin kita capai dengan vaksinasi ini. Bukan menjadi kasus nol," terang dia.

Dia pun mengambil contoh Inggris. Di negeri yang dipimpin Ratu Elizabeth II tersebut kasus Covid-19 masih terjadi. Namun, jumlah orang yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit mengalami penurunan.

"Apa yang terjadi di Inggris saat ini, di mana kasus meningkat tapi tidak ada masuk rumah sakit, yang mati juga menurun. Artinya vaksin sudah bekerja dengan baik. Bahwa vaksin itu mencegah orang sakit dan menurunkan risiko orang menjadi sumber penularan untuk orang lain," tukasnya.

"Bagi saya apa yang terjadi di Inggris saat ini di mana kasus meningkat tapi jumlah orang yang masuk rumah sakit menurun, itu sudah menunjukkan bahwa vaksinasi efektif," tandas dia.

Ahli Virologi: Semua Vaksin Sudah Diuji dan Aman

Ahli Virologi Sebut Semua Vaksin Covid-19 Sudah Diuji dan Aman Digunakan

Merdeka.com 2021-06-08 18:23:08
Antusiasme lansia ikuti vaksinasi Covid-19. ©Liputan6.com/Angga Yuniar

Ahli Virologi dan Molekuler Biologi Universitas Udayana Prof. I Gusti Ngurah Mahardika memastikan, semua vaksin yang disuntikkan kepada masyarakat sudah diuji dengan baik. Kalaupun ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) biasanya berkaitan dengan faktor genetik.

"Reaksi ikutan KIPI bisa saja terjadi karena genetik individu yang bersangkutan," katanya, Selasa (8/6/2031).

Dia menambahkan, masyarakat hanya perlu memantau sendiri gejala pasca-vaksinasi dan segera ke dokter jika ada gejala KIPI berat. Untuk itu, Prof. Mahardika meminta masyarakat tidak ragu divaksinasi. "Jadilah pahlawan dengan bersedia divaksinasi," ujar Prof. Mahardika.

Sebelumnya, Ketua Komisi Daerah (Komda) KIPI Provinsi DKI Jakarta dr. Ellen Roostati Sianipar, Sp.A juga memastikan setiap vaksin COVID-19 yang diberikan aman karena telah melewati sejumlah tahapan penelitian ilmiah. "Semua vaksin sudah diuji coba, melalui tiga fase dan dipastikan aman," ujar dr. Ellen beberapa waktu lalu.

dr. Ellen memastikan, sejauh ini yang terjadi memang co insidens, artinya tidak berhubungan dengan vaksin. “Gejala bersamaan tetapi sebetulnya tidak disebabkan oleh vaksin atau KIPI yang terjadi biasanya nonserius. Seperti umumnya jika menerima injeksi, ada rasa nyeri atau demam. KIPI serius itu yang jadi perhatian, misal keluhannya berlanjut dan memerlukan perawatan. Sejauh ini yang kita terima laporan kecil dibandingkan jumlah orang yang telah divaksinasi. Meski kecil kami tetap tindak lanjuti dengan melakukan pengkajian," ujar dr. Ellen.

Dia menjelaskan, untuk menjamin keamanan, sebelum vaksinasi petugas juga telah memberitahu kepada masyarakat bila ada gejala seperti demam, menggigil, mual, atau muntah dianjurkan minum obat.

"Kalau ada gejala dianjurkan minum parasetamol dulu tapi kali berlanjut hubungi faskes terdekat. Kalau di Jakarta, semua puskesmas siap atau UGD terdekat. Pasti dilayani," katanya.

Kalau Belum Divaksin Bisa Jadi Pabrik Mutasi Virus

"Orang yang Belum Divaksin Bisa Jadi Pabriknya Mutasi Virus"

Merdeka.com 2021-07-05 11:02:00
Corona. Unsplash ©2020 Merdeka.com

Ahli penyakit menular mengatakan orang yang belum divaksin membahayakan kesehatan dirinya dan orang lain jika terinfeksi virus corona. Karena sumber dari munculnya varian virus corona adalah tubuh orang yang belum divaksin.

"Orang yang belum divaksin menjadi potensi pabriknya varian virus," kata Dr William Schaffner, profesor di Divisi Penyakit Menular Pusat Medis Universitas Vanderbilt kepada CNN Jumat lalu.

"Makin banyak orang yang belum divaksin makin tinggi kesempatan virus untuk menggandakan diri," kata Schaffner, seperti dilansir laman CNN, Minggu (4/7).

"Ketika virus menggandakan diri dia bermutasi dan memunculkan varian yang lebih berbahaya."

Semua virus bermutasi, termasuk virus corona yang berubah dan berevolusi.

Sebagian perubahan itu tidak berarti apa-apa bagi si virus dan sebagian malah melemahkan. Tapi terkadang virus berkembang menjadi varian acak yang menguntungkan dirinya--lebih mudah menular, misalnya, atau lebih efisien dalam menggandakan diri atau bisa menulari berbagai macam inang yang berbeda.

Virus yang punya karakter demikian bisa mengalahkan virus lain dan pada akhirnya menjadi dominan dalam menulari seseorang. Jika orang itu menularkan virus ke orang lain maka mereka menyebarkan virus yang sudah bermutasi. Jika mutasi virus ini cukup berhasil maka dia menjadi varian dominan.

Tapi virus butuh menggandakan diri untuk melakukan itu. Orang yang belum divaksin bisa memberi kesempatan itu.

"Virus yang bermutasi dan bertahan hidup membuat mereka bisa menyebar di tengah populasi," kata Andrew Pekosz, mikrobiologis dan immunologist di John Hopkins Bloomberg School of Public Health kepada CNN.

"Setiap kali virus berubah, dia memiliki kemampuan untuk bermutasi lebih banyak. Sekarang kita ada virus yang bisa menyebar lebih efisien."

Virus yang tidak menyebar tidak akan bisa bermutasi.

90% yang Meninggal Karena Tidak Mau Divaksin

"Orang yang Belum Divaksin Bisa Jadi Pabriknya Mutasi Virus"

Merdeka.com 2021-07-05 11:02:00
Corona. Unsplash ©2020 Merdeka.com

Ahli penyakit menular mengatakan orang yang belum divaksin membahayakan kesehatan dirinya dan orang lain jika terinfeksi virus corona. Karena sumber dari munculnya varian virus corona adalah tubuh orang yang belum divaksin.

"Orang yang belum divaksin menjadi potensi pabriknya varian virus," kata Dr William Schaffner, profesor di Divisi Penyakit Menular Pusat Medis Universitas Vanderbilt kepada CNN Jumat lalu.

"Makin banyak orang yang belum divaksin makin tinggi kesempatan virus untuk menggandakan diri," kata Schaffner, seperti dilansir laman CNN, Minggu (4/7).

"Ketika virus menggandakan diri dia bermutasi dan memunculkan varian yang lebih berbahaya."

Semua virus bermutasi, termasuk virus corona yang berubah dan berevolusi.

Sebagian perubahan itu tidak berarti apa-apa bagi si virus dan sebagian malah melemahkan. Tapi terkadang virus berkembang menjadi varian acak yang menguntungkan dirinya--lebih mudah menular, misalnya, atau lebih efisien dalam menggandakan diri atau bisa menulari berbagai macam inang yang berbeda.

Virus yang punya karakter demikian bisa mengalahkan virus lain dan pada akhirnya menjadi dominan dalam menulari seseorang. Jika orang itu menularkan virus ke orang lain maka mereka menyebarkan virus yang sudah bermutasi. Jika mutasi virus ini cukup berhasil maka dia menjadi varian dominan.

Tapi virus butuh menggandakan diri untuk melakukan itu. Orang yang belum divaksin bisa memberi kesempatan itu.

"Virus yang bermutasi dan bertahan hidup membuat mereka bisa menyebar di tengah populasi," kata Andrew Pekosz, mikrobiologis dan immunologist di John Hopkins Bloomberg School of Public Health kepada CNN.

"Setiap kali virus berubah, dia memiliki kemampuan untuk bermutasi lebih banyak. Sekarang kita ada virus yang bisa menyebar lebih efisien."

Virus yang tidak menyebar tidak akan bisa bermutasi.

Ampuh Cegah Penularan dan Kematian Hingga 98%

Kemenkes: Vaksin Sinovac Ampuh Cegah Penularan Covid-19 & Kematian Hingga 98 Persen

Merdeka.com 2021-05-14 15:06:11
Vaksin Massal Nakes di Istora. ©2021 Liputan6.com/Johan Tallo

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI melakukan kajian cepat keefektifan vaksinasi Sinovac terhadap infeksi Covid-19. Hasil kajian menyatakan vaksin Sinovac efektif mencegah kematian.

Ketua Tim Peneliti Efektivitas Vaksin Kemenkes, Pandji Dhewantara menyebut, berdasarkan hasil kajian, pemberian vaksinasi dosis lengkap itu secara signifikan dapat menurunkan risiko dan mencegah Covid-19 bergejala.

"Vaksinasi menurunkan risiko perawatan dan kematian sampai 98%, jauh lebih besar dibandingkan pada individu yang baru menerima dosis pertama dimana hanya efektif menurunkan sekitar 13% risiko Covid-19 bergejala" katanya, Jumat (14/5).

Dia bilang, kajian cepat dilakukan pada 13 Januari sampai 18 Maret 2021 pada tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta. Kajian cepat ini menggunakan desain Kohort Retrospektif, yakni menelusuri riwayat setiap individu yang dilibatkan dalam penelitian ini.

Pandji menambahkan, penelitian ini berfokus pada kelompok tenaga kesehatan baik yang belum maupun sudah di vaksinasi. Kemudian, yang sudah diberi dosis pertama maupun sudah vaksinasi lengkap sebanyak dua dosis.

Kajian cepat pada 13 Januari sampai 18 Maret 2021 lalu melibatkan lebih dari 128 ribu orang dengan usia di atas 18 tahun. Serta rata-rata dari partisipan yang diikutkan 60% perempuan dengan rata-rata usia di Kisaran 30 tahun.

"Kajian cepat ini dilakukan berdasarkan data-data sekunder. Jadi data-data yang kita olah itu merupakan data dari berbagai sumber yang ada di Kementerian Kesehatan," tuturnya.

Menurutnya, hasil kajian ini dapat adalah informasi yang sangat penting bagi masyarakat maupun bagi pemerintah. Terutama dalam hal menentukan langkah-langkah strategis guna memperkuat pemberian vaksinasi di masyarakat.

Pandji melanjutkan, dari analisis yang dilakukan ditemukan bahwa vaksinasi Sinovac dosis dengan lengkap bisa menurunkan atau bisa mengurangi risiko Covid-19 sebanyak 94%. Kata dia, kajian cepat itu sangat jelas menunjukkan bahwa pemberian vaksinasi lengkap 2 dosis bisa menurunkan risiko terinfeksi Covid-19 dan mencegah kematian.

Tak hanya itu, lanjut dia, pemberian vaksinasi Sinovac 2 dosis dapat mencegah sekitar 96% risiko perawatan karena Covid-19. Kemudian, mencegah sebesar 98% kematian karena Covid-19.

"Hal itu menunjukkan bahwa vaksinasi lengkap itu sangat disarankan karena vaksinasi pemberian dosis pertama itu belum cukup melindungi. Apabila masyarakat sudah menerima vaksinasi penuh atau lengkap itu akan jauh lebih efektif dalam menurunkan risiko Covid-19 baik perawatan maupun kematian," tutupnya.

Dari 5,2 Juta yang Sudah Divaksin, 54 Meninggal

Luhut Sebut Kematian Pasien Covid di RI yang Sudah Divaksinasi hanya 0,21 Persen

Merdeka.com 2021-07-22 16:59:25
Angka kematian Covid-19 pecah rekor. ©Liputan6.com/Herman Zakharia

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim, angka kematian pada pasien Covid-19 yang sudah divaksinasi sangat rendah. Saat ini pemerintah terus menggencarkan vaksinasi guna menciptakan kekebalan komunal.

"Itu akan berjalan paralel. Karena dari data ini kita melihat yang meninggal dunia karena sudah divaksinasi angkanya sangat rendah," katanya saat jumpa pers tindak lanjut arahan Presiden RI terkait perkembangan terkini penerapan PPKM, Rabu malam (21/7).

Menurut Luhut, dari dari 5,1 juta sampel pasien Covid-19 yang telah divaksin, hanya 54 orang yang meninggal dunia karena corona. Sehingga, angka kematian pada pasien Covid-19 yang sudah divaksin sangat rendah.

"Jadi ini angka hanya 0,21 persen. Jadi vaksin dan itu rata-rata komorbid," ucapnya.

Luhut berharap, semua masyarakat menyadari bahwa masalah vaksin adalah suatu hal yang penting. Selain vaksin, testing dan tracing juga sangat penting ditingkatkan.

"Supaya early stage atau pada awal sudah bisa dideteksi sehingga bisa ditreat dengan bagus dan rata-rata penyembuhannya 8 hari, tingkat penyembuhannya lebih cepat dan tapi tingkat meninggalnya pun lebih cepat kalau penanganannya tidak cepat. Saya mohon ini supaya menjadi perhatian kita semua," tandasnya.

Ada Enam Jenis Vaksin Digunakan di Indonesia

Memahami Vaksinasi Covid-19 di Indonesia

Merdeka.com 2021-01-07 16:57:00
Vaksin Covid-19 buatan Pfizer. ©REUTERS/Dado Ruvic

Pemerintah memilih program vaksinasi untuk menekan laju penyebaran Covid-19 di Indonesia. Metode pemberian vaksin ini akan diberikan kepada 181 juta masyarakat Indonesia dan diharapkan dapat menciptakan herd immunity atau kekebalan kelompok masyarakat terhadap Covid-19.

Program vaksinasi akan dimulai pertengahan bulan Januari 2021. Vaksinasi ini ditargetkan selesai dalam kurun waktu 15 bulan dengan menyasar 181,5 juta orang.

Pemerintah telah memutuskan memilih tujuh jenis vaksin untuk program vaksinasi virus Corona. Ketujuh vaksin itu dipilih karena dianggap sudah aman untuk digunakan dan tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor HK.01.07/ Menkes/12758/ 2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disesase 2019 (Covid-19).

Tujuh vaksin itu adalah produksi PT Bio Farma, kemudian AstraZeneca buatan Inggris, lalu China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm) asal negeri tirai bambu. Selanjutnya vaksin Moderna buatan Amerika, lalu vaksin Novavax asal Kanada dan vaksin Pfizer-BioNTech juga buatan Amerika. Dan terakhir vaksin Sinovac buatan perusahaan bioteknologi asal China.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan terdapat 5 jalur pengadaan vaksin Covid-19 yang ditempuh Indonesia. Empat di antaranya bersifat bilateral, sementara sisanya multilateral. Pengadaan vaksin dari kerja sama bilateral antara lain, kontrak 125 juta dosis vaksin dari Sinovac.

Pemerintah juga telah menandatangani komitmen supply dari Novavax dengan menggunakan platform protein sub unit rekombinan yang berasal dari AS sebesar 50 juta dosis. Kemudian dengan AstraZeneca platform viral vector dari Inggris sebanyak 50 juta dosis vaksin. Dari ketiga vaksin tersebut baru AstraZeneca yang sudah mengeluarkan hasil efikasi (efektivitas vaksin).

Sebanyak 155 juta dosis vaksin telah dipesan Indonesia bekerja sama dengan perusahana China Sinovac Biotech Ltd. Kerjasama dilakukan lewat uji klinis Fase 3 vaksin CoronaVac buatan Sinovac dilakukan di Indonesia. Vaksin Sinovac ini datang secara bertahap. Dengan rincian 1,2 juta yang datang pada 6 Desember 2020, 1,8 juta pada Januari 2021, dan 122,504 juta akan datang pada Januari 2022. Selain mengimpor langsung vaksin ini dari China, PT Biofarma juga akan memproduksi vaksin itu di Indonesia.

"Dengan memperhitungkan bahwa 1 orang membutuhkan 2 dosis dan memperhitungkan guideline WHO kita persiapkan 15 persen cadangan maka total vaksin yang diperlukan ada sekitar 426 juta dosis vaksin," kata Budi Gunadi Sadikin dalam chanel youtube sekretariat Presiden, Selasa (29/12).

Juru Bicara Vaksinasi dan Perwakilan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr Siti Nadia Tarmizi, menyebut tujuh jenis vaksin dipilih pemerintah tersebut sudah aman digunakan. Semua telah melewati uji klinis tahap I-III. Bahkan vaksin Sinovac telah distribusikan ke 34 Provinsi Indonesia untuk mendukung program vaksinasi.

Adapun proses pemberian vaksin Sinovac, kata Nadia, dilakukan jika dapat persetujuan emergency use authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Selanjutnya vaksinasi baru akan dilakukan dengan dua tahapan. Tahap pertama vaksinasi dilakukan dalam rentang waktu Januari-April 2021. Vaksinasi periode pertama tersebut diprioritaskan untuk 1,3 juta tenaga kesehatan dan 17,4 juta petugas pelayan publik di 34 provinsi.

Vaksinasi tahap kedua diperuntukkan bagi 63,9 juta masyarakat rentan dan 77,4 juta masyarakat lainnya yang diberikan sesuai pendekatan klaster. Tahap kedua ini rencananya akan dilakukan mulai April 2021 hingga Maret 2022. Vaksinasi selanjutnya diberikan kepada masyarakat lansia di atas 60 tahun yang jumlahnya sekitar 21,5 juta orang.

Menurut Nadia, memang tidak mudah untuk menyediakan 420 juta dosis vaksin bagi Indonesia. Ini dikarenakan banyak dunia juga memerlukan vaksin serupa "Karena kapasitas produksi vaksin itu sekitar 6 miliar dosis dan ini menentukan kebutuhan vaksin Covid separuhnya," kata dia menjelaskan.

Sejumlah negara memang sudah melakukan penyuntikan antivirus Covid-19. Dikutip dari ourworldindata.org tercatat per 5 Januari ada 18 negara menggelar vaksinasi. Negara tersebut di antaranya, Qatar dan Meksiko yang sama-sama menggunakan vaksin Pfizer-Biontech dalam gelombang pertama program vaksinasinya.

Kemudian Serbia, Kuwait, Swiss, Kosta Rika, Hongaria, Slovakia, Republik Ceko, Polandia, Yunani, Inggris, Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Israel. 13 negara ini juga memakai vaksin Pfizer-BionTech. Lalu ada Oman, Kanada dan Amerika Serikat yang menggunakan vaksin Pfizer untuk masyarakatnya.

Lansia Perlu Vaksin untuk Kurangi Risiko Fatal

Pakar Kesehatan Jelaskan Pentingnya Lansia Menerima Vaksinasi Covid-19

Merdeka.com 2021-02-08 10:10:44
Vaksin Massal Nakes di Istora. ©2021 merdeka.com/imam buhori

Pakar Kesehatan Masyarakat, Hasbullah Thabrany mengatakan vaksinasi Covid-19 bagi orang lanjut usia (lansia) di atas 60 tahun sangat penting. Sebab, lansia berisiko tinggi jika terinfeksi Covid-19.

"Itu (vaksinasi Covid-19) bagian yang memang harus dilakukan karena lansia mempunyai risiko tinggi. Apalagi pegawai-pegawai atau petugas kesehatan yang usianya di atas 60 tahun risikonya sangat tinggi," katanya saat dihubungi merdeka.com, Senin (8/2).

Menurut Hasbullah, vaksinasi Covid-19 bisa melindungi lansia dari fatalitas bila terinfeksi Covid-19. Namun, vaksinasi Covid-19 tidak bisa melindungi lansia dari penularan Covid-19.

"Mereka bisa tertular virusnya cuma begitu masuk ke dalam tubuh tidak menjadi kasus yang berat. Itu lah fungsi dari vaksinasi dan memang menjadi prioritas," ujarnya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin penggunaan vaksin Covid-19 Sinovac untuk lansia di atas 60 tahun. Keputusan ini berangkat dari data 47,3 persen kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia merupakan lansia.

"Menjadi keharusan tentunya bagi pemerintah untuk menetapkan memberi pemberian penggunaan vaksin yang tersedia yaitu saat ini adalah CoronaVac menjadi prioritas untuk juga diberikan kepada kelompok lansia," kata Kepala BPOM, Penny K. Lukito dalam konferensi pers melalui YouTube BPOM RI, Minggu (7/2).

Penny menyebut, izin penggunaan vaksin Sinovac untuk lansia dikeluarkan pada 5 Februari 2021. Penerbitan ini dilakukan setelah mendapat data hasil uji klinik fase 1 dan 2 vaksin Sinovac untuk lansia di China serta uji klinik fase 3 di Brasil.

Data hasil uji klinik fase 1 dan 2 di China menunjukkan, imunogenisitas lansia berada pada angka 97,96 persen setelah dilakukan dua kali penyuntikan vaksin Sinovac dengan rentang waktu 28 hari. Uji klinis dilakukan kepada 400 lansia.

Sedangkan hasil uji klinik fase 3 di Brasil menunjukkan lansia berada dalam kondisi aman dan tidak menimbulkan efek samping serius derajat ketiga setelah dilakukan dua kali penyuntikan. Uji klinik fase 3 di Brasil melibatkan 600 lansia.

"Telah diperoleh hasil bahwa pemberian vaksin ini kepada orang 60 tahun ke atas aman dan tidak ada efek samping serius derajat ketiga yang dilaporkan," jelasnya.

Meski demikian, kata Penny, pemberian vaksin kepada lansia harus melalui tehapan pemeriksaan kesehatan. Sebab, umumnya lansia memiliki komorbid atau penyakit penyerta yang berisiko tinggi saat menerima vaksin.

"Mengingat populasi lansia merupakan populasi berisiko tinggi maka pemberian vaksin ini juga harus dilakukan secara hati-hati," tandasnya.

Angka Kematian Tinggi, Lindungi Anak dengan Vaksin

Lampu Merah Kematian Anak Indonesia karena Covid-19

Merdeka.com 2021-06-25 09:00:00
Program Imunisasi Balita di Masa Pandemi. ©2020 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Ada lebih dari 7.100 anak dan remaja meninggal karena Covid-19. Sekitar 0,3 persen dari 2,4 kasus juta kematian Covid-19 di 78 negara. Data ini hasil penelitian Universitas John Hopkins, UNICEF. Masih dari data yang sama, ada sekitar 12 juta kasus Covid-19 yang menyerang anak-anak dan remaja.

Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara dengan angka kematian tinggi akibat Covid-19. Bahkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebut kasus kematian anak di Indonesia jadi yang tertinggi dunia. Case fatality atau tingkat kematian mencapai tiga hingga lima persen.

Persentase kasus positif Covid-19 pada anak Indonesia juga tinggi. Tingginya kasus positif Covid-19 pada anak juga terekam dari data Kementerian Kesehatan. Hingga Senin (21/6), ada 252.264 anak yang positif Covid-19 dari total 2.018.113 kasus positif di seluruh Indonesia. Kelompok usia anak dan remaja yang tertinggi tertular virus Covid-19 adalah umur 6-18 tahun.

Sementara kasus kematian Covid-19 pada anak dan remaja, mencapai 1,2 persen atau 663 dari dari total 55.291 kasus kematian akibat Covid-19 di Indonesia.

Ketua Umum IDAI, Aman Bhakti Pulungan menyimpan kekhawatiran akan tingginya kasus positif Covid-19 pada anak di Indonesia dan angka kematiannya. Dari total kasus kematian Covid-19 pada anak, 50 persen dikontribusikan usia balita (bawah lima tahun).

Kekhawatiran beralasan. Mengingat di tengah tingginya kasus positif dan kematian Covid-19 pada anak, fasilitas kesehatan terbatas. Sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum memiliki ruang ICU (Intensive Care Unit) khusus anak. Belum lagi obat-obatan sangat minim. Termasuk Intravenous Fluid Drops (IVFD). Tenaga kesehatan juga mulai bertumbangan.

"Ini kan menjadi masalah," kata dia beberapa waktu lalu.

©2021 Merdeka.com

Minimnya fasilitas kesehatan khusus anak yang terpapar Covid-19 juga diakui Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Aman Pulungan. Tidak hanya fasilitas, kekurangan juga terjadi pada sumber daya manusia, dokter dan perawat yang menangani pasien anak. Hingga kekurangan obat-obatan khusus anak. Bila terus berlanjut, bisa membuat kolaps.

"Sampai saat ini bahkan ICU khusus anak ini tidak tersedia di sebagian besar rumah sakit," kata Aman.

Ambil contoh di ibu Kota DKI Jakarta. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengakui tidak menyediakan ruang khusus anak. Meski peningkatan kasus Covid-19 di Ibu Kota diiringi tingginya angka kasus pada kelompok usia balita dan anak-anak.

Padahal berdasarkan data dari Kementerian Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA), DKI Jakarta menjadi provinsi paling tinggi dalam kasus Covid-19 yang menyerang anak-anak.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti memberikan penjelasan mengenai ketiadaan ruang khusus penanganan pasien anak Covid-19. Penanganan pasien Covid-19 di Jakarta bukan berdasarkan usia. Tetapi kegawatdaruratan kasusnya. Baik untuk penyediaan tempat isolasi di rumah sakit pemerintah ataupun di rumah sakit swasta. Termasuk fasilitas lainnya.

"Kami secara umum penambahan tidak melihat umur karena penambahan bukan hanya di anak saja, tapi di segmen unit dewasa muda juga menambah," katanya di Balai Kota DKI, Senin (21/6).

Gejala Covid-19 yang muncul pada anak mirip seperti gejala yang dialami orang dewasa. Anak yang terinfeksi Covid-19 biasanya mengalami salesma, seperti batuk dan pilek. Kemudian anosmia, diare dan lemas otot. Namun, gejala Covid-19 yang paling banyak ditemukan pada anak adalah diare.

"Hanya saja memang sebagian besar anak itu lebih banyak yang gejalanya ringan atau asimtomatik atau tanpa gejala," ujar anggota Satgas Covid-19 IDAI, dr. Nastiti Kaswandani.

Penanganan pasien Covid-19 pada orang dewasa dan anak pun sama. Ketika anak yang terpapar Covid-19 tidak menimbulkan gejala atau gejala ringan, cukup isolasi mandiri di rumah.

Sementara anak yang mengalami gejala Covid-19 sedang, berat atau kritis harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Terapi untuk pasien Covid-19 dewasa dan anak juga tak berbeda.

"Sebagian besar terapinya suportif, vitamin C, B, Zinc. Ketika anak itu gejalanya berat atau kritis baru kita berikan penanganan dengan antivirus," jelas dia.

Putus Rantai Penularan Covid-19 pada Anak

Tingginya jumlah anak terpapar Covid-19 dan angka kematian pada anak harus mendapat perhatian serius. Pemerintah pusat dan daerah harus memberikan perlindungan maksimal kepada anak agar tidak terjangkit Covid-19. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto menyarankan beberapa hal yang harus disiapkan pemerintah.

Selain terobosan pencegahan Covid-19 pada anak, perlu dipastikan kembali perlunya layanan kesehatan khusus. Agar ketika anak terpapar Covid-19 bisa ditangani cepat dan optimal.

©2021 Merdeka.com

Sejalan dengan itu, masyarakat harus ikut bergotong royong melakukan berbagai upaya preventif terhadap Covid-19. Patuh menggunakan masker, manjaga jarak, menghindari kerumunan, menekan mobilitas dan mencuci tangan pakai sabun.

Langkah tersebut diyakini bisa menekan laju Covid-19. Terutama mencegah terus meningkatnya kasus positif dan kematian Covid-19 pada anak.

"Semua harus bergotong royong melakukan berbagai upaya positif agar anak tidak rentan terpapar Covid-19," katanya.

Merespons ancaman Covid-19 terhadap anak, Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Nahar mengatakan, fakta ini menjadi peringatan kepada orang tua agar disiplin menerapkan protokol kesehatan. Terutama saat di dalam rumah dan bersinggungan dengan anak.

"Ini menjadi warning kepada keluarga yang tinggal bersama anak. Pastikan protokol kesehatan di dalam rumah berjalan. Mengetahui bagaimana seharusnya berhubungan dengan anak di masa pandemi ini," kata Nahar saat berbincang dengan merdeka.com.

Para orang tua yang seharian beraktivitas di luar, harus menjalani protokol kesehatan ketika tiba di rumah. Sebab, anak yang selalu ada di rumah rentan tertular jika orang tua yang beraktivitas di luar tidak menerapkan protokol kesehatan.

"Ya itu, mengganti baju, langsung mandi. Baru sentuh anak. Karena kita tidak tahu kan kuman atau bahkan virus yang menempel di badan setelah seharian berkaktivitas di luar," tuturnya.

Pemerintah menolak disebut abai dalam menangani pencegahan penularan Covid-19 kepada anak. Alasannya, sejak awal pandemi sudah selalu disosialisasikan mengenai protokol pencegahan untuk melindungi keluarga di rumah.

Keluarga merupakan pintu pertama pencegahan penularan Covid-19 pada anak-anak. Upaya-upaya pencegahan itu yang terus diingatkan ke masyarakat. Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengingatkan tanggung jawab besar keselamatan anak-anak ada di pundak orang tua. Karena itu, orang tua harus taat protokol kesehatan.

"Anak sebenarnya di bawah (pengawasan) siapa? orang tua kan," kata dia kepada Merdeka.com, Selasa (22/6).

Selain dari orang tua, ada kemungkinan lain yang menyebabkan anak tertular Covid-19. Yakni antar anak. Terjadi ketika anak-anak sedang bermain bersama. Apalagi mereka belum sepenuhnya sadar untuk taat protokol kesehatan.

"Anak-anak ini kan disuruh pakai masker sesuatu yang agak sulit. Mereka tidak betah. Selalu ingin membuka. Cenderung ingin lepas, bebas bermain. Sebentar-sebentar dia buka," kata Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Husein Habsyi.

Upaya menekan penularan Covid-19 pada anak bisa dilakukan dengan membatasi ruang gerak anak. Terutama yang berpotensi menimbulkan kontak dengan virus. Ini harus diperhatikan mengingat terjadi lonjakan tinggi kasus Covid-19.

"Jangan lepas bermain sebebas-bebasnya. Kalau ingin keluar, jangan sampai berkerumun dengan anak-anak lain. Mungkin di halaman rumah sendiri, dipantau orang tua," tegas dia.

Berikut sebaran kasus anak terkonfirmasi positif Covid-19 hingga tanggal 24 Juni 2021. Lima Provinsi tertinggi kasus Covid-19 pada anak:

1. DKI Jakarta
0-5 tahun: 15.331 kasus
6-18 tahun: 42.856 kasus

2. Jawa Barat
0-5 tahun: 11.764 kasus
6-18 tahun: 40.519 kasus

3. Jawa Tengah
0-5 tahun: 6.429 kasus
6-18 tahun: 23.235 kasus

4. Jawa Timur
0-5 tahun: 3.007 kasus
6-18 tahun: 11.097 kasus

5. Kalimantan Timur
0-5 tahun: 2.116 kasus
6-18 tahun: 6.344 kasus

5 Provinsi terendah kasus Covid-19 pada anak:
1. Maluku Utara
0-5 tahun: 74 kasus
6-18 tahun: 261 kasus

2. Sulawesi Barat
0-5 tahun: 93 kasus
6-18 tahun: 840 kasus

3. Gorontalo
0-5 tahun: 99 kasus
6-18 tahun: 342 kasus

4. Maluku
0-5 tahun: 100 kasus
6-18 tahun: 626 kasus

5. Bengkulu
0-5 tahun: 196 kasus
6-18 tahun: 899 kasus

Angka kematian akibat Covid-19 yang terjadi pada anak-anak dan remaja diperkirakan terus terjadi. Beriringan dengan kasus penularan yang tinggi. Tugas semua pihak untuk memutus rantai penularan Covid-19 pada anak. Dengan demikian bisa meminimalisir angka kematian anak akibat Covid-19.

Daftar Vaksinasi bisa lewat WA, Cukup Ketik Vaksin

Cara Daftar Vaksinasi Covid-19 Cuma Lewat WhatsApp

Merdeka.com 2021-01-22 12:25:00
Tenaga Kesehatan Jalani Vaksinasi Covid-19. ©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Kementerian Kesehatan memberikan layanan registrasi dan pendaftaran untuk penerima vaksinasi Covid-19. Caranya hanya lewat chatbot Whatsapp, di nomor 081110500567.

Namun untuk sementara ini registrasi vaksin Covid-19 melalui WhatsApp hanya diperuntukkan bagi tenaga kesehatan.

Cara registrasinya pun sangat mudah, berikut caranya.

Khusus para tenaga kesehatan juga bisa mengecek nama mereka di situs pedulilindungi.id. Jika belum terdaftar, sasaran diminta segera mengajukan program vaksinasi dengan mengirimkan data diri ke email vaksin@pedulilindungi.id.

Selain via WhatsApp, Kemenkes juga menyediakan channel registrasi vaksinasi Covid-19 melalui SMS Blast PEDULICOVID, Website pedulilindungi.id, melalui email vaksin@pedulilindungi.id, call/UMB *119#, dan Hotline Vaksinasi COVID-19 119 Ext 9.

Sumber: Liputan6.com
Reporter: Iskandar