Virus Covid-19 Akan Lama Hilang

Menkes: Covid-19 akan Hidup Cukup Lama Bersama Kita

Merdeka.com 2021-08-09 22:31:59
Menkes Budi Gunadi Sadikin. ©2021 Merdeka.com

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, bahwa virus corona kemungkinan akan hidup cukup lama dengan masyarakat Indonesia. Maka dari itu, pemerintah akan menyusun roadmap untuk mengatur aktivitas masyarakat karena hidup berdampingan dengan Covid-19.

“Ke depannya mungkin besar bahwa virus ini akan hidup cukup lama bersama kita. Jadi arahan Presiden kita harus miliki roadmap gimana kalau ke depannya virus ini hilang butuh waktu sampai tahunan," katanya saat jumpa pers virtual, Senin (9/8).

Budi menambahkan, pemerintah ingin aktivitas masyarakat dan ekonomi tetap bisa berjalan dengan kondisi yang lebih aman. Maka, pemerintah akan segera membuat pilot project yang mengatur secara digital penerapan-penerapan protokol kesehatan di 6 aktivitas utama.

"Perdagangan modern seperti mal, departemen store, perdagangan tradisional seperti pasar basah atau toko kelontong, kantor dan kawasan industri,
transportasi baik darat laut udara, pariwisata hotel resto event, keagamaan, pendidikan," terangnya.

Budi melanjutkan, protokol kesehatan yang mendampingi kehidupan masyarakat ke depan bisa benar-benar praktis. Misalnya berbasis digital atau teknologi informasi (IT).

"Dan udah diputuskan Presiden akan gunakan aplikasi peduli lindungi sebagai dasar dan minggu depan mulai di beberapa mal kerja sama dengan asosiasi mal Indonesia," tutupnya.

WHO Susun Roadmap Hidup dengan Covid-19

Satgas Sebut Pemerintah Siapkan Strategi Hidup Berdampingan dengan Covid-19

Merdeka.com 2021-08-10 18:42:27
Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito saat konferensi pers di Gedung Graha BNPB. ©2021 Istimewa

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, virus corona berpeluang hidup lama di RI dengan waktu yang tidak sebentar. Dia bilang, pemerintah tengah menyiapkan strategi untuk hidup berdampingan dengan Covid.

"Sebagaimana arahan Presiden saat ini kita harus siap beradaptasi dengan situasi, Covid-19 ini berpeluang akan hidup bersama kita dalam waktu yang tidak sebentar. Saat ini bukan hanya Indonesia yang tengah menyiapkan strategi jangka panjang menghadapi Covid-19," katanya saat jumpa pers virtual, Selasa (10/8).

"Negara negara lain dan organisasi internasional seperti World Bank dan WHO (World Health Organization) juga tengah menyiapkan panduan baik dari sisi kesehatan dan ekonomi," sambungnya.

Dia mengatakan, kedepannya pemerintah akan senantiasa memantau kondisi Covid secara aktual. Hal itu demi mengambil kebijakan yang tepat baik dalam hal penanganan kesehatan maupun pemulihan ekonomi.

"Untuk itu, upaya terbaik yang bisa kita lakukan dalam menjalani dinamika yang ada adalah memaksimalkan berbagai upaya pengendalian secara paralel untuk upaya proteksi maksimal," jelas Wiku.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, bahwa virus corona kemungkinan akan hidup cukup lama dengan masyarakat Indonesia. Maka dari itu, pemerintah akan menyusun roadmap untuk mengatur aktivitas masyarakat karena hidup berdampingan dengan Covid-19.

"Presiden berikan arahan ke depannya mungkin besar bahwa virus ini akan hidup cukup lama bersama kita.
jadi arahan Presiden kita harus miliki roadmap gimana kalau ke depannya virus ini hilang butuh waktu sampai tahunan," katanya saat jumpa pers virtual, Senin (9/8).

Budi menambahkan, pemerintah ingin aktivitas masyarakat dan ekonomi tetap bisa berjalan dengan kondisi yang lebih aman. Maka, pemerintah akan segera membuat pilot project yang mengatur secara digital penerapan-penerapan protokol kesehatan di 6 aktivitas utama.

"Perdagangan modern seperti mal, departemen store, perdagangan tradisonal seperti pasar basah atau toko kelontong, kantor dan kawasan industri,
transportasi baik darat laut udara, pariwisata hotel resto event, keagamaan, pendidikan," terangnya.

Budi melanjutkan, protokol kesehatan yang mendampingi kehidupan masyarakat ke depan bisa benar-benar praktis. Misalnya berbasis digital atau teknologi informasi (IT).

"Dan udah diputuskan Presiden akan gunakan aplikasi peduli lindungi sebagai dasar dan minggu depan mulai di beberapa mal kerja sama dengan asosiasi mal Indonesia," jelas Budi.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta masyarakat tetap waspada dengan penularan Covid-19. Dia menegaskan bahwa pandemi virus corona belum berakhir.

"Saya ingin ingatkan teman-teman semua, kita semua rakyat Indonesia, super hati-hati menghadapi ini. Kita tidak perlu jemawa bahwa ini sudah selesai, masih jauh dari selesai," kata Luhut dalam konferensi pers virtual, Senin (9/8).

Luhut menambahkan, kemungkinan kedepan nanti hidup bakal akan serba digital. Kemudian, kartu vaksinasi dan protokol kesehatan juga tetap diutamakan.

"Kita ke depan mungkin akan hidup seperti ini di mana semua akan makin banyak digitalize, jadi kita akan banyak mengandalkan kartu vaksinasi atau cue card atau nanti masker, cuci tangan, dan seterusnya," ucapnya.

Kemudian, semua pembayaran akan direkomendasikan tanpa menggunakan uang tunai. Sehingga, pembayaran bisa lewat aplikasi di handphone.

"Jadi semua pembayaran juga orang akan kurangi dengan cash, lanjut juga mungkin handphone. Ini saya kira ini ambil saja hikmahnya," pungkas Luhut.

Ubah Pandemi Jadi Endemi

Ini Strategi Pemerintah Ubah Pandemi Jadi Endemi Covid-19

Merdeka.com 2021-08-19 12:31:34
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Ganip Warsito di Medan. ©Istimewa

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Ganip Warsito mengatakan, pemerintah akan mengubah penanganan menjadi pengendalian Covid-19. Perubahan strategi ini bertujuan untuk menjadikan pandemi sebagai endemi Covid-19.

"Jadi arahnya itu mengubah pandemi menjadi endemi," katanya dalam Rapat Koordinasi Penguatan Penanganan Covid-19 di Bali yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (19/8).

Dia menjelaskan, keputusan pemerintah ingin mengubah penanganan menjadi pengendalian karena Covid-19 tak bisa dipastikan kapan berakhir. Justru, kasus Covid-19 terus bertambah diikuti dengan varian barunya.

"Kita tidak akan bisa sepenuhnya menghapus Covid-19 dalam waktu singkat, karena tidak ada satu ahli pun yang bisa menjamin kapan Covid-19 ini berakhir," ujarnya.

Jika pemerintah mengubah penanganan menjadi pengendalian Covid-19, masyarakat bisa lebih produktif dan aman. Meskipun masyarakat harus hidup berdampingan dengan Covid-19.

Ganip menyebut, menuju endemi Covid-19, ada tiga hal yang bisa dilakukan pemerintah dan masyarakat. Pertama memperketat penerapan 3M (Menggunakan masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan pakai sabun).

"Jadi protokol kesehatan khususnya menggunakan masker ini menjadi proteksi paling mudah dan bisa dilakukan setiap orang, hanya butuh pendekatan sosialisasi dan edukasi untuk itu," tuturnya.

Kedua, meningkatkan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment). Ketiga, mempercepat dan memperluas vaksinasi Covid-19.

"Dengan tiga (hal) ini, kita bisa mengendalikan pandemi," tutupnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan (Adinkes), Nurhandini Eka Dewi mengatakan perubahan situasi dari pandemi menjadi endemi Covid-19 pada 2022 masih tanda tanya. Meskipun, pada Maret 2022 vaksinasi Covid-19 sudah mencapai 70 persen dari total penduduk di Indonesia.

"Menjadi Covid-19 sebagai endemi di tahun 2022 masih tanda tanya," kata Nurhandini dalam konferensi pers, Rabu (18/8).

Nurhandini menjelaskan, hingga saat ini belum ada satu pun negara yang bebas dari pandemi Covid-19. Sejumlah negara yang sempat mengalami penurunan kasus Covid-19, justru kembali melonjak.

Tahun 2022 Jadi Endemi

Ini Strategi Pemerintah Ubah Pandemi Jadi Endemi Covid-19

Merdeka.com 2021-08-19 12:31:34
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Letjen TNI Ganip Warsito di Medan. ©Istimewa

Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Ganip Warsito mengatakan, pemerintah akan mengubah penanganan menjadi pengendalian Covid-19. Perubahan strategi ini bertujuan untuk menjadikan pandemi sebagai endemi Covid-19.

"Jadi arahnya itu mengubah pandemi menjadi endemi," katanya dalam Rapat Koordinasi Penguatan Penanganan Covid-19 di Bali yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis (19/8).

Dia menjelaskan, keputusan pemerintah ingin mengubah penanganan menjadi pengendalian karena Covid-19 tak bisa dipastikan kapan berakhir. Justru, kasus Covid-19 terus bertambah diikuti dengan varian barunya.

"Kita tidak akan bisa sepenuhnya menghapus Covid-19 dalam waktu singkat, karena tidak ada satu ahli pun yang bisa menjamin kapan Covid-19 ini berakhir," ujarnya.

Jika pemerintah mengubah penanganan menjadi pengendalian Covid-19, masyarakat bisa lebih produktif dan aman. Meskipun masyarakat harus hidup berdampingan dengan Covid-19.

Ganip menyebut, menuju endemi Covid-19, ada tiga hal yang bisa dilakukan pemerintah dan masyarakat. Pertama memperketat penerapan 3M (Menggunakan masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan pakai sabun).

"Jadi protokol kesehatan khususnya menggunakan masker ini menjadi proteksi paling mudah dan bisa dilakukan setiap orang, hanya butuh pendekatan sosialisasi dan edukasi untuk itu," tuturnya.

Kedua, meningkatkan 3T (Testing, Tracing, dan Treatment). Ketiga, mempercepat dan memperluas vaksinasi Covid-19.

"Dengan tiga (hal) ini, kita bisa mengendalikan pandemi," tutupnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Asosiasi Dinas Kesehatan (Adinkes), Nurhandini Eka Dewi mengatakan perubahan situasi dari pandemi menjadi endemi Covid-19 pada 2022 masih tanda tanya. Meskipun, pada Maret 2022 vaksinasi Covid-19 sudah mencapai 70 persen dari total penduduk di Indonesia.

"Menjadi Covid-19 sebagai endemi di tahun 2022 masih tanda tanya," kata Nurhandini dalam konferensi pers, Rabu (18/8).

Nurhandini menjelaskan, hingga saat ini belum ada satu pun negara yang bebas dari pandemi Covid-19. Sejumlah negara yang sempat mengalami penurunan kasus Covid-19, justru kembali melonjak.

Menjadi Endemi Jika Herd Immunity Tercapai

Menurut Pakar, Begini Proses Perubahan Pandemi Menjadi Endemi

Merdeka.com 2021-08-24 16:00:00
Pengunjung The Plaza Diperiksa Suhu Tubuh. ©2020 Liputan6.com/Herman Zakharia

Percepatan vaksinasi COVID-19 saat ini serta banyaknya masyarakat yang terpapar membuat ada kemungkinan terjadinya perubahan pada pandemi ini. Namun benarkah pandemi bisa mengalami perubahan menjadi endemi pada waktu mendatang?

Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman menjelaskan tentang perjalanan pandemi menjadi endemi. Menurutnya, tahapan penyakit yang kini sedang terjadi adalah pandemi. Artinya, penyakit tersebut menyebar di berbagai benua dan di banyak negara (trans nasional atau trans geografi).

“Yang biasanya bisa menyebabkan pandemi adalah penyakit baru karena manusia belum punya kekebalan dan imunitas untuk virus baru tersebut sehingga gampang sekali terinfeksi,” ujar Dicky beberapa waktu lalu.

Selain baru, virus yang dapat menyebabkan pandemi juga biasanya memiliki angka reproduksi setidaknya 1,4 atau di atas 1.

“Ini (COVID-19) untuk pertama kalinya menurut saya satu pandemi yang ada varian dengan angka reproduksinya sampai 8, tinggi sekali. 100 tahun lalu pun tidak setinggi ini, berbahaya banget,” katanya.


Pencabutan Status Pandemi

Dicky, menambahkan, status pandemi pada COVID-19 yang disebabkan virus Corona dapat dicabut jika sebagian negara atau benua sudah bisa mengendalikannya pada level yang disebut terkendali.

“Misalnya test positivity rate-nya rata-rata sudah di bawah satu persen, angka kasus infeksinya satu per 10 juta atau satu per 1 juta, nah itu bisa dicabut,” katanya.

Namun, pencabutan status pandemi tidak akan langsung pada endemi melainkan epidemi terlebih dahulu.

“Karena akan ada sebagian negara atau sebagian kawasan di dunia, kemungkinan Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang akan mengalami epidemi dari COVID-19," ujarnya.

Jika seiring waktu negara-negara tersebut juga sudah bisa mengendalikan COVID-19, statusnya bisa menjadi endemi. Hal ini dapat ditandai dengan angka kasus di bawah lima persen, angka kematian satu persen, dan angka reproduksinya di bawah 1.

“Kapan? Ya sulit karena butuh kolaborasi regional, nasional, dan global. Jadi, kalau endemi itu penyakitnya ada terus di suatu wilayah dan menurut saya COVID-19 ini bisa ada di beberapa negara yang sanitasi lingkungannya kurang bagus," Dicky menjelaskan.


Kemungkinan COVID-19 Jadi Endemi

Pada Maret 2021, Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dr.rer.nad Wien Kusharyoto mengatakan bahwa hal tersebut bisa saja terjadi tapi belum bisa dipastikan.

Hal serupa juga disampaikan Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof. dr., Amin Soebandrio. Ph.D, Sp.MK,“Mungkin terjadi.".

Wien menjelaskan bahwa virus dapat tetap berada di masyarakat sepanjang waktu tapi cara mengontrolnya lebih mudah.

Menurut peneliti LIPI, tingkat penularan virus akan semakin rendah dan jumlah kasus infeksi virus semakin berkurang ketika terdapat cukup banyak orang yang menjadi kebal terhadap COVID-19.

Misalnya, ketika herd immunity sudah tercapai, baik melalui vaksinasi maupun karena infeksi virusnya secara alami.

Namun, tidak berarti virusnya akan segera lenyap atau hilang sepenuhnya. Di luar suatu daerah, di mana herd immunity sudah tercapai, 'mungkin' masih akan terdapat orang-orang yang tetap rentan terhadap infeksi virus.

Sehingga, penularan virus tetap terjadi di antara mereka yang bahkan dapat pula ditularkan ke orang-orang yang rentan di daerah lainnya karena mobilitas manusia.

“Terdapat kemungkinan pula, bahwa penyebaran virus akan stabil sampai tingkat tertentu yang relatif rendah, sehingga virus tersebut akan tetap berada di dalam masyarakat sepanjang waktu, tapi kita dengan lebih mudah mengontrolnya,” kata Wien.

“Pada saat itulah kita dapat mengatakan bahwa penyakit tersebut menjadi endemi,” tandasnya.

Reporter: Ade Nasihudin Al Ansori
Sumber: Liputan6.com

Baca juga:
Waspadai Dampak LALILULELO yang Bisa Muncul Usai Sembuh dari COVID-19
Usai Disuntik Vaksin Sinovac, Boleh Vaksin Ulang dengan Pfizer & Moderna di Singapura
Mengapa Pada Masa Pandemi COVID-19 Semakin Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi?
Terlambat Vaksin Covid-19 Kedua, Segera Lakukan dan Ikuti Tips Ini
Cara yang Bisa Dilakukan agar Lansia Mau Divaksinasi
Bolehkah Vaksin Dosis Kedua Dilakukan Walau Sudah Terlambat?
Kendati Antibodi Menurun, Vaksin Tetap Beri Perlindungan Secara Efektif dari COVID-19
5 Cara Mencegah Terjadinya Cabin Fever Akibat Terlalu Lama di Rumah

Endemi Bukan Berarti Virus Hilang

Naiknya Kekebalan Masyarakat Bisa Jadi Tanda Pandemi COVID-19 Berubah jadi Endemi

Merdeka.com 2021-08-23 16:00:00
Ilustrasi Menggunakan Masker. ©Freepik

Pandemi COVID-19 dianggap akan segera mengalami perubahan menjadi endemi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kekebalan masyarakat terutama ketika vaksinasi COVID-19 telah dijalani oleh 70 persen populasi penduduk suatu negara.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menerangkan, endemi dapat digambarkan sebagai sebuah situasi ketika kondisi kasus COVID-19 lebih terkendali. Prediksi pandemi COVID-19 dari survei yang dilakukan oleh Nature terhadap 100 ahli imunologi, virologi, dan peneliti penyakit menular. 89 Persen di antaranya sepakat, virus Corona COVID-19 akan tetap hidup bersama dengan kita sebagai sebuah endemi.

"Namun, bukan berarti virus hilang sepenuhnya. Hal-hal yang dapat mengindikasikan pandemi telah bertransisi menjadi endemi, jika kekebalan masyarakat meningkat terhadap virus," terang Wiku beberapa waktu lalu.

"Ini seiring dengan akselerasi vaksinasi maupun infeksi alamiah. Sehingga angka perawatan dan kematian pun menurun," sambungnya.


Harapan COVID-19 Jadi Endemi dapat Segera Tercapai

Untuk mencapai endemi COVID-19, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat perlu bekerja sama. Kebijakan pemerintah, seperti pembatasan mobilitas dan program vaksinasi COVID-19 dapat didukung masyarakat.

Walau begitu, Wiku Adisasmito tidak menyebut secara pasti kapan pandemi COVID-19 di Indonesia dapat tercapai.

"Dengan instrumen pengendalian saat ini berupa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, jaga jarak), 3T (testing, tracing, treatment), dan vaksinasi di tiap kabupaten kota, diharapkan kondisi tersebut (endemi) segera tercapai," jelasnya.

"Tentu dengan syarat, kolaborasi pemerintah dan masyarakat harus bisa mensukseskan kebijakan yang telah ada, agar efektif dan signifikan hasilnya," tandasnya.

Reporter: Fitri Haryanti Harsono
Sumber: Liputan6.com

Baca juga:
Waspadai Dampak LALILULELO yang Bisa Muncul Usai Sembuh dari COVID-19
Usai Disuntik Vaksin Sinovac, Boleh Vaksin Ulang dengan Pfizer & Moderna di Singapura
Terlambat Vaksin Covid-19 Kedua, Segera Lakukan dan Ikuti Tips Ini
Mengapa Pada Masa Pandemi COVID-19 Semakin Banyak Orang Percaya Teori Konspirasi?
Cara yang Bisa Dilakukan agar Lansia Mau Divaksinasi
Bolehkah Vaksin Dosis Kedua Dilakukan Walau Sudah Terlambat?
Kendati Antibodi Menurun, Vaksin Tetap Beri Perlindungan Secara Efektif dari COVID-19
5 Cara Mencegah Terjadinya Cabin Fever Akibat Terlalu Lama di Rumah

Sistem Kekebalan Tubuh Adalah Kunci

Masyarakat Diingatkan Harus Siap Hidup Bersama Covid-19

Merdeka.com 2021-08-18 11:07:25
Suasana jam pulang kantor di masa PSBB transisi. ©Liputan6.com/Johan Tallo

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menggarisbawahi pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa pandemi Covid-19 akan bertransformasi jadi endemi di 2022.

Menurut dia, kemungkinan perkiraan tersebut terjadi sangat besar lantaran telah disepakati oleh 89 persen ilmuwan dan ahli virus dari 23 negara. Sehingga masyarakat mau tidak mau harus bersiap hidup bersama endemi Covid-19 pada tahun depan.

"Inilah kemudian yang harus kita antisipasi. Indonesia bersama dengan seluruh negara di dunia, kita harus melihat kemungkinan bahwa kita akan menuju ke kebiasaan baru. Katakanlah kita katakannya living with endemic," ujar Febrio dalam sesi teleconference, Rabu (18/8).

Febrio menilai, dalam konteks ini mungkin tidak akan ada hal yang terlalu baru dibandingkan 2020/2021. Namun, ia mengingatkan agar pemerintah dan segenap komponen masyarakat benar-benar siap menghadapi pandemi yang berevolusi jadi endemi.

Dengan begitu, Febrio menekankan agar proses vaksinasi bisa lebih dipercepat. Kemudian disiplin 5M sudah harus menjadi budaya yang dipertahankan, hingga implementasi 3T yang terus dilakukan secara intensif.

"Dan, karena ini adalah sesuatu yang akan berkelanjutan, maka sistem kesehatan kita yang akan dites luar biasa selama 2 tahun ini kemudian harus ditingkatkan menjadi sistem kesehatan yang jadi semakin andal dan terus siaga," imbuhnya

"Ini lah cara berpikir yang kemudian akan mewarnai masyarakat kita, perekonomian kita, dan juga dalam konteks saat ini kita berbicara soal budget, soal APBN kita," pungkas Febrio.

Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana

Sumber: Liputan6.com

Daya Tahan Tubuh Kuat, Virus Keok

Gaya Hidup Sehat saat Berdampingan dengan Covid-19

Merdeka.com 2021-08-11 17:12:22
Olahraga di kawasan Danau Sunter. ©2021 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, virus corona berpeluang hidup lama di RI dengan waktu yang tidak sebentar. Dia bilang, pemerintah tengah menyiapkan strategi untuk hidup berdampingan dengan Covid.

"Sebagaimana arahan Presiden saat ini kita harus siap beradaptasi dengan situasi, Covid-19 ini berpeluang akan hidup bersama kita dalam waktu yang tidak sebentar. Saat ini bukan hanya Indonesia yang tengah menyiapkan strategi jangka panjang menghadapi Covid-19," katanya saat jumpa pers virtual, Selasa (10/8).

Sementara itu, Kasubbid Tracing, Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan COVID-19, Koesmedi Priharto1 mengatakan bahwa gaya hidup sehat sudah menjadi syarat yang harus dijalani bagi setiap orang agar dapat hidup aman saat berdampingan dengan covid-19.

"Kalau pertahanan daya tahan tubuh kita jelek, maka virus akan berkembang dan menyebabkan orang itu sakit, tapi kalau daya tahan tubuh baik maka virus tidak bisa berkembang dan orang itu sehat," ujar Koesmedi di Jakarta, Rabu (11/8).

Untuk mendukung kualitas hidup lebih baik, dia mengajak masyarakat untuk mulai beralih ke gaya hidup sehat dengan cara mulai melakukan kebiasaan baru yang lebih sehat. Seperti mengonsumsi makanan sehat, rutin berolahraga dan istirahat yang cukup.

"Tiga langkah tersebut sangat mudah untuk diaplikasikan oleh setiap orang agar dapat memiliki tubuh sehat," tegas dia.

Fasilitas Kesehatan Harus Tangguh

Sosiolog UGM Ungkap Langkah Adaptasi Hidup Bersama Covid-19

Merdeka.com 2021-07-10 17:32:00
Ilustrasi masker. ©PixabayShutterstock

Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Muhammad Najib Azca mengatakan, ada sejumlah upaya adaptasi yang harus dilakukan ke depan dengan pandemi Covid-19. Keharusan adaptasi tersebut tidak hanya berlaku bagi masyarakat, melainkan juga bagi pemerintah.

"Hidup bersama pandemi perlu beberapa penyesuaian. Kita beradaptasi dengan situasi yang berubah ini. Ada hal yang baru yaitu virus yang bergentayangan di sekitar kita. Dengan berbagai macam efeknya," ujar dia, Jumat (10/7).

Menurutnya, bentuk adaptasi di sisi pemerintah, yakni dengan menyiapkan dan memperkuat mekanisme berkaitan dengan penanganan bencana serta penyakit. Juga perlu menyiapkan langkah-langkah yang akan dilakukan jika Covid-19 tidak bisa 100 persen hilang dari muka bumi.

"Menyiapkan protokol-protokol misalnya jika ini (pandemi) terjadi terus, seperti apa," kata dia.

Salah satu bentuk adaptasi yang dilakukan pemerintah yakni dari sisi politik anggaran. Kesehatan akan menjadi pos belanja yang harus benar-benar diperhatikan.

"Harus melakukan mulai dari politik budgeting. Jadi alokasi kesehatan semakin penting. Harus ada alokasi untuk bantuan sosial, harus dipertimbangkan ke depan. Bagaimana fasilitas kesehatan perlu kekuatan yang tangguh untuk menghadapi hal-hal seperti ini. Karena hal seperti ini belum tentu yang terakhir. Ada kemungkinan terjadi lagi," ungkapnya.

Dari sisi masyarakat, adaptasi atau perubahan yang cukup signifikan akan terjadi pada pola hidup. Ke depan, masyarakat tentu akan mulai memberi perhatian lebih pada cara hidup yang lebih sehat.

"Memiliki tradisi hidup yang lebih baik. Cuci tangan itu kan sesuatu yang sederhana tapi penting. Pakai masker jadi tradisi," tandas dia.