Awal Perang di Afghanistan

Begini Awal Mula Terjadinya Perang Afghanistan

Merdeka.com 2021-08-16 08:27:09
Warga Afghanistan angkat senjata untuk lawan Taliban. ©REUTERS/Stringer

Setelah berperang selama 20 tahun di Afghanistan, pasukan asing akhirnya menarik mundur tentara mereka masing-masing setelah tercapai kesepakatan antara Amerika Serikat dan kelompok Taliban. Konflik Afghanistan sudah menewaskan puluhan ribu orang dan memaksa jutaan orang menjadi pengungsi.

Bagaimana awal mula perang Afghanistan terjadi?

Dilansir dari laman the New York Times, beberapa pekan setelah kelompok Al Qaidah menyerang AS pada 11 September 2011, Presiden George W Bsuh mengumumkan pasukan AS melancarkan serangan terhadap kelompok teroris dan Taliban di Afghanistan.

"Serangan terukur dan terkendali ini dirancang untuk menghalangi Afghanistan menjadi basis operasi teroris dan untuk menyerang kemampuan militer rezim Taliban," kata Bush waktu itu. AS menganggap pemimpin Al Qaidah Usamah Bin Ladin bertanggung jawab atas serangan ke AS yang menewaskan lebih dari 3.000 orang itu. Bin Ladin berada di Afghanistan, di bawah perlindungan Taliban, kelompok Islamis yang berkuasa sejak 1996.

Bush mengatakan, Taliban yang kemudian menguasai hampir semua wilayah Afghanistan, menolak permintaannya untuk menyerahkan sang pemimpin Al Qaidah yang sudah merencanakan serangan ke AS dari markas mereka di Afghanistan. Dia mengatakan serangan ini bertujuan menyeret pemimpin Al Qaidah ke pengadilan dan "kini Taliban harus membayar harganya."

Pada saat itu Bush juga memperingatkan operasi militer bernama Enduring Freedom ini akan menjadi "operasi yang cukup panjang dan tidak pernah terjadi sebelumnya."

Pada Desember 2001, Usamah Bin Ladin dan sejumlah pemimpin Al Qaidah melarikan diri ke Pakistan, negara sekutu AS. Pasukan AS tidak memburu mereka dan Pakistan menjadi lokasi perlindungan bagi para pemimpin Taliban.

Di Afghanistan sendiri pasukan AS dengan mudah menjatuhkan pemerintahan Taliban.

Pada Desember 2002, juru bicara Taliban menawarkan tindakan menyerah yang ditolak oleh AS. Hampir 20 tahun kemudian AS akhirnya sepakat dengan Taliban untuk gencatan senjata dan bernegosiasi untuk peralihan kekuasaan politik dengan pemerintahan Afghanistan yang didukung AS.

Pasukan NATO bergabung dengan AS dan pemerintahan Afghanistan yang baru terbentuk pada 2004 tapi serangan Taliban tak pernah surut.

Meski demikian, AS dan NATO berupaya membangun negara Afghanistan yang bergaya demokrasi barat, menghabiskan miliaran dolar untuk membangun negara miskin yang dilanda perang selama dua dasawarsa. Pemerintahan yang pro=Barat akhirnya berdiri. Sekolah, rumah sakit, fasilitas publik dibangun, Ribuan perempuan yang dilarang sekolah di masa Taliban, akhirnya bisa sekolah. Perempuan akhirnya bisa kuliah, bekerja, dan menjadi anggota parlemen dan pejabat pemerintah. Media independen bermunculan. Tapi korupsi juga merajalela. Dana ratusan juta dolar untuk pembangunan dan investasi diselewengkan. Pemerintah tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya.


Tewasnya Usamah Bin Ladin

Penambahan pasukan di masa Presiden Barack Obama mencapai puncaknya, hampir 100.000 tentara AS bercokol di Afghanistan pada pertengahan 2010. Langkah itu mampu menekan Taliban tapi tidak untuk waktu yang lama.

Pada Mei 2011, pasukan elit Angkatan Laut AS membunuh Usamah Bin Ladin di persembunyiannya di Abbottabad, Pakistan, tempat dia tinggal hampir setahun lamanya dekat lokasi pelatihan militer Pakistan. Pada Juni tahun itu, Obama berjanji akan mulai menarik mundur pasukan AS dan menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada orang Afghanistan pada 2014.

Pada 2014, tahun yang paling berdarah sejak 2001, Pentagon menyimpulkan perang ini tidak bisa dimenangkan secara militer dan hanya perundingan damai yang bisa mengakhiri konflik. Pasukan internasional NATO mengakhiri misi mereka, meninggalkan Afghanistan ke tangan militer Afghan.

Dengan kondisi perang yang tertahan, Obama mengakhiri operasi perang utama pada 31 Desember 2014 dan beralih melatih dan membantu pasukan keamanan Afghanistan.

Pada saat itulah Taliban mendapat kesempatan dan berhasil merebut banyak wilayah.

Tiga tahun kemudian Presiden Donald Trump mengatakan meski dari awal dia berniat menarik mundur semua pasukan AS, dia menekankan segala penarikan mundur akan bergantung pada kondisi di lapangan, bukan kerangka waktu.

Pemerintahan Trump juga mulai berdialog dengan Taliban sejak 2018 tanpa melibatkan pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Presiden Ashraf Ghani.

Perundingan damai antara AS dan Taliban sudah beberapa kali terjadi dan kesepakatan penarikan mundur pasukan AS bermula dari perundingan di Qatar pada Februari 2020.

Kesepakatan itu berisi pasukan AS harus meninggalkan Afghanistan pada 1 Mei 2021. Sebagai imbalannya Taliban berjanji akan memutus hubungan dengan kelompok teroris seperti Al Qaidah dan ISIS cabang Afghanistan, mengurangi kekerasan dan bernegosiasi dengan pemerintahan Afghanistan yang didukung AS. Namun kesepakatan itu tidak menyinggung konsekuensi jika Taliban tidak memenuhi janjinya.

Kesepakatan AS-Taliban ini tidak menghentikan serangan Taliban, mereka kemudian beralih melancarkan serangan ke pasukan Afghanistan dan warga sipil. Wilayah kekuasaan mereka semakin luas.


Ongkos perang

Seberapa besar ongkos perang Afghanistan?

Dalam hal korban jiwa, memang sulit mendapatkan angka pasti. Jumlah korban tewas di pasukan koalisi lebih tercatat dengan baik ketimbang di pihak Taliban dan warga sipil Afghanistan.

Penelitian oleh Universitas Brown memperkirakan korban jiwa di pihak pasukan Afghanistan mencapai 69.000 jiwa. Dan warga sipil serta militan yang tewas masing-masing mencapai 51.000 jiwa.

Lebih dari 3.500 tentara koalisi tewas sejak 2001--sekitar dua pertiganya pasukan AS. Lebih dari 20.000 tentara AS luka.

Menurut PBB, Afghanistan menjadi negara ketiga terbesar di dunia yang warganya mengungsi.

Sejak 2021, sekitar lima juta penduduk Afghanistan mengungsi dan tidak bisa kembali.

Universitas Brown memperkirakan AS menghabiskan dana perang dan rekonstruksi di Afghanistan dan Pakistan sebesar USD 978 miliar hingga 2020.

Pasukan AS dan koalisi yang tewas mencapai 3.586. Polisi dan militer Afghanistan yang tewas 75.971. Warga sipil (termasuk pekerja kemanusiaan, jurnalis, kontraktor) 78.314. Pasukan oposisi, termasuk Taliban 84.191 jiwa

Baca juga:
Taliban Masuki Ibu Kota Kabul, AS Evakuasi Diplomat Pakai Helikopter
Biden Kirim 5.000 Pasukan ke Afghanistan untuk Bantu Evakuasi Staf Kedutaan AS
Taliban Kuasai Jalalabad Tanpa Pertempuran, Tinggal Kabul Masih Dikuasai Pemerintah
Situasi Afghanistan Memburuk, Denmark dan Norwegia Tutup Kedutaan
AS Kirim Pasukan untuk Bantu Evakuasi Staf Kedutaan di Kabul Afghanistan
Kepala Angkatan Darat Afghanistan Dicopot Setelah Taliban Rebut 10 Ibu Kota Provinsi
Intelijen AS Peringatkan Kabul Bisa Jatuh ke Tangan Taliban dalam Waktu 90 Hari
Taliban Bantah Bunuh Warga Sipil, Desak Penyelidikan Independen
Taliban Berhasil Rebut Delapan Ibu Kota Provinsi Afghanistan Hanya dalam Lima Hari

Membandingkan Militer Afghanistan vs Taliban

Membandingkan Kekuatan Pasukan Afghanistan dan Taliban, Siapa yang Lebih Unggul?

Merdeka.com 2021-08-10 07:16:00
Warga Afghanistan angkat senjata untuk lawan Taliban. ©REUTERS/Stringer

Taliban saat ini mengendalikan sekitar setengah dari seluruh distrik di Afghanistan, setelah melakukan serangkaian serangan dalam beberapa bulan terakhir sejak pasukan asing mulai ditarik dari negara tersebut.

Namun para pengamat dan pejabat mengatakan, kemenangan militer Taliban tak bisa dijamin, mengacu pada kemampuan dan sumber daya pasukan pertahanan Afghanistan, yang masih mengendalikan kota-kota penting.

Berikut perbandingkan kekuatan pasukan keamanan Afghanistan dan Taliban:

Personel

Dikutip dari Al Jazeera, Senin (9/8), total kekuatan pasukan keamanan nasional Afghanistan – termasuk angkatan darat, pasukan khusus, angkatan udara, dan intelijen – lebih dari 307.000 pada akhir April lalu. Data ini berdasarkan laporan Inspektur Jenderal Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Rekonstruksi Afghanistan (SIGAR) pekan lalu.

Pasukan tempur yang tersedia pada hari tertentu kemungkinan sekitar 180.000, menurut perkiraan Jonathan Schroden dari think-tank militer, CNA.

Sementara itu jumlah kekuatan Taliban tidak diketahui secara akurat. Pemantau Dewan Keamanan PBB tahun lalu mengatakan kelompok itu memiliki antara 55.000 hingga 85.000 pejuang.

Dana

Bantuan asing sangat penting bagi Afghanistan, salah satu negara paling miskin di dunia.

Menurut Badan Penelitian Kongres AS, militer Afghanistan membutuhkan USD 5 miliar sampai USD 6 miliar per tahun. Washington biasanya menyiapkan sekitar 75 persen dari kebutuhan tersebut dan berjanji terus memberikan dukungan.

Sementara dana atau keuangan Taliban tidak jelas. Pendapatan mereka diperkirakan antara USD 300 juta sampai USD 1,5 miliar, menurut pemantau PBB.

Pemantau mengatakan, Taliban mendapatkan dana dari industri narkotika besar di negara itu, melalui pemerasan terhadap perusahaan, kegiatan kriminal lainnya, dan dengan mengenakan pajak di daerah-daerah yang berada di bawah kendali mereka.

“Berdasarkan informasi yang tersedia, jelas bahwa Taliban tidak berjuang sehubungan dengan perekrutan, pendanaan, senjata atau amunisi,” jelas para pemantau.

Pakistan, Iran, dan Rusia telah dituduh Washington dan Kabul memasok sumber daya dan bantuan pendampingan ke Taliban, namun ketiga negara ini membantah tuduhan tersebut.



Senjata, peralatan, dan kohesi

AS menghabiskan USD 10 miliar untuk membangun kembali dan menyediakan peralatan untuk militer Afghanistan setelah mengalahkan rezim Taliban sebelumnya pada 2001.

Pasukan Afghanistan memiliki keunggulan teknologi di atas Taliban, menggunakan berbagai macam senjata buatan Barat, termasuk senapan serbu modern, kacamata penglihatan malam, kendaraan lapis baja, artileri dan drone pengintai kecil.

Mereka juga memiliki sesuatu yang tidak dapat ditandingi Taliban: angkatan udara. Militer Afghanistan memiliki armada yang tersedia sebanyak 167 pesawat, termasuk helikopter serang, menurut laporan SIGAR.

Taliban utamanya menggunakan persenjataan kecil dan senjata ringan yang membanjiri Afghanistan selama konflik puluhan tahun, seperti senapan serbu AK-47 rancangan Rusia, dan menurut pengamat mereka juga mendapatkan senjata dari pasar gelap regional.

Selain senapan sniper dan senapan mesin, kelompok itu juga telah mengerahkan granat berpeluncur roket, mortir, dan roket kecil lainnya, sambil juga mencoba menggunakan beberapa senjata anti-pesawat dan anti-tank dengan berbagai keberhasilan, tulis Antonio Giustozzi dalam bukunya tahun 2019 terkait Taliban.

Pembom bunuh diri dan alat peledak buatan (IED) menjadi salah satu senjata paling mematikan yang digunakan Taliban saat menyerang pasukan Afghanistan dan asing.

Taliban juga merebut dan menggunakan senjata dan peralatan buatan Barat yang dipasok ke militer Afghanistan, termasuk perangkat penglihatan malam, senapan serbu, dan kendaraan.

Pasukan Afghanistan telah diuji kepercayaan dirinya selama bertahun-tahun, menderita banyak korban, korupsi, desersi, dan sekarang penarikan pasukan asing. Perencanaan dan kepemimpinan yang buruk juga menjadi penyebab rendahnya semangat kerja.

Para pengamat menyampaikan, Taliban telah menunjukkan kohesi yang lebih besar meskipun ada laporan keretakan internal dalam beberapa tahun terakhir. Menurut pengamat, semangat keagamaan serta janji keuntungan materi sebagai faktor yang berkontribusi.

Baca juga:
Kunduz Jatuh ke Tangan Taliban, Kota Besar Pertama Afghanistan yang Berhasil Direbut
Taliban Rebut Dua Ibu Kota Provinsi di Afghanistan Kurang dari 24 Jam
Serangan Bom Hantam Lingkungan Elit Afghanistan
Perang Afghanistan: Mayat-Mayat Bergelimpangan di Jalanan Lashkar Gah
Ledakan Besar dan Tembakan Sporadis Guncang Kawasan Zona Hijau di Afghanistan
Memetakan Wilayah Afghanistan yang Berhasil Direbut dan Dikuasai Taliban

Mereka Korban Perang

Nasib Warga Afghanistan Kabur dari Keagresifan Taliban

Merdeka.com 2021-08-11 06:13:00
Pengungsi warga utara Afghanistan di Tempat Perlindungan di Kabul. ©2021 REUTERS/Stringer
Seorang anak pengungsi tertidur usai melarikan diri bersama keluarga dari tempat tinggalnya di provinsi utara Afghanistan ke sebuah taman umum di Kabul, Afghanistan, Selasa (10/8/2021).
Mereka pergi mengungsi untuk berlindung dari pertempuran kelompok Taliban dengan pasukan keamanan Afghanistan.
Puluhan ribu warga Afghanistan melarikan diri dari daerah tempat tinggalnya karena takut oleh kelompok Taliban.
Mereka takut karena kelompok Taliban makin agresif menekan penduduk utara Afghanistan.
Mereka takut karena kelompok Taliban mulai merampok rumah hingga mengambil paksa para gadis dan janda-janda.
Para pengungsi dari provinsi utara Afghanistan saat berlindung di sebuah taman umum di Kabul.
Mereka mengungsi untuk berlindung dari pertempuran Taliban dengan pasukan keamanan Afghanistan.

Wilayah Kekuasaan Taliban

Memetakan Wilayah Afghanistan yang Berhasil Direbut dan Dikuasai Taliban

Merdeka.com 2021-07-31 07:17:00
Tentara Afghanistan berhenti di jalan di garda depan pertempuran antara Taliban dan Pasukan Keamanan. ©Nazim Qasmy/AP via France 24

Taliban yang bangkit kembali berhasil merebut semakin banyak wilayah di Afghanistan dalam dua bulan terakhir dibandingkan pada saat setelah mereka digulingkan dari kekuasan pada 2001.

Selama 20 tahun terakhir, peta kendali Afghanistan telah menjadi kanvas yang selalu berubah. Di sini, kita melihat gambaran fluktuatif tentang siapa yang mengendalikan wilayah mana.

Dengan penarikan pasukan AS, tampaknya Taliban berani merebut kembali banyak distrik dari pasukan pemerintah.

Penelitian dari layanan BBC Afghanistan menunjukkan saat ini kehadiran kelompok militan itu sekarang semakin kuat di seluruh negeri, termasuk di utara dan timur laut dan provinsi tengah seperti Ghazni dan Maidan Wardak. Mereka juga mendekati kota-kota besar seperti Kunduz, Herat, Kandahar dan Lashkar Gah.

Yang dimaksud kontrol adalah distrik di mana pusat administrasi, markas polisi, dan semua lembaga pemerintah lainnya dikendalikan Taliban.

Pasukan AS dan NATO serta sekutu regional mereka memaksa Taliban turun dari kekuasaan pada November 2001. Kelompok itu menyembunyikan Osama Bin Laden dan tokoh Al Qaeda lainnya yang terkait dengan serangan 11 September 2001 di AS.

Walaupun kehadiran pasukan internasional terus berlanjut di kawasan itu, dukungan dan pelatihan miliaran dolar untuk pasukan pemerintah Afghanistan, Taliban mengumpulkan kembali kekuatannya dan secara bertahap mendapatkan kembali kekuatannya di daerah-daerah yang lebih terpencil.

Dikutip dari BBC, Jumat (30/7), wilayah pengaruh utama mereka ada di sekitar benteng tradisional mereka di selatan dan barat daya - utara provinsi Helmand, Kandahar, Uruzgan, dan Zabul. Tetapi juga, di perbukitan Faryab selatan di barat laut dan pegunungan Badakhshan di timur laut.

Sebuah penelitian BBC pada 2017 menunjukkan Taliban memegang kendali penuh atas sejumlah distrik. Tetapi penelitian juga menunjukkan kelompok ini aktif di banyak bagian lainnya di negara itu, meningkatkan serangan mingguan atau bulanan di beberapa daerah, menunjukkan kekuatan yang jauh lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya.

Sekitar 15 juta orang - setengah dari populasi - dilaporkan tinggal di daerah yang dikendalikan Taliban atau di mana Taliban secara terbuka hadir dan secara teratur melakukan serangan terhadap pasukan pemerintah.


Dekati pusat-pusat kota

Kendati Taliban saat ini menguasai lebih banyak wilayah daripada yang mereka kuasai sejak 2001, situasi di lapangan tidak menentu.

Pemerintah dipaksa untuk meninggalkan beberapa pusat pemerintahan distrik, di mana pemerintah tidak dapat menahan tekanan dari Taliban. Sementara yang lain diambil secara paksa.

Di wilayah dimana pemerintah berhasil mengorganisir kembali pasukannya atau mengumpulkan milisi lokal, pemerintah berhasil merebut kembali beberapa daerah - atau pertempuran di daerah itu terus berlanjut. Meskipun sebagian besar pasukan AS ditarik pada Juni, segelintir pasukan tetap di Kabul dan Angkatan Udara AS telah melakukan serangan udara terhadap posisi Taliban selama beberapa hari terakhir.

Pasukan pemerintah Afghanistan utamanya menguasai kota-kota dan distrik-distrik yang berada di dataran atau di lembah-lembah sungai - yang juga merupakan tempat tinggal sebagian besar penduduk.

Daerah di mana Taliban menjadi kelompok yang paling kuat biasanya berpenduduk jarang, kurang dari 50 orang per kilometer persegi di banyak daerah.

Pemerintah mengatakan telah mengirim bantuan ke semua kota besar yang terancam oleh Taliban dan telah memberlakukan jam malam selama sebulan di hampir seluruh negeri dalam upaya untuk menghentikan Taliban menyerang kota-kota.

Meskipun Taliban tampaknya mendekati pusat kota besar seperti Herat dan Kandahar, mereka belum dapat merebut satu kota pun. Namun, keuntungan teritorial yang mereka peroleh memperkuat posisi mereka dalam negosiasi, dan juga menghasilkan pendapatan dalam bentuk pajak dan rampasan perang.


Gelombang baru pengungsi

Jumlah warga sipil yang tewas akibat konflik ini mencapai rekornya pada paruh pertama tahun ini. PBB menyalahkan Taliban dan kelompok anti pemerintah lainnya atas sebagian besar dari 1.600 kematian warga sipil. Pertempuran juga telah memaksa banyak orang meninggalkan rumah mereka - sekitar 300.000 orang mengungsi sejak awal tahun.

UNHCR mengatakan gelombang baru pengungsian internal di seluruh provinsi Badakhshan, Kunduz, Balkh, Baghlan dan Takhar terjadi ketika Taliban merebut sebagian besar wilayah pedesaan.

Beberapa orang melarikan diri ke desa atau distrik tetangga dan kembali ke rumah beberapa hari kemudian, yang lain tetap mengungsi untuk beberapa waktu. AFP melaporkan, serangan Taliban juga telah memaksa para pengungsi Afghanistan dan pasukan pemerintah untuk menyeberangi perbatasan ke Tajikistan.

Bea masuk barang-barang yang masuk ke Afghanistan melalui penyeberangan yang mereka kendalikan sekarang dipungut Taliban - meskipun jumlah pastinya tidak jelas karena volume perdagangan menurun akibat pertempuran.

Tapi, Islam Qala yang berbatasan dengan Iran, misalnya, mampu menghasilkan lebih dari USD 20 juta per bulan.

Terganggunya arus impor dan ekspor berdampak pada harga barang-barang kebutuhan pokok di pasar, khususnya bahan bakar dan bahan makanan.

Baca juga:
Taliban Akui Bunuh Seorang Komedian TikTok Afghanistan
Ribuan Penerjemah Beserta Keluarga Dievakuasi dari Afghanistan ke AS
Taliban: Tidak Ada yang Ingin Ada Perang Sipil di Afghanistan
Perwakilan Taliban Kunjungi China Bahas Perundingan Damai dan Keamanan Afghanistan
Puluhan Tentara Afghanistan Melarikan Diri ke Pakistan Setelah Diserang Taliban
AS Bantu Pasukan Afghanistan Lawan Taliban Melalui Serangan Udara

Mayat Bergelimpangan di Jalan

Perang Afghanistan: Mayat-Mayat Bergelimpangan di Jalanan Lashkar Gah

Merdeka.com 2021-08-04 13:28:25
Pertempuran Pasukan Khusus Afghanistan dan Taliban di Kandahar. ©REUTERS/Danish Siddiqui

"Taliban tidak akan mengasihani kami dan pemerintah tidak akan menghentikan pengeboman."

Penduduk Lashkar Gah di Afghanistan selatan adalah satu dari ribuan yang terjebak atau melarikan diri saat pertempuran pecah antara militan dan pasukan pemerintah untuk perebutan kota.

BBC tidak menyebutkan nama beberapa orang yang diwawancarai dalam artikel ini karena alasan keamanan.

"Ada mayat di jalan. Kami tidak tahu apakah mereka warga sipil atau Taliban," kata pria itu kepada layanan BBC Afghanistan dalam sebuah wawancara di Whatsapp, dikutip Rabu (4/8).

"Puluhan keluarga telah meninggalkan rumah mereka dan menetap di dekat sungai Helmand."

Penduduk lainnya mengatakan kepada BBC, mereka melihat mayat-mayat tergeletak di jalan-jalan.

Merebut ibukota provinsi Helmand yang terkepung akan menjadi nilai simbolis yang sangat besar bagi para pemberontak saat mereka terus melakukan penyerbuan setelah penarikan pasukan asing. Helmand merupakan pusat kampanye militer AS dan Inggris.

PBB dan badan internasional lainnya memperingatkan krisis kemanusiaan yang memburuk. Pada Selasa, PBB menyampaikan sedikitnya 40 warga sipil tewas di Lashkar Gah dalam satu hari terakhir.

Tentara Afghanistan mendesak warga sipil meninggalkan Lashkar Gah menjelang serangan besar-besaran terhadap Taliban. Di wilayah lain di selatan Afghanistan, Taliban berusaha merebut Kandahar, bekas benteng mereka, dan bentrokan juga meningkat di Herat di barat.

Pertempuran berlanjut di Lashkar Gah selama berhari-hari. Saat ini militan dilaporkan menguasai sebagian besar distrik tersebut.

"Kami sedang melalui hari-hari yang sulit," kata seorang mahasiswa di kota itu kepada BBC.

"Taliban terlihat di jalan-jalan kota. Kehadiran Taliban mengejutkan orang-orang di sini,” kata seorang pria lainnya pada Minggu.

“Toko-toko tutup, dan kendaraan militer pemerintah tergeletak hancur di tengah jalan. Perang berlanjut di beberapa meter dari kantor gubernur dan Direktorat Keamanan Nasional.”

"Pemerintah pusat mengatakan baru-baru ini mereka telah mengerahkan pasukan komando baru ke Lashkar Gah, tapi kami tidak melihat mereka."

Ratusan pasukan bantuan Afghanistan dilaporkan telah dikerahkan ke kota itu.

Militer Afghanistan Tumbang dalam Dua Jam

Taliban Berhasil Rebut Delapan Ibu Kota Provinsi Afghanistan Hanya dalam Lima Hari

Merdeka.com 2021-08-11 10:00:00
Militer Afghanistan bersiap hadapi Taliban. ©REUTERS/Omar Sobhani

Taliban kembali berhasil merebut dua kota lagi di Afghanistan, sehingga jumlah ibu kota provinsi yang berhasil dikuasi kelompok itu menjadi delapan kota sejak Jumat.

Kota Farah di provinsi barat daya dan Pul-e-Khumri di provinsi Baghlan di utara, keduanya jatuh ke tangan kelompok bersenjata itu pada Selasa. Sumber-sumber lokal mengonfirmasi jatuhnya dua ibu kota provinsi ini kepada Al Jazeera.

“Taliban memasuki kota Farah pada sore hari setelah bertempur sebentar dengan pasukan keamanan. Mereka merebut kantor gubernur dan markas kepolisian,” jelas seorang anggota dewan provinsi Farah, Shahla Abubar, kepada AFP pada Selasa.

Dikutip dari Al Jazeera, Rabu (11/8), Taliban juga merebut lapas pusat menurut anggota parlemen Abdul Nasri Farahi.

Farah saat ini menjadi ibu kota provinsi kedua di barat daya Afghanistan yang direbut kelompok itu. Pada Jumat, Taliban merebut ibu kota provinsi Nimruz.

Jatuhnya Farah ke tangan Taliban juga memberikan kelompok itu akses penyeberangan perbatasan menuju Iran.

Abubar mengatakan pasukan keamanan lokal telah mundur ke pangkalan angkatan darat di luar kota itu.

Pada Selasa, Taliban merebut Pul-e-Khumri, ibu kota provinsi Baghlan yang berjarak sekitar 200km di utara Kabul, kata seorang anggota parlemen dan tentara dari kota itu kepada AFP.

“Setelah sekitar dua jam pertempuran, pasukan keamanan kalah dan mundur,” kata seorang anggota parlemen, Mamoor Ahmadzai.

Taliban Dibiarkan Masuk Demi Nyawa Warga

Taliban Berhasil Rebut Delapan Ibu Kota Provinsi Afghanistan Hanya dalam Lima Hari

Merdeka.com 2021-08-11 10:00:00
Militer Afghanistan bersiap hadapi Taliban. ©REUTERS/Omar Sobhani

Taliban kembali berhasil merebut dua kota lagi di Afghanistan, sehingga jumlah ibu kota provinsi yang berhasil dikuasi kelompok itu menjadi delapan kota sejak Jumat.

Kota Farah di provinsi barat daya dan Pul-e-Khumri di provinsi Baghlan di utara, keduanya jatuh ke tangan kelompok bersenjata itu pada Selasa. Sumber-sumber lokal mengonfirmasi jatuhnya dua ibu kota provinsi ini kepada Al Jazeera.

“Taliban memasuki kota Farah pada sore hari setelah bertempur sebentar dengan pasukan keamanan. Mereka merebut kantor gubernur dan markas kepolisian,” jelas seorang anggota dewan provinsi Farah, Shahla Abubar, kepada AFP pada Selasa.

Dikutip dari Al Jazeera, Rabu (11/8), Taliban juga merebut lapas pusat menurut anggota parlemen Abdul Nasri Farahi.

Farah saat ini menjadi ibu kota provinsi kedua di barat daya Afghanistan yang direbut kelompok itu. Pada Jumat, Taliban merebut ibu kota provinsi Nimruz.

Jatuhnya Farah ke tangan Taliban juga memberikan kelompok itu akses penyeberangan perbatasan menuju Iran.

Abubar mengatakan pasukan keamanan lokal telah mundur ke pangkalan angkatan darat di luar kota itu.

Pada Selasa, Taliban merebut Pul-e-Khumri, ibu kota provinsi Baghlan yang berjarak sekitar 200km di utara Kabul, kata seorang anggota parlemen dan tentara dari kota itu kepada AFP.

“Setelah sekitar dua jam pertempuran, pasukan keamanan kalah dan mundur,” kata seorang anggota parlemen, Mamoor Ahmadzai.

Diplomat Amerika Tinggalkan Afghanistan

Taliban Masuki Ibu Kota Kabul, AS Evakuasi Diplomat Pakai Helikopter

Merdeka.com 2021-08-15 19:24:17
helikopter as di kabul afghanistan. ©Wakil Kohsar/AFP

Pejabat Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengatakan Amerika Serikat mengevakuasi diplomat mereka dengan helikopter meninggalkan Ibu Kota Kabul yang kini sudah dimasuki pasukan Taliban.

Pejabat Afghanistan itu mengatakan kepada Reuters, pasukan Taliban berdatangan dari segala penjuru tapi dia tidak memberi penjelasan lebih jauh.

Laman Reuters melaporkan, Minggu (15/8), menurut pejabat AS, diplomat mereka diangkut ke bandara dari gedung kedutaan di kawasan Wazir Akbar Khan. Presiden AS Joe Biden mengirimkan 5.000 pasukan ke Afghanistan untuk membantu evakuasi staf kedutaan di tengah pasukan Taliban yang kian mendekati Kabul.

Baru pekan lalu intelijen AS mengatakan Kabul bisa jatuh ke tangan Taliban dalam waktu sekitar tiga bulan.

Sementara itu seorang pejabat NATO mengatakan sejumlah staf dari Uni Eropa sudah diungsikan ke tempat yang aman di Kabul.

Seorang pejabat Taliban mengatakan kepada Reuters, mereka tidak mau ada korban jiwa dalam upaya mengambil alih kekuasaan namun mereka tidak mengumumkan gencatan senjata.

Sejauh ini belum ada komentar dari Presiden Asraf Ghani yang kemarin mengatakan dia sedang berkonsultasi dengan para tokoh setempat dan pejabat asing.

Hari ini pagi tadi Taliban kembali mengambil alih Kota Jalalabad tanpa perlawanan dan menguasai salah satu jalan raya utama keluar masuk Afghanistan. Mereka juga mengambil alih perbatasan Torkham yang berbatasan dengan Pakistan, sehingga satu-satunya jalan keluar dari Afghanistan hanya melalui bandara Kabul yang masih dikuasai pasukan pemerintah.

Cuitan dari akun Kepresidenan Afghanistan mengatakan suara tembakan terdengar di beberapa sudut kota di sekitar Kabul tapi pasukan keamanan yang dibantu tentara asing masih menguasai kota itu.

Presiden Afghanistan Kabur

Taliban Menang Kuasai Istana, Presiden Ashraf Ghani Kabur Tinggalkan Afganistan

Merdeka.com 2021-08-16 07:41:28
Taliban rebut wilayah perbatasan Afghanistan-Pakistan. ©REUTERS/Abdul Khaliq Achakzai

Taliban telah menduduki istana kepresidenan Afghanistan. Presiden Afganistan Ashraf Ghani memilih meninggalkan negara itu untuk menghindari pertempuran hebat.

Stasiun televisi Al Jazeera kemudian menunjukkan cuplikan terkait keberadaan Taliban di istana kepresidenan. Puluhan pasukan Taliban terlihat bersenjata lengkap.

Taliban juga mengatakan mereka telah menguasai sebagian besar distrik di sekitar pinggiran ibu kota.

Laporan stasiun televisi lokal Afghanistan, 1TV menyebutkan bahwa beberapa ledakan terdengar di Kabul, yang sebagian besar sepi pada hari sebelumnya.

Laporan itu juga menyebut ada tembakan terdengar di dekat bandara, di mana diplomat asing, pejabat dan warga Afghanistan lainnya tengah berusaha meninggalkan negara itu.

Kelompok bantuan Darurat mengatakan 80 orang yang terluka telah dibawa ke rumah sakit di Kabul.


Presiden Ashraf Ghani Tinggalkan Afganistan

Presiden Afganistan Ashraf Ghani telah meninggalkan negara itu pada Minggu (15/8) untuk mencegah pertumpahan darah ketika Taliban memasuki wilayah Ibu Kota Kabul. Demikian dikutip dari AFP, Senin (16/8).

Dalam pernyataannya, Ghani mengatakan, "patriot yang tak terhitung jumlahnya akan menjadi martir dan kota Kabul akan hancur jika dia tetap berada di di sana."

"Taliban telah menang dengan penghakiman pedang dan senjata mereka, dan sekarang bertanggung jawab atas kehormatan, properti, dan pertahanan diri warga negara mereka," kata Ghani.

"Mereka sekarang menghadapi ujian sejarah baru. Entah mereka akan mempertahankan nama dan kehormatan Afghanistan atau mereka akan memprioritaskan tempat dan jaringan lain," tambahnya.

Ghani tidak mengungkap lokasi keberadaannya saat ini, tetapi sebuah media terkemuka Afghanistan, Tolo News, menyebut dia pergi ke Tajikistan.

Reporter: Natasha Khairunisa Amani

Sumber: Liputan6.com