Tangan Kanan Putin di Balik Perang Rusia-Ukraina

Sosok Lingkaran Dalam Putin di Balik Perang Rusia-Ukraina

Merdeka.com 2022-03-06 07:37:00
Presiden Rusia Vladimir Putin. AFP

Vladimir Putin menjadi sosok yang memimpin militer Rusia dalam perang penuh risiko di Ukraina yang bisa menghancurkan ekonomi negaranya sendiri.

Sebagai pemimpin tertinggi, tanggung jawab penuh terhadap perang ini ada di pundak Putin tapi dia juga bergantung pada para pendukung setia di lingkaran dalam kekuasaannya. Sebagian dari sosok-sosok itu memulai karir pada agen intelijen Rusia. Pertanyaannya siapa saja yang menjadi sosok paling setia di lingkaran dalam Putin?

Sergei Shoigu
Menteri Pertahanan

©BBC


Sergei Shoigu menjadi sosok yang setia dengan keputusan Putin menyerang Ukraina dan melindungi Rusia dari ancaman militer Barat.

Shoigu adalah orang yang menemani Putin berburu dan memancing di Siberia dan di masa lalu dia dinilai sebagai orang yang berpotensi menggantikan Putin.

"Shoigu seharusnya ikut bergerak ke Kiev. Dia menteri pertahanan dan harusnya bisa memangkan perang ini," kata Vera Minorova, pengamat konflik bersenjata, seperti dilansir laman BBC, Jumat (4/3).

Shoigu dikenal atas baktinya dalam menguasai Krimea pada 2014. Dia juga memimpin agen intelijen GRU yang dituding meracuni dua lawan politik Kremlin--peristiwa penyerangan 2018 di Salisbury, Inggris dan terhadap tokoh oposisi Alexei Navalny di Siberia pada 2020.

"Shoigu tidak hanya pemimpin militer tapi dia juga bagian dari pemimpin ideologi--dan di Rusia ideologi artinya sejarah dan dialah yang mengatur semuanya.

Valery Gerasimov
Kepala Angkatan Bersenjata Rusia

©BBC


Sebagai kepala angkatan bersenjata, sudah menjadi tugas Gerasimov untuk menginvasi Ukraina dan merampungkan operasi ini secepat mungkin.

Dia menjadi sosok yang penting dalam berbagai aksi militer Putin sejak dia memimpin Perang Chechen 1999. Gerasimov juga ada di garis depan dalam rencana perang di Ukraina. Dia memimpin latihan perang di Belarusia bulan lalu.

Pengamat Rusia Mark Galeotti menyebut Gerasimov sosok yang "kaku dan pelit senyum". Gerasimov juga tokoh penting dalam aksi pencaplokan Krimea.

Sejumlah laporan menyebut dia kini agak disingkirkan karena ragu memulai invasi ke Ukraina dan muncul laporan moral tentara yang rendah.

Putin: Sanksi Sama Dengan Deklarasi Perang

Vladimir Putin: Sanksi Barat untuk Rusia Sama dengan Deklarasi Perang

Merdeka.com 2022-03-06 10:03:34
Vladimir Putin menghadiri rapat dengan karyawan dan mahasiswa Aeroflot Aviation School di pinggiran. ©Sputnik/Mikhail Klimentyev/Kremlin via Reuters

Presiden Rusia, Vladimir Putin menyampaikan pada Sabtu, sanksi yang dijatuhkan Barat untuk Rusia sama dengan deklarasi perang dan memperingatkan upaya apapun untuk menjatuhkan zona larangan terbang (no-fly) di Ukraina serupa dengan memasuki konflik.

Putin menegaskan kembali tujuannya di Ukraina untuk membela komunitas berbahasa Rusia melalui "demiliterisasi dan de-Nazifikasi" negara itu sehingga menjadi negara yang netral.

Ukraina dan negara-negara Barat membantah hal ini, menyebutnya sebagai alasan tak berdasar untuk invasi yang diluncurkan pada 24 Februari itu dan menjatuhkan serangkaian sanksi yang bertujuan untuk mengisolasi Moskow.

"Sanksi-sanksi ini yang sedang dijatuhkan sama dengan deklarasi perang tapi syukurnya belum sampai ke situ," kata Putin, berbicara kepada sekelompok pramugari di pusat pelatihan Aeroflot dekat Moskow, dikutip dari Al Arabiya, Minggu (6/3).

Putin mengatakan, upaya apapun oleh negara lain untuk menerapkan zona larangan terbang di Ukraina akan dianggap Rusia sebagai langkah memasuki konflik militer. NATO telah menolak permintaan Kiev untuk zona larangan terbang ini, dengan alasan itu akan mengeskalasi perang di luar Ukraina.

Putin mengatakan tidak ada warga wajib militer yang terlibat dalam operasinya di Ukraina, dan disebut dilakukan hanya oleh tentara profesional.

"Tidak ada satu pun wajib militer dan kami tidak merencakan itu," jelasnya.

"Tentara kami akan memenuhi semua tugasnya. Saya sama sekali tidak meragukan itu. Segalanya berjalan sesuai rencana."

Putin membantah kekhawatiran diberlakukan darurat militer atau situasi darurat di Rusia. Dia mengatakan tindakan semacam itu diterapkan hanya ketika ada ancaman internal atau eksternal yang signifikan.

"Kami tidak berencana untuk memperkenalkan aturan khusus apa pun di wilayah Rusia - saat ini tidak perlu," ujarnya.

Pemerintahannya melarang keras unjuk rasa anti perang di Rusia.

Ini Jumlah Nuklir yang Dimiliki Rusia

Berapa Banyak Senjata Nuklir yang Dimiliki Rusia?

Merdeka.com 2022-03-03 15:07:35
Senjata Nuklir Rusia. ©2016 Merdeka.com

Presiden Rusia Vladimir Putin belum lama ini memerintahkan pasukan nuklirnya siaga tinggi, yang memicu kekhawatiran di seluruh dunia. Tapi para pengamat mengatakan tindakan Putin itu seharusnya dianggap sebagai peringatan bagi negara lain agar jangan terlibat di Ukraina, bukan pertanda adanya keinginan Putin menggunakan senjata nuklir.

Senjata nuklir telah ada sekitar hampir 80 tahun dan banyak negara menilanya sebagai pencegah yang akan terus menjamin keamanan nasionalnya.

Berapa banyak senjata nuklir yang dimiliki Rusia?

Angka senjata nuklir yang dipaparkan ini adalah estimasi, tapi menurut Federation of American Scientist, Rusia memiliki 5.977 hulu ledak nuklir, walaupun ini termasuk sekitar 1.500 yang statusnya telah ditarik dan akan dibongkar.

Dari yang tersisa sekitar 4.500, sebagian besar dinilai sebagai senjata nuklir strategis - rudal balistik, atau roket, yang bisa ditargetkan untuk jarak jauh. Ini adalah senjata-senjata yang biasanya dikaitkan dengan perang nuklir.

Sisanya adalah senjata nuklir yang lebih kecil dan tidak terlalu merusak untuk penggunaan jarak pendek di medan perang atau di laut.

Tapi ini bukan berarti Rusia memiliki ribuan senjata nuklir jarak jauh yang siap digunakan.

Seperti dikutip dari BBC, berdasarkan data Federation of American Scientist, Rusia memiliki rudal balistik antarbenua sebanyak 1.185, rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam sebanyak 800, dan bom nuklir yang diluncurkan dari udara sebanyak 580.

Para ahli memperkirakan sekitar 1.500 hulu ledak Rusia saat ini "dikerahkan", yang artinya ditempatkan di pangkalan rudal dan pengebom atau di kapal selam di laut.

China, Prancis, Rusia, AS, dan Inggris di antara 191 negara yang menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT). Berdasarkan perjanjian tersebut, negara-negara ini harus mengurangi cadangan hulu ledak nuklir dan, dalam teorinya, berjanji untuk menghapuskan secara penuh senjata nuklir.

Dan perjanjian itu telah mengurangi jumlah hulu ledak yang disimpan di negara-negara itu sejak 1970 dan 1980-an.

India, Israel, dan Pakistan tidak tergabung dalam NPT, dan Korea Utara keluar dari perjanjian tersebut pada 2003.

Israel adalah satu-satunya dari sembilan negara (Rusia, AS, Prancis, Inggris, China, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara) pemilik senjata nuklir yang tidak mengakui secara resmi program nuklirnya.

Ukraina tidak memiliki senjata nuklir, dan terlepas dari tuduhan Putin, tak ada bukti negara itu berusaha memiliki senjata nuklir.


Seberapa menghacurkannya senjata nuklir?

Senjata nuklir dirancang untuk menyebabkan kerusakan besar.

Tingkat kerusakan tergantung pada berbagai faktor, termasuk: ukuran hulu ledak, seberapa tinggi di atas tanah senjata itu meledak, dan lingkungan lokal.

Tapi bahkan hulu ledak terkecil pun bisa menyebabkan kematian dalam jumlah besar dan dampak yang panjang. Bom yang menewaskan 146.000 orang di Hiroshima, Jepang selama Perang Dunia II, seberat 15 kiloton.

Dan hulu ledak nuklir saat ini bisa lebih dari 1.000 kiloton.

Hanya sedikit yang diperkirakan bisa selamat di zona yang terdampak langsung dari ledakan nuklir.

Setelah kilatan yang menyilaukan, ada bola api besar dan gelombang ledakan yang dapat menghancurkan bangunan dan struktur dalam jarak beberapa kilometer.

Kebijakan Rusia mengakui senjata nuklir semata-mata sebagai pencegah dan mencantumkan empat kasus penggunaannya:

1. Peluncuran rudal balistik untuk yang menyerang wilayah Federasi Rusia atau sekutunya

2. Penggunaan senjata nuklir atau jenis lain senjata pemusnah massal bagi yang menyerang Federasi Rusia dan sekutunya

3. Serangan pada situs penting pemerintah atau militer Federasi Rusia yang mengancam kemampuan nuklirnya

4. Agresi terhadap Federasi Rusia dengan penggunaan senjata konvensional ketika keberadaan negara sedang dalam bahaya

Baca juga:
Menengok Bayi-Bayi Terlahir di Bawah Tanah Ukraina
Ukraina Undang Ibu dari Tentara Rusia yang Ditangkap untuk Menjemput Anaknya
Bank Dunia Hentikan Semua Proyek di Rusia dan Belarusia Setelah Serang Ukraina
Kota Mariupol Ukraina Terancam Alami Bencana Kemanusiaan Setelah Dibombardir Rusia
Presiden Taiwan Sumbangkan Gajinya untuk Ukraina

Analisis Akurasi Rudal Rusia

Membedah Akurasi Rudal-Rudal Rusia dalam Serangan ke Ukraina

Merdeka.com 2022-03-02 08:19:53
Peluncuran rudal balistik Rusia. ©2022 Russian Defence Ministry/Handout via REUTERS

Rusia sudah mengerahkan ratusan rudal balistik presisi di hari pertama serangan ke Ukraina. Namun sejumlah pengamat dan pejabat Amerika Serikat mengatakan banyak dari target pertahanan Ukraina justru masih utuh bertahan.

Serangan-serangan rudal Rusia ke Ukraina kini menjadi perhatian dunia.

Rudal balistik jarak pendek (SRBM) tampaknya dicermati dan dipelajari oleh China, Korea Utara serta negara lain yang sedang mengembangkan persenjataan canggih semacam itu dalam beberapa tahun terakhir. Dan juga negara Barat yang melihat Rusia sebagai musuh untuk mendapatkan data dari dampak rudal dalam perang.

Rusia sudah menembakkan lebih dari 320 rudal hingga Minggu pagi, sebagian besar adalah SRBM, kata seorang pejabat AS kepada wartawan, seperti dilansir laman Reuters, Senin (28/2).

Menurut perkiraan AS, pada jam-jam awal serangan Rusia pekan lalu ada lebih dari 100 rudal diluncurkan dari darat dan laut, sebagian besar adalah SRBM yang ditembakkan dari kapal perang atau sistem rudal darat.

Itu adalah serangan SRBM paling gencar dalam konflik antarnegara yang pernah ada, kata Ankit Panda, pengamat senior di Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.

"Apa yang kita lihat di Ukraina berhubungan dengan armada militer di banyak negara, termasuk China dan Korea Utara, mereka pun mempertimbangkan akan menggunakan rudal balistik presisi dalam konflik di masa depan," kata dia.


Rudal akurat

Timothy Wright, pengamat dari International Institute for Strategic Studies, mengatakan Rusia tampaknya paling banyak menggunakan SRBM Iskander-M.

Rudal itu pertama digunakan pada perang 2008 di Georgia. Rudal ini dirancang untuk mengacaukan rudal pertahanan dengan meluncur pada lintasan rendah dan bermanuver guna menyasar target hingga sejauh 500 kilometer dengan akurasi 2-5 meter, kata Center for Strategic and International Studies (CSIS).

"Rudal ini bisa dengan akurat mengenai dan menghancurkan sasaran yang ditembak," kata Wright seraya mengatakan Rusia tampaknya punya sekitar 150 peluncur rudal dan bisa ditembakkan dari kapal perang.

Ada juga bukti Rusia menggunakan SRBM OTR-21 Tochka, rudal yang diketahui sudah pensiun, kata dia. "Kalau rudal ini masih ada di gudang penyimpanan, Rusia mungkin memilih untuk menggunakannya daripada membiarkannya."

Rudal Iskandar diluncurkan dari Belarusia dan menghantam sebuah bandara di Zhytomyr, sebelah utara Ukraina pada Minggu lalu, kata seorang penasihat menteri dalam negeri Ukraina.

"Kita melihat ada kerusakan di bandara dan tanmpaknya cukup akurat," ujar Jeffrey Lewis, pengamat rudal di James Martin Center for Nonproliferation Studies (CNS).

Sejumlah rudal yang ditembakkan dari pangkalan udara tampaknya punya lingkup terbatas, namun dalam sejumlah kasus berpotensi meleset, seperti mengenai pertokoan ketimbang pesawat musuh, kata Joseph Dempsey, pengamat pertahanan di IISS.

Syarat dari Putin Jika Perang Ingin Berakhir

Putin Telepon Erdogan, Ungkap Syarat Rusia Hentikan Perang di Ukraina

Merdeka.com 2022-03-07 09:48:55
Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan di resor Laut Hitam . ©AFP

Presiden Rusia, Vladimir Putin berbicara melalui telepon dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan pada Minggu dan menyampaikan Rusia hanya akan menghentikan perang jika Ukraina berhenti bertarung dan permintaan Moskow dipenuhi. Demikian disampaikan Kremlin dalam pernyataannya.

Putin menyampaikan, operasi militer itu berjalan sesuai rencana dan jadwal, dan dia berharap negosiator Ukraina akan mengambil pendekatan yang lebih konstruktif dalam perundingan dan memperhitungkan realitas di lapangan.

Sementara itu, kantor kepresidenan Turki menyampaikan Erdogan menyerukan desakan gencatan senjata di Ukraina.

Dua kepala negara ini berbicara menjelang forum diplomatik di Turki pada 11-13 Maret di mana Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov dan timpalannya dari Ukraina akan menghadiri forum tersebut.

Turki berharap bisa mempertemukan kedua Menteri Luar Negeri tersebut.

"Gencatan senjata umum yang mendesak akan lebih mempermudah menemukan solusi politik dan menanggapi masalah kemanusiaan," jelas Erdogan, dikutip dari Al Arabiya, Senin (7/3).

Erdogan juga mendesak Putin agar mengizinkan pembentukan koridor kemanusiaan "mendesak" di Ukraina, mengatakan dia dan pemimpin Rusia bisa "membuka jalan perdamaian bersama-sama."

Dia juga menyampaikan kepada Putin bahwa Ankara "iap berkontribusi dengan berbagai cara yang memungkinkan menuju resolusi damai.

Media resmi Turki mengatakan pembicaraan telepon kedua pemimpin ini berlangsung selama satu jam.

Turki memilih cara halus dan seimbang dalam menanggapi perang Rusia-Ukraina. Di satu sisi, Turki adalah anggota NATO dan sekutu Ukraina. Di samping itu, Turki juga perlu meningkatkan hubungannya dengan Rusia karena sangat bergantung pada impor dari negara tersebut.

Erdogan telah menawarkan beberapa kesempatan untuk menjadi tuan rumah perundingan antara Kiev dan Moskow.

Jenderal Tewas Saat Coba Bunuh Presiden Ukraina

Disergap Militer Ukraina, Jenderal Chechnya Tewas Sebelum Bunuh Presiden Zelenskiy

Merdeka.com 2022-03-02 14:42:46
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. ©AFP

Sekelompok pembunuh Chechnya dikirim untuk membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Namun rencana mereka disergap oleh pasukan militer Ukraina hingga akhirnya gagal.

Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov mengatakan, para pembunuh tersebut telah ‘dihilangkan’.

Pengumuman itu diungkap setelah militer Ukraina dilaporkan menghancurkan satu kolom tank Chechnya yang dikendalikan oleh panglima perang Chechnya Ramzan Kadyrov dekat Hostomel. Di lokasi itu terjadi pertempuran utama di luar Kiev.

“Unit pasukan Kadyrov, yang datang untuk membunuh Presiden kita, dieliminasi,” kata Danilov kepada Ukraina 24 TV.

“Kami tidak akan memberikan presiden atau negara kami kepada siapa pun. Ini tanah kami, pergi dari sini,” kata Danilov dikutip dari Jerusalem Post, Rabu (2/3).

Знищено Магомеда Тушаєва, керівника 141 моторизованого полку кадировської гвардії!🔥🔥🔥 pic.twitter.com/BHmoCGOKJU

Danilov mengatakan, informasi tentang plot Chechnya datang dari agen-agen dinas keamanan FSB Rusia yang menentang perang.

Tentara Rusia Dibilang Seperti Anak-Anak Diperalat

Zelenskyy Sebut Tentara Rusia Anak-Anak Bingung yang Diperalat

Merdeka.com 2022-03-04 12:25:19
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. ©AFP

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta pasukan Rusia untuk pergi dari negaranya dan menyebut mereka "anak-anak yang kebingungan yang diperalat."

Zelenskyy kemarin menyerukan agar warga Ukraina mempertahankan perlawanan dan dia berjanji para penjajah tidak akan "merasa tenang".

"Mereka tidak akan tenang di sini," kata Zelenskyy seraya meminta mereka untuk pulang, seperti dilansir laman Aljazeera, Jumat (4/3).

"Lindungi orang-orang berbahasa Rusia kalian dan bukan mereka yang ada di berbagai belahan dunia, tapi di negara kalian," kata dia.

Zelenskyy mengatakan Rusia mengubah taktik dan menyerang warga sipil di kota-kota. Itu membuktikan perlawanan Ukraina berhasil mencegah rencana Moskow yang akan meraih kemenangan cepat lewat pertempuran darat.

Zelenskyy mengatakan 16.000 warga asing bersedia jadi relawan untuk bertempur bagi Ukraina. Dalam pidatonya di Kantor Kepresidenan Ukraina, Zelenskyy menuturkan, gelombang pertama ribuan tentara dari luar sudah tiba di Ukraina dan mereka akan mempertahankan "kebebasan dan nyawa kita."

"Saya yakin (upaya ini) akan berhasil," kata dia.

Zelenskyy mengungkapkan keraguannya atas pernyataan Moskow yang akan mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Ukraina. Dia malah mendesak Rusia untuk belajar arti kata "perbaikan dan kontribusi."

"Kalian akan membayar mahal atas semua yang kalian perbuat terhadap kami, terhadap negara kami dan setiap orang Ukraina," kata dia.

Zelenskyy mengatakan Ukraina menerima pasokan senjata setiap hari dari sekutu internasional.

Sementara itu Rusia kemarin untuk pertama kalinya sejak perang dimulai pada 24 Februari mengakui hampir 500 tentaranya gugur di medan perang dan sekitar 1.600 lainnya luka.

Ukraina sejauh ini belum mengumumkan berapa jumlah korban di pihaknya.

Pasukan tank Rusia dan kendaraan tempur lainnya kini masih berada di luar Ibu Kota Kiev dan pertempuran terus berkecamuk di berbagai lokasi di Ukraina kemarin.

'Apakah Kamu Masih Hidup?'

Hari Ini Tak Ada Tempat untuk Sekadar 'Apa Kabar', Tapi 'Apakah Kau Masih Hidup?'

Merdeka.com 2022-03-03 15:54:13
Kendaraan militer hancur lebur di Bucha Ukraina. ©REUTERS/Serhii Nuzhnenko

Zakhida Adylova (35), seorang guru bahasa dan produser talk show politik yang tinggal di ibu kota Ukraina, Kiev.

Dia seorang Tatar Krimea, etnis minoritas Muslim yang dideportasi paksa dari tanah air mereka, Semenanjung Krimea, ke Uzbekistan pada 1944 atas perintah Joseph Stalin.

Pada 1993, Zakhida kembali dari tempat pembuangan itu dengan keluarganya ke Krimea, Ukraina. Lalu pada 2014, dia dan putrinya terpaksa meninggalkan rumah mereka di Krimea menuju Kiev setelah Rusia mencaplok semenanjung itu. Ibunya menyusul Zakhida setahun kemudian.

Saat ini, Zakhida, ibu, dan putrinya menghadapi invasi Rusia, berlindung di kamar mandi dan lorong apartemen mereka. Zakhida menyimpan sebuah diary sejak perang dimulai. Ini adalah kisah yang dituliskannya, seperti dikutip dari Al Jazeera, Kamis (3/3).

Hari Ketujuh: 2 Maret 2022

Pukul 09.00-11.00: Saya lanjutkan membicarakan perang di Ukraina dan realitas situasi saat ini melalui wawancara dengan media internasional. Hari ini, saya berbicara dengan Australian Broadcasting Corporation (ABC) dan kemudian dengan stasiun radio Swedia, P3 Nyheter.

Mereka semua mengajukan pertanyaan yang sama. Mereka bertanya apa yang saya rasakan dan bagaimana kabar saya.

Pertanyaan-pertanyaan ini sangat memusingkanku. Menurut kalian apa yang dirasakan seseorang dalam keadaan seperti itu?

Guys, kebenaran mendasar adalah kami tidak aman. Tidak ada tempat untuk "Bagaimana kabarmu?" atau "Apa kabar?" atau "Oke" atau "Baik".

Ketika saya bangun setiap pagi, pertanyaan pertama yang saya tanyakan kepada putri saya yang berusia 11 tahun, Samira, dan ibu saya yang berusia 74 tahun, Abibe, adalah, "Apakah kamu masih hidup?" Ketika saya mendengar mereka menjawab saya bisa menarik napas. Napas lega.

Jangan tanyakan pertanyaan ini. Kita harus berhenti melakukannya. Hari-hari ini, kami saling menyapa dengan mengatakan: "Kejayaan untuk Ukraina."

Pukul 12.00: Saya marah mendengar warga Ukraina tak berdosa meregang nyawa (kemarin Rusia menembakkan roket di menara televisi utama Kiev, menewaskan sedikitnya lima warga sipil), bayi-bayi lahir di tempat berlindung dari bom, dan para lansia tidak bisa mengakses perawatan medis. Dan saya juga marah melihat hewan-hewan peliharaan dengan kalungnya dipisahkan dari pemiliknya berkeliaran di jalan-jalan sebagai hewan liar mencari makanan.

Pukul 13.53: Dalam wawancara saya, saya memohon kepada kumpulan peretas internasional Anonymous (kelompok yang mendeklarasikan perang siber pada Rusia pada 24 Februari) untuk meretas saluran televisi pemerintah Rusia dan menampilkan foto-foto invasi. Orang-orang ini luar biasa. Terima kasih, Anonympus, karena membela Ukraina.

Kemenangan ada dalam persatuan. Saya merayakan solidaritas ini hari ini dengan lumpia goreng lezan buatan ibu saya.

'Kami Tak Takut Mati'

"Kami Tak Takut Mati untuk Membunuh Mereka yang Menyerang Tanah Air Kami"

Merdeka.com 2022-03-03 07:07:00
Roket Rusia yang tak meledak saat mendarat di taman kanak-kanak di Kharkiv. ©2022 Reuters TV

Alexandra Markevitch melarikan diri dari Kharkiv pada Minggu, ketika peluru pasukan Rusia menghujani lingkungan tempat tinggalnya dan tembakan mengguncang kotanya.

Dia lari bersama putranya, Pasha, ke stasiun, hanya membawa beberapa dokumen, foto keluarga, dan baju hangat, dan mereka berhasil naik kereta menuju arah barat. Ketika gelombang tekanan dari serangan roket menghantam kereta, Markevitch takut kereta akan anjlok.

Ketika kereta berhasil melewati pinggir kota dan suara ledakan, dia berusaha menenangkan putranya. Hari itu adalah hari ulang tahunnya ke-11.

Rusia membombardir Kharkiv sejak menginvasi Ukraina pada Kamis, menembaki kawasan pemukiman dan pusat kebudayaan kota itu. Pada Selasa, gedung opera Kharkiv, gelanggang konser dan gedung-gedung pemerintah dihantam serangkaian serangan, menewaskan sedikitnya 10 orang dan melukai lebih banyak lagi.

Wali Kota Kharkiv menyampaikan serangan roket terpisah di lingkungan pemukiman menghancurkan rumah sakit, menewaskan beberapa orang dan melukai banyak orang. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyebut serangan di Kharkiv "serangan teror terhadap Ukraina", seperti dikutip dari BBC, Rabu (2/3).

Ribuan orang saat ini melarikan diri dari kota itu, meninggalkan rumah, keluarga, dan pekerjaan mereka. Banyak yang melarikan diri menggunakan kereta menuju kota Lviv di Ukraina barat, ada juga yang menuju tempat penampungan pengungsi darurat di sebuah bioskop tua.

Markevitch (29), duduk sendiri di sana pada Selasa, di atas sebuah matras. Keluarga dan kawan-kawannya masih berada di Kharkiv. Banyak warga di sana tidak bisa melarikan diri. Baru beberapa hari yang lalu dia bersama mereka, bersembunyi di sebuah tempat berlindung di bawah gedung apartemen, tempatnya dingin dan lembab, tanpa listrik, tanpa pemanas dan makanan. Dia sangat khawatir dengan putranya.

Di atas tanah mereka bisa mendengar "setiap suara peperangan", ujarnya.

"Tembakan, pengeboman, roket, pesawat tempur. Tidak ada yang tidur karena pengeboman terjadi sepanjang hari dan sepanjang malam."

Tiga hari tiga malam setelah invasi dimulai, dan "penuh ketakutan saya akan kehilangan putra saya," Markevitch membuat pilihan. "Apakah Anda menghadapi maut di sana atau Anda menghadapi maut di jalan," ujarnya. "Setidaknya di jalan Anda punya kesempatan untuk menuju tempat yang aman."

Dia tetap menjalin kontak dengan keluarganya dan mereka dalam keadaan baik.

"Secara fisik, mereka masih hidup," ujarnya.

"Secara spiritual, hidup menjadi sangat sulit di Kharkiv."

Hanya 30 mil dari perbatasan dan sebagian besar berbicara bahasa Rusia, Kharkiv telah lama dianggap sebagai target nyata invasi ini. Pasukan Rusia terlibat pertempuran dengan tentara Ukraina yang mempertahankan kota itu, dan kota itu telah dibombardir dari udara, menewaskan banyak warga sipil.


Menari dalam kegelapan

Iryna Ruzhynska (40), berlindung di koridor lantai dua apartemennya bersama dua putranya, menantu, dan cucunya. Ibu Ruzhynska yang berusia 75 tahun terjebak di lantai 11 apartemennya karena lift gedung itu tak berfungsi.

"Kami menempelkan selotip di jendela dan meletakkan bantal di dekat jendela," ujarnya.

"Kami tidak menyalakan lampu, hanya senter dari ponsel kami. Kami berusaha pergi ke toko kemarin, tapi kami mengantre selama berjam-jam dan sebenarnya tidak ada makanan yang tersisa di sana," lanjutnya.

Jalan di dekat apartemen Ruzhynska ditembaki pada Senin, ledakan dahsyat yang membuat bagian tubuh berserakan di jalan. Ketika dia membuka jendela dia bisa mendengar tembakan dan bom.

"Melelahkan dan mengerikan tinggal di bawah tekanan," ujarnya.

"Dan saya marah, karena ini kota besar, indah, kotaku, dan mereka ingin menghapusnya dari muka Bumi."

Semalam saat malam telah larut, saat semua keluarganya tertidur di lorong apartemen, Ruzhynska memasang earphone dan menari dalam kegelapan, "mencoba dan melepaskan emosiku," ujarnya.

"Lalu saya menangis dengan senyap dalam waktu yang lama."

Dia mendengar lagu seorang penyanyi Rusia.

"Karena kami orang-orang yang damai. Tidak masalah bagi kami."


Tak takut mati

Yehor Konovalov (23), melarikan diri dari Kharkiv setelah pengeboman. Dia melarikan diri bersama orang tua dan dua saudara kandungnya dan menuju properti bisnis keluarganya di sebuah desa dekat Donetsk. Pada Selasa, keluarga itu berlindung di ruangan dingin seluas 2x2 meter saat ledakan terdengar di kejauhan.

"Ketika penembakan mulai, adekku yang berumur delapan tahun membangunkanku jam empat pagi dan mengatakan, 'Yehor mereka menembak, mereka meledakkan bom di Kharkiv'."

"Saya tidak bisa mempercayainya. Lalu saya mendengar bom dan melihat awan abu melayang di atas cakrawala."

Keluarga Konovalov hanya memiliki tiga botol air minum dan hanya sedikit makanan yang tersisa untuk persediaan beberapa hari untuk lima orang keluarganya.

"Kami harus ke Ukraina Barat, agar ibu dan adik-adikku aman dan aku serta ayahku bisa bergabung dengan pasukan pertahanan teritorial," ujarnya.

"Kami tidak takut untuk mati untuk membunuh mereka yang menyerang tanah air kami."

Andrey Akonenko (22), seorang desainer web yang melarikan diri dari Kharkiv pada Selasa dengan pacarnya mengatakan dia juga akan mendaftar untuk ikut berperang membela Ukraina. Hal itu disampaikan saat diwawancara BBC dari Poltava, 150 kilometer dari Kharkiv.

"Mereka menembaki area pemukiman kami, gedung apartemen kami - padahal tidak ada situs militer di sana di mana mereka mengebom," ujarnya.

"Mereka berusaha menghancurkan rakyat Ukraina," lanjutnya.

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengklaim pihaknya membebaskan kota-kota dan distrik di Ukraina timur seperti Kharkiv dari penindasan pemerintah Ukraina, tapi selama delapan tahun perang Putin tampaknya hanya memperkuat patriotisme rakyat Ukraina.

"Saya tidak pernah merasakan cinta yang begitu besar untuk tanah air dan kota saya," kata Markevitch.

"Saya harap perang akan berakhir dan saya bisa membawa anak saya pulang ke Khakiv secepatnya."

Baca juga:
VIDEO: Rusia Dilarang Ikut Piala Dunia, Ini Daftar Lengkap Sanksi Tiap Negara
Potret Warga Ukraina Terpaksa Bertahan di Stasiun Bawah Tanah
SBY Tanggapi Konflik Rusia & Ukraina: Jangan Sampai Perang Dunia ke-3
70 Pria Jepang Daftar untuk Ikut Berperang Bela Ukraina
CEK FAKTA: Foto Anak Terluka Ini Bukan Korban Invasi Rusia ke Ukraina, Simak Faktanya
"Saya Tak Mau Keluarga Saya Tewas, Mereka Penjajah dan Harus Dimusnahkan"

Mereka Lahir di Bawah Tanah, Saat Perang Rusia

Menengok Bayi-Bayi Terlahir di Bawah Tanah Ukraina

Merdeka.com 2022-03-03 15:15:00
Menengok bayi-bayi terlahir di bawah tanah Ukraina. ©REUTERS/Valentyn Ogirenko
Seorang wanita menggendong bayinya yang baru lahir di ruang bawah tanah sebuah rumah sakit di Kiev, Ukraina, pada 2 Maret 2022. Sebuah rumah sakit di Kiev memindahkan ruang persalinan ke bawah tanah untuk mengantisipasi terjadinya serangan di tengah invasi Rusia.
Seorang wanita menggendong bayinya yang baru lahir di ruang bawah tanah sebuah rumah sakit di Kiev, Ukraina, pada 2 Maret 2022. Sebuah rumah sakit di Kiev memindahkan ruang persalinan ke bawah tanah untuk mengantisipasi terjadinya serangan di tengah invasi Rusia.
Seorang pria menggendong bayinya yang baru lahir di ruang bawah tanah sebuah rumah sakit di Kiev, Ukraina, pada 2 Maret 2022. Sebuah rumah sakit di Kiev memindahkan ruang persalinan ke bawah tanah untuk mengantisipasi terjadinya serangan di tengah invasi Rusia.
Perawat membantu seorang wanita yang hendak melahirkan di ruang bawah tanah sebuah rumah sakit di Kiev, Ukraina, pada 2 Maret 2022. Sebuah rumah sakit di Kiev memindahkan ruang persalinan ke bawah tanah untuk mengantisipasi terjadinya serangan di tengah invasi Rusia.
Seorang wanita bersiap menjalani persalinan di ruang bawah tanah sebuah rumah sakit di Kiev, Ukraina, pada 2 Maret 2022. Sebuah rumah sakit di Kiev memindahkan ruang persalinan ke bawah tanah untuk mengantisipasi terjadinya serangan di tengah invasi Rusia.
Sepasang suami istri bersama bayinya yang baru lahir di ruang bawah tanah sebuah rumah sakit di Kiev, Ukraina, pada 2 Maret 2022. Sebuah rumah sakit di Kiev memindahkan ruang persalinan ke bawah tanah untuk mengantisipasi terjadinya serangan di tengah invasi Rusia.
Seorang pria melihat bayinya yang baru lahir di ruang bawah tanah sebuah rumah sakit di Kiev, Ukraina, pada 2 Maret 2022. Sebuah rumah sakit di Kiev memindahkan ruang persalinan ke bawah tanah untuk mengantisipasi terjadinya serangan di tengah invasi Rusia.

Tragis, Mengungsi di Stasiun Bawah Tanah

Potret Warga Ukraina Terpaksa Bertahan di Stasiun Bawah Tanah

Merdeka.com 2022-03-02 22:07:18
Warga Ukraina bertahan di stasiun bawah tanah. ©ARIS MESSINIS/AFP
Sejumlah warga sipil berlindung di stasiun metro bawah tanah di Kiev, Ukraina, Rabu (2/3/2022). Memasuki hari ketujuh invasi Rusia, sejumlah warga memilih bertahan di stasiun bawah tanah ketika sebagian penduduk telah meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.
Sejumlah warga sipil berlindung di stasiun metro bawah tanah di Kiev, Ukraina, Rabu (2/3/2022). Memasuki hari ketujuh invasi Rusia, sejumlah warga memilih bertahan di stasiun bawah tanah ketika sebagian penduduk telah meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.
Sejumlah warga sipil tidur di stasiun metro bawah tanah di Kiev, Ukraina, Rabu (2/3/2022). Memasuki hari ketujuh invasi Rusia, sejumlah warga memilih bertahan di stasiun bawah tanah ketika sebagian penduduk telah meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.
Seorang anak ketika mengungsi bersama keluarganya di stasiun metro bawah tanah di Kiev, Ukraina, Rabu (2/3/2022). Memasuki hari ketujuh invasi Rusia, sejumlah warga memilih bertahan di stasiun bawah tanah ketika sebagian penduduk telah meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.
Seorang pria memeluk istri dan anaknya ketika berlindung di stasiun metro bawah tanah di Kiev, Ukraina, Rabu (2/3/2022). Memasuki hari ketujuh invasi Rusia, sejumlah warga memilih bertahan di stasiun bawah tanah ketika sebagian penduduk telah meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.
Warga tampak tidur di dalam kereta yang tak beroperasi di stasiun metro bawah tanah di Kiev, Ukraina, Rabu (2/3/2022). Memasuki hari ketujuh invasi Rusia, sejumlah warga memilih bertahan di stasiun bawah tanah ketika sebagian penduduk telah meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.
Relawan menyiapkan makanan dan minuman untuk warga yang mengungsi di stasiun metro bawah tanah di Kiev, Ukraina, Rabu (2/3/2022). Memasuki hari ketujuh invasi Rusia, sejumlah warga memilih bertahan di stasiun bawah tanah ketika sebagian penduduk telah meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.
Warga tampak tidur di dalam kereta yang tak beroperasi di stasiun metro bawah tanah di Kiev, Ukraina, Rabu (2/3/2022). Memasuki hari ketujuh invasi Rusia, sejumlah warga memilih bertahan di stasiun bawah tanah ketika sebagian penduduk telah meninggalkan Ibu Kota untuk menyelamatkan diri.

Saatnya Melawan dan Usir Penjajah

Volodymyr Zelenskiy: Saatnya Melawan Balik dan Usir Penjahat Ini dari Kota-Kota Kita

Merdeka.com 2022-03-06 15:34:55
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. ©AFP

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy menyampaikan kepada warganya agar "menahan serangan" Rusia dan mendesak warga terus bertarung.

Dalam pidatonya yang disampaikan dari Kiev pada Sabtu malam, Zelenskiy menyampaikan kepada bangsanya saatnya untuk melawan balik.

"Kalian harus keluar dan usir penjahat ini dari kota-kota kita," ujarnya, seperti dikutip dari BBC, Minggu (6/3).

Seruan ini bersamaan dengan permohonan kepada Presiden AS Joe Biden untuk mengirimkan lebih banyak jet tempur untuk Ukraina.

Pejabat AS diyakini sedang melakukan pembahasan dengan pemimpin politik di Polandia terkait kemungkinan Warsawa memberikan Ukraina sejumlah pesawat tempur MiG.

Polandia perlahan-lahan menghentikan penggunaan pesawat tempur era Soviet - dan para pejabat mempertimbangkan apakah akan memberikannya ke Ukraina, di mana pilot tidak dilatih untuk menerbangkan jet buatan Barat.

Invasi Rusia di Ukraina telah memasuki hari ke-11. Pertempuran terus berlanjut di beberapa wilayah Ukraina, di mana pasukan Moskow hanya merebut satu kota besar Ukraina yaitu kota Kherson. Pasukan Rusia juga telah merebut pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia pada Jumat.

Dilaporkan juga ada pertempuran sengit di barat laut Kiev, di mana pasukan Rusia berupaya mengambil alih pangkalan udara strategis Hostomel. Pasukan Rusia juga telah memborbardir Irpin, sebuah daerah di pinggir kota Kiev.

Pejabat Ukraina menyampaikan, genjatan senjata disepakati untuk mengizinkan warga sipil keluar dari kota Mariupol kurang dari 30 menit sebelum baku tembak kembali berlanjut.