"Tembakan Gas Air Mata ke Tribun, Salah Kami Apa?

Cerita Aremania Lolos dari Tragedi Kanjuruhan, Tiga Menit Sebelum Kerusuhan

Merdeka.com 2022-10-03 11:43:52
Suasana kericuhan di laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan. ©2022 REUTERS/Stringer

Kekalahan Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu (1/10) memicu tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan hingga sebabkan 125 orang tewas. Salah satu suporter Arema FC atau yang akrab disapa Aremania dari Korwil Bantur The Black Lion, Slamet Sanjoko menceritakan pengalamannya lolos dari tragedi tersebut.

Menurutnya, selama jalannya pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya berjalan kondusif. Usai pertandingan, ada dua orang yang mau berfoto bersama pemain Arema FC.

Keduanya terus memaksa untuk diperbolehkan masuk dalam area lapangan, akhirnya dua orang itu diizinkan masuk ke lapangan.

Menurutnya, setelah kedua orang tersebut diizinkan untuk memasuki area lapangan tersebut kedua anak itu ternyata menghampiri pemain Arema FC yang saat itu masih berada di dalam lapangan untuk meminta maaf kepada para suporter atas kekalahan dari Persebaya.

"Dua anak itu, yang akan berfoto ternyata mereka mendekat ke pemain Arema FC. Kemudian terjadi bentrokan, pemicunya ada di situ," kata Sanjoko. Dikutip dari Antara, Senin (3/10).

"Ada Lebam di Mata dan Bibir"

Cerita Anak 11 Tahun Kehilangan Kedua Orang Tua saat Tragedi Kanjuruhan Malang

Merdeka.com 2022-10-03 10:15:27
Doni, keluarga korban meninggal di Stadion Kanjuruhan Malang. ©2022 Merdeka.com

Pasangan suami-istri Muhammad Yulianto (40) dan Devi Ratna S (30) menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi Kanjuruhan Malang. Sementara anak laki-lakinya, Muhammad Alfiansyah (11) berhasil selamat setelah terpisah dari kedua orang tuanya.

Adik korban, Doni yang juga menyaksikan laga Arema FC dan Persebaya Surabaya, awalnya menemukan adik iparnya, Devi Ratna S. Dia mengenali celana adiknya saat dibopong oleh suporter lain. Saat ditemukan kondisi Devi sudah meninggal dunia.

"Ada yang menggotong dari suporter lain. Saya lihat celananya kok Mbak Iparku, ternyata benar," kata Doni di rumah duka Jalan Bareng Raya 2, Kelurahan Bareng, Kota Malang, Minggu (2/10).

Setelah menata jenazah, Doni bergegas mencari suami Devi, karena memang saat berangkat mereka bersama-sama. Tidak begitu jauh dari posisinya, dia melihat kakaknya diangkat suporter.

"Setelah itu spontan saya mencari suaminya. Saya lihat ada yang dibopong suporter dan saya lihat benar juga, itu mas saya," ungkapnya.

Doni bersama tetangganya selanjutnya mengumpulkan jenazah keduanya di sekitar pintu 14. Doni masih kebingungan mencari Muhammad Alfiansyah anak dari pasangan tersebut.

Tidak lama kemudian Doni menemukan Alfiansyah. Karena saat terjadi desak-desakan terpisah dan diselamatkan polisi. Alfiansyah sendiri saat itu belum mengetahui kalau kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

"Sama polisi dibawa keluar. Saya tanya mamamu di mana? Dia jawab di dalam," ungkapnya.

Jenazah keduanya sempat dibawa ke medis stadion dan dinyatakan meninggal dunia. Sekitar satu jam jenazah menunggu dibawa ke rumah sakit dengan truk polisi.

Melihat Tubuh Teman Terbujur Kaku

Kisah Pilu Faiqotul Hikmah, Wanita Fans Arema Asal Jember Korban Tragedi Kanjuruhan

Merdeka.com 2022-10-03 10:21:00
Jenazah Korban Kericuhan di Stadion Kanjuruhan. ©2022 REUTERS/Rizki Dwi Putra

Tragedi kerusuhan Kanjuruhan menyisakan duka mendalam bagi banyak orang. Salah satunya keluarga Faiqotul Hikmah (22), salah satu korban meninggal dunia yang terjadi akibat kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam.

Faiqotul menjadi satu dari ratusan korban lainnya yang tewas usai menonton laga pertandingan Arema FC VS Persebaya. Usai teridentifikasi, jenazah Faiqotul pun langsung dibawa ke daerah asalnya di Kabupaten Jember menggunakan ambulans. Simak ulasannya:


Kisah Salah Satu Korban Kericuhan Kanjuruhan

Faiqotul Hikmah (22), warga asal Kabupaten Jember, Jawa Timur itu menjadi salah satu korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada Sabtu, (1/10) malam. Melansir dari antaranews, Abdul Muqit yang merupakan rekan dari Faiqotul menceritakan detik-detik saat ia menyaksikan sendiri jenazah rekannya itu terbujur kaku di dalam stadion.

Muqit menceritakan awal mula kisah memilukan tersebut. Ia dan Faiq-sapaan akrab Faiqotul Hikmah awalnya ikut dalam 14 orang yang tergabung dalam rombongan suporter Arema FC Jember. Mereka berangkat bersama menggunakan sepeda motor untuk menyaksikan laga pertandingan Arema FC melawan Persebaya.

"Saya berangkat berboncengan dengan Faiq (korban) dari Jember. Ada 14 sepeda motor yang berangkat menuju ke Stadion Kanjuruhan untuk menjadi suporter dalam pertandingan Arema vs Persebaya," ungkapnya dikutip dari antaranews, Senin (3/10/2022).

Baca juga:
Ucapan Ketum PSSI saat Konpers Soal Tragedi di Kanjuruhan Dikritik, Bilang Begini
Penampilannya Semakin Cantik, Potret Puput Nastiti Istri Ahok Kumpul Bareng Teman
Kenali Bahaya Gas Air Mata yang Dilarang FIFA Digunakan di Lapangan & Cara Atasinya
Momen Pilu Seorang Ayah Lari-lari Selamatkan Anaknya saat Tragedi di Kanjuruhan


Muqit Selamat Karena Tak Bisa Masuk ke Stadion

Setibanya di stadion sebelum laga berlangsung, Muqit dan Faiq sempat terpisah. Faiq sudah di dalam stadion, namun Muqit masih ada di luar. Hal ini dikarenakan ia belum memiliki tiket masuk untuk menonton. Muqit akhirnya menunggu di luar sampai laga selesai.

Tak lama setelah itu, kericuhan pecah. Mengetahui ada keributan di dalam stadion Muqit berusaha terus menghubungi Faiq. Karena tak kunjung ada jawaban, ia memutuskan masuk ke dalam stadion dan mencari temannya itu. Namun, saat sudah di dalam Muqit justru mendapati Faiq sudah terbujur kaku ditutup kain putih.

©2022 REUTERS/Stringer

"Ketika terjadi kerusuhan di stadion, akhirnya saya berusaha mencari Faiq di dalam stadion dan mendapat informasi dari teman bahwa Faiq ditutupi kain putih di sebuah ruangan di dalam stadion," tuturnya.

Baca juga:
Momen Pilu Seorang Ayah Lari-lari Selamatkan Anaknya saat Tragedi di Kanjuruhan
Begini Video Kepanikan Para Suporter Aremania yang Terjebak di Pintu Keluar
Potret Dua Polisi Meninggal Dunia saat Rusuh Suporter di Stadion Kanjuruhan
Momen Pilu Penjual Asongan Pertahankan Dagangan yang Mau Disita Satpol PP


Jenazah Diberangkatkan ke Rumah

Foto: antaranews ©2022 Merdeka.com

Jenazah Faiq kemudian diberangkatkan menuju Jember menggunakan ambulans dan tiba di rumah duka sekitar pukul 08.00 WIB, Minggu (2/10). Faiq langsung dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) setempat.

Faiq sendiri disebut sebagai salah satu fans berat dari klub sepak bola Arema FC. Momen ini juga bukan pertama kalinya bagi Faiq menyaksikan laga pertandingan Arema FC secara langsung. Hal ini seperti diungkapkan oleh sang kakak, Nurlaela.

"Adik saya pamit untuk nonton pertandingan Arema bersama beberapa temannya yang berangkat dari Jember karena kebetulan libur kerja pada hari Sabtu (1/10)," katanya.

Kejadian memilukan ini tentu membuat keluarga sangat kaget. Sebab, sebulan lalu Faiq juga sempat berangkat ke Malang bersama rekan-rekannya untuk memberikan dukungan tim kesebelasan Arema FC dan pulang dalam keadaan baik-baik saja.


Ratusan Orang Meninggal Dunia Usai Saksikan Laga Arema FC VS Persebaya

Karodokpol Pusdokkes Polri Brigjen Nyoman Eddy Purnama Wirawan memutakhirkan data terbaru soal korban tewas pada tragedi Kanjuruhan. Setelah diperbaharui, jumlah korban meninggal dunia disebutkan ada sebanyak 125 orang sedangkan korban luka sekitar 323 orang.

"Update data terakhir yang dilaporkan meninggal dunia 129, setelah ditelusuri di RS terkait menjadi meninggal dunia 125 orang," tutur Nyoman kepada wartawan, Minggu (2/10).

Akibat dari peristiwa itu, Polri disebut akan mendalami setiap unsur penyebab terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan. Termasuk juga soal penggunaan gas air mata dalam upaya pengendalian massa suporter Arema yang turun ke lapangan dari tribun penonton.

Baca juga:
127 Tewas Usai Laga Arema FC vs Persebaya, Dua di Antaranya Anggota Polri
Memahami Aturan FIFA soal Penggunaan Gas Air Mata oleh Aparat saat Amankan Sepak Bola
Detik-Detik Mencekam Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Usai Arema vs Persebaya
Tangis Putri Candrawathi Sebelum Masuk Bui, Bicara Soal Titip Anak jadi Sorotan
Irma Hutabarat Ajak Ibu & Kekasih Brigadir J ke Monas, Pesona Vera Curi Perhatian

Belum Sempat Diberi Minum, Sudah Meninggal

Kisah Suporter Gotong Wanita di Kanjuruhan, Belum Sempat Kasih Minum Keburu Meninggal

Merdeka.com 2022-10-02 13:17:33
Suasana kericuhan di laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan. ©2022 REUTERS TV

Ian Setyawan, terpanggil untuk memberikan pertolongan pada korban saat terjadi kerusuhan usai laga Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang. Ian menolong seorang perempuan yang sudah dalam kondisi kritis.

"Saya mengangkat seorang perempuan, bersama beberapa teman. Korban dibawa ke pinggir untuk mencari tempat agak lega," kata Ian Setyawan kepada merdeka.com, Minggu (2/10).

Saat diangkat perempuan tersebut masih bernapas kendati tersengal-sengal. Ian saat itu berinisiatif memberi pertolongan karena memang posisinya berdekatan dengan korban.

"Saat saya angkat bersama itu masih bernapas, kita bopong bersama," katanya.

"Pintu Keluar Tertutup, Tribun Penuh Gas Air Mata"

Begini Video Kepanikan Para Suporter Aremania yang Terjebak di Pintu Keluar

Merdeka.com 2022-10-03 08:05:00
Ratusan Suporter Terjebak di Pintu Keluar Stadion. Instagram/@majeliskopi08 ©2022 Merdeka.com

Sebuah video merekam kepanikan suporter sepak bola yang terjebak di pintu keluar Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur dibagikan oleh akun Instagram @majeliskopi08. Dalam postingan tersebut, tampak ratusan massa berdesak-desakan lantaran terjebak di pintu keluar yang masih tertutup.

Akibatnya, banyak penonton yang terjebak di tengah kerumunan jatuh dan terinjak-injak. Tragedi Kanjuruhan ini bahkan menelan korban hingga 125 orang, yang meninggal di stadion dan juga di rumah sakit. Simak ulasan selengkapnya:


Kerusuhan di Stadion Kahunjuran

Kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, pasca pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya hari Sabtu, 1 Oktober 2022 malam. Awalnya, disebutkan jika pertandingan sempat berjalan kondusif sejak kick off.

Kemudian, kericuhan dimulai setelah pertandingan selesai. Arema yang berusaha mengejar gol nyatanya tidak bisa menyamakan kedudukan. Saat pluit panjang berbunyi mereka harus menerima kekalahan. Kekalahan Arema FC itupun yang menjadi salah satu penyebab kericuhan terjadi.

Instagram/@majeliskopi08 ©2022 Merdeka.com

Kejadian ini bermula ketika ada beberapa suporter yang mendadak masuk ke area lapangan. Aksi oknum yang masuk lapangan itupun kemudian secara spontan diikuti oleh suporter lain. Hal itulah yang membuat suasana menjadi tidak kondusif.

Masifnya suporter yang masuk membuat kewalahan aparat meski sudah dihalau. Berniat meredam aksi, aparat kemudian justru menembakkan gas air mata ke arah kerumunan suporter yang turun ke lapangan dan juga ke arah tribun.

Baca juga:
Potret Dua Polisi Meninggal Dunia saat Rusuh Suporter di Stadion Kanjuruhan
Momen Pilu Penjual Asongan Pertahankan Dagangan yang Mau Disita Satpol PP
Memahami Aturan FIFA soal Penggunaan Gas Air Mata oleh Aparat saat Amankan Sepak Bola
Detik-Detik Mencekam Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Usai Arema vs Persebaya


Kepanikan Suporter di Tribun

Setelah gas air mata ditembakkan, kepanikan pun terjadi di tribun penonton. Banyak suporter kemudian berlarian menuju pintu keluar. Suasana pun semakin chaos ketika para suporter ternyata terjebak tidak bisa keluar. Sehingga banyak di antara mereka yang jatuh dan terinjak-injak.

Instagram/@majeliskopi08 ©2022 Merdeka.com

Kepulan asap putih dari gas air mata dan juga kumpulan massa yang berdesakan juga membuat banyak suporter kemudian pingsan. Tak terkecuali anak-anak dan perempuan. Melansir dari unggahan di Instagram @majeliskopi08, membagikan video amatir merekam kepanikan para suporter saat terjebak di pintu keluar stadion yang masih tertutup.

"Suasana Kepanikan para suporter yang terjebak di pintu keluar, yang tertutup sementara di tribun kondisi penuh gas air mata," tulis keterangan unggahan.

Baca juga:
Irma Hutabarat Ajak Ibu & Kekasih Brigadir J ke Monas, Pesona Vera Curi Perhatian
Potret Masjid & Makam Imam Husein R.A di Kairo Mesir, Cucu Nabi Muhammad SAW
Jenderal Polri Minta Maaf ke Seorang Ibu, Buntut Dugaan Anggota Lecehkan Anak Tiri
Narapidana Ini Punya Suara Merdu Banget, Ramai Disebut Sandy Sandoro Versi Lapas


Video

Akibat dari kerusuhan itu, ratusan orang pun diketahui mengalami luka-luka dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Sementara 125 orang dilaporkan meninggal dunia. Simak videonya:

Baca juga:
Sejarah Lagu 'Genjer-Genjer' yang Sangat Identik dengan PKI
Kisah Pilu Tukang Becak Kelaparan, Pendapatan Rp15 Ribu Tak Ada Rumah Tidur di Becak
Potret Rumah Kelahiran Jenderal Besar AH Nasution, Terbuat dari Kayu Sederhana Banget
Pantai Laut di Jawa Barat yang Indah dan Cocok untuk Liburan

"Saya Lihat Jenazah Terbungkus Kain Putih"

Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan Ditemukan Terbungkus Kain Putih

Merdeka.com 2022-10-03 00:31:00
Jenazah Korban Kericuhan di Stadion Kanjuruhan. ©2022 REUTERS/Rizki Dwi Putra

Dua warga Jember turut menjadi korban dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Mereka adalah Faiqotul Hikmah (22 tahun) warga Kelurahan Kranjingan, Kecamatan Sumbersari dan Noval Putra Aulia (18 tahun) warga Kelurahan Wirolegi, Kecamatan Sumbersari.

Jenazah kedua korban telah tiba di rumah duka masing-masing. Nur Laela (30 tahun), kakak Faiqotul Hikmah mengatakan, adiknya meninggal dunia dalam laga Arema FC vs Persebaya. Kedatangan jenazah Faiqotul Hikmah di rumah duka disambut isak tangis keluarga.

"Adik saya memang fans berat Arema FC sejak dari masih sekolah," katanya sembari menahan tangis, Minggu (2/10).

Kericuhan, Kepanikan dan Korban Berjatuhan

Detik-Detik Pecahnya Kericuhan Usai Laga Arema FC vs Persebaya

Merdeka.com 2022-10-02 07:33:40
Laga Arema FC-Persebaya Berakhir Rusuh. ©2022 Merdeka.com

Pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10), di Stadion Kanjuruhan, Malang, berujung ricuh. Data sementara, 127 orang meninggal dunia dan 180 mengalami luka-luka imbas peristiwa tersebut.

Dikutip dari Bola.com Minggu (2/10), kerusuhan dimulai setelah Arema FC kalah atas Persebaya Surabaya. Aremania turun ke lapangan setelah tim kesayangan mereka kalah dari rival bebuyutannya.

Melihat Aremania turun ke lapangan, petugas keamanan langsung bertindak. Namun, situasi tetap tak bisa dikendalikan. Alhasil, kericuhan dan kepanikan terjadi, terutama di area tribune Stadion Kanjuruhan.

Banyak korban yang berjatuhan di Stadion Kanjuruhan, baik karena sesak napas maupun karena terinjak-injak. Setiap ruang hingga pintu keluar stadion, banyak korban yang tergeletak, dan beberapa di antaranya tidak lagi bernapas.


Kronologi Kericuhan

Ketika wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir, suasana masih tergolong kondusif. Hanya saja para pemain Persebaya Surabaya memang langsung berlari ke dalam ruang ganti sebagai langkah antisipasi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.

Sementara itu, para pemain Arema FC berjalan ke tengah lapangan seperti yang biasa mereka lakukan. Mereka bermaksud memberikan penghormatan kepada Aremania yang telah memberikan dukungan penuh di Stadion Kanjuruhan meski pada akhirnya Singo Edan harus kalah.

Namun, saat itu sudah ada beberapa Aremania yang masuk lapangan. Mereka tidak melakukan aksi yang anarkis tapi justru menghampiri para pemain Arema FC. Ada yang memeluk Sergio Silva, ada pula yang berbicara dengan kapten tim, Ahmad Alfarizi.

Namun, situasi kemudian mulai sulit untuk dikendalikan. Seorang Aremania masuk lapangan sambil berlari membawa bendera Persebaya Surabaya yang dicoret. Kemudian aksi itu diikuti oleh Aremania lainnya yang masuk ke dalam lapangan dan jumlahnya makin banyak.

Personel keamanan pun melakukan tindakan dengan mengamankan para pemain Arema FC untuk masuk ke ruang ganti stadion. Hal itu menjadi prioritas karena mulai ada lemparan botol kemasan air mineral yang ditujukan kepada tim Arema FC.

Para jurnalis dan fotografer yang bertugas meliput pertandingan tersebut pun diamankan dan diarahkan untuk menuju ke ruangan di dalam stadion.

Setelah itu, para petugas kemanan berupaya menghalau Aremania agar tidak makin banyak yang turun ke lapangan. Sayangnya, petugas kepolisian, TNI, dan steward yang ada kalah jumlah dari para suporter yang turun ke lapangan. Tak sanggup mengendalikan keadaan, tembakan gas air mata pun jadi opsi yang diambil.

Langkah tersebut justru menimbulkan insiden yang lebih besar. Banyak Aremania yang menjadi korban. Informasinya, beberapa gas air mata ditembakkan ke arah tribune dan membuat kepanikan makin besar.

Dari insiden tersebut, banyak korban yang jatuh karena terinjak oleh suporter lain yang panik dalam situasi tersebut. Ada pula yang jatuh karena sesak napas akibat gas air mata.

Pantauan Bola.com, hampir di setiap jengkal ruangan pintu keluar Stadion Kanjuruhan, ada Aremania yang tergeletak. Beberapa di antaranya sudah tidak bernapas lagi.

Sampai pukul 23.40, beberapa korban masih tergeletak di pinggir lapangan dan pintu keluar. Begitu banyak korban membuat tenaga medis yang ada tak bisa mengatasi semuanya, akhirnya beberapa korban tak tertangani. Selain itu, ada dua mobil kepolisian yang rusak dan terbalik di area Stadion Kanjuruhan.

Baca juga:
180 Orang Jalani Perawatan Imbas Kericuhan Usai Laga Arema FC vs Persebaya
Kronologi Kericuhan Usai Laga Arema FC vs Persebaya yang Telan 127 Korban Jiwa
PSSI Larang Arema jadi Tuan Rumah hingga Akhir Musim Liga 1
127 Orang Tewas Buntut Kerusuhan Arema vs Persebaya, Liga 1 Dihentikan Sepekan
Kondisi Terkini Kericuhan Usai Laga Arema FC versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan
Laga Arema FC vs Persebaya Berakhir Ricuh, 127 Orang Meninggal Dunia

Dilarang FIFA, ini Bahaya Gas Air Mata di Stadion

Bunyi Aturan FIFA Larang Pakai Gas Air Mata Tangani Massa Ricuh di Stadion

Merdeka.com 2022-10-02 09:02:44
Laga Arema FC-Persebaya Berakhir Rusuh, banyak korban jiwa. ©2022 Merdeka.com

Peristiwa memilukan terjadi usai laga Arema FC dan Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10), di Stadion Kanjuruhan, Malang. Sebanyak 127 orang meninggal dunia dan 180 mengalami luka-luka.

"Jumlah meninggal dunia 127 orang, dua di antaranya polisi," kata Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta, Minggu (2/10).

Dalam penanganan penghalauan massa di dalam stadion menjadi sorotan. Sebab dalam aturan FIFA penggunaan gas dalam penanganan massa tidak diperbolehkan. Hal itu diatur dalam pengamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Saferty and Security Regulations).

Bunyi pasal 19 b soal pengamanan di pinggir lapangan adalah: Tidak boleh ada senjata api atau "gas pengendali massa" yang boleh dibawa atau digunakan (No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used).

Dalam aturan lainnya FIFA juga menyebut agar memberikan pengamanan ekstra dengan menempatkan petugas keamanan untuk menempati barisan depan kursi di stadion jika dianggap perlu.


Kronologi Terjadi Kericuhan

Ketika wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir, suasana masih tergolong kondusif. Hanya saja para pemain Persebaya Surabaya memang langsung berlari ke dalam ruang ganti sebagai langkah antisipasi terhadap sesuatu yang tidak diinginkan.

Sementara itu, para pemain Arema FC berjalan ke tengah lapangan seperti yang biasa mereka lakukan. Mereka bermaksud memberikan penghormatan kepada Aremania yang telah memberikan dukungan penuh di Stadion Kanjuruhan meski pada akhirnya Singo Edan harus kalah.

Namun, saat itu sudah ada beberapa Aremania yang masuk lapangan. Mereka tidak melakukan aksi yang anarkis tapi justru menghampiri para pemain Arema FC. Ada yang memeluk Sergio Silva, ada pula yang berbicara dengan kapten tim, Ahmad Alfarizi.

Namun, situasi kemudian mulai sulit untuk dikendalikan. Seorang Aremania masuk lapangan sambil berlari membawa bendera Persebaya Surabaya yang dicoret. Kemudian aksi itu diikuti oleh Aremania lainnya yang masuk ke dalam lapangan dan jumlahnya makin banyak.

Personel keamanan pun melakukan tindakan dengan mengamankan para pemain Arema FC untuk masuk ke ruang ganti stadion. Hal itu menjadi prioritas karena mulai ada lemparan botol kemasan air mineral yang ditujukan kepada tim Arema FC.

Para jurnalis dan fotografer yang bertugas meliput pertandingan tersebut pun diamankan dan diarahkan untuk menuju ke ruangan di dalam stadion.

Setelah itu, para petugas kemanan berupaya menghalau Aremania agar tidak makin banyak yang turun ke lapangan. Sayangnya, petugas kepolisian, TNI, dan steward yang ada kalah jumlah dari para suporter yang turun ke lapangan. Tak sanggup mengendalikan keadaan, tembakan gas air mata pun jadi opsi yang diambil.

Baca juga:
Polri Tegaskan Usut Tuntas Kericuhan di Laga Arema FC vs Persebaya
Pemerintah Janji Tanggung Biaya Perawatan Korban Kericuhan Laga Arema FC vs Persebaya
Mahfud MD: Kericuhan Usai Laga Arema FC vs Persebaya Bukan Bentrok Antarsuporter
Manajemen Bentuk Crisis Centre Buntut Laga Arema FC vs Persebaya Berakhir Ricuh
Memahami Aturan FIFA soal Penggunaan Gas Air Mata oleh Aparat saat Amankan Sepak Bola
Detik-Detik Mencekam Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Usai Arema vs Persebaya
Kericuhan Usai Laga Arema FC vs Persebaya, Banyak Suporter Jatuh dan Terinjak

125 Orang Meninggal dalam Tragedi Kanjuruhan

Kapolri: 125 Orang Meninggal Dunia dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan

Merdeka.com 2022-10-02 19:56:47
DPR rapat dengan Kapolri terkait penembakan Brigadir J. ©Liputan6.com/Angga Yuniar

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengucapkan turut berduka kita kepada para korban yang meninggal dunia pasca pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya, di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim). Ia pun turun langsung melihat korban yang hingga kini dirawat rumah sakit.

"Yang pertama mewakili pemerintah mewakili presiden dan institusi polri, kami menyampaikan duka cita yang sangat mendalam terhadap meninggalnya saudara-saudara kita, teman-teman, sahabat-sahabat suporter dari Arema," katanya di Malang, Jatim, Minggu (2/10).

Dalam tinjauan ini, ia menyampaikan kalau ada 125 orang yang meninggal dunia. Data ini ia peroleh terbaru dan terpercaya dari berbagai rumah sakit di Jatim.

Hari Gelap bagi Dunia Sepak Bola

Presiden FIFA Tanggapi Tragedi Kanjuruhan: Ini Hari Gelap Bagi Dunia Sepak Bola

Merdeka.com 2022-10-02 19:01:00
Suasana usai kericuhan di laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan. ©2022 AFP

Presiden Federation Internationale de Football Association (FIFA) Gianni Infantino merespons tragedi Stadion Kanjuruhan yang menewaskan ratusan suporter sepak bola Indonesia dalam laga Arema Malang vs Persebaya. Dalam pernyataannya, Gianni Infantino menyebut dunia sepak bola dilanda shock menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia, bahkan menyebutnya sebagai hari gelap dalam dunia sepak bola.

"Dunia sepak bola sedang shock menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia pada akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan," kata Presiden FIFA Gianni Infantino, seperti dikutip dari situs resmi Fifa.com, Minggu (2/10).

"Ini adalah hari gelap bagi semua yang terlibat dalam sepak bola dan ini adalah sebuah tragedi di luar nalar."

Gianni Infantino turut menyampaikan belasungkawa atas insiden mematikan dalam dunia sepak bola tersebut dan mendoakan kerabat korban di masa sulit ini.

"Saya menyampaikan belasungkawa terdalam kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa setelah insiden tragis ini."

"Bersama FIFA dan komunitas sepak bola global, semua pikiran dan doa kami bersama para korban, serta mereka yang terluka dan menghadapi masa sulit ini akan selalu bersama rakyat Republik Indonesia, Konfederasi Sepak Bola Asia, Persatuan Sepak Bola Indonesia, dan Liga Sepak Bola Indonesia."

Deretan Tragedi Sepak Bola Paling Mencekam Dunia

Deretan Tragedi Sepak Bola Paling Mematikan di Dunia

Merdeka.com 2022-10-03 11:13:06
Deretan tragedi sepak bola paling mematikan di dunia. ©AFP/Files
Foto yang diambil pada 19 Mei 1985 ini menunjukkan kerusuhan yang terjadi sekitar satu jam menjelang kick off final European Champion Clubs antara Liverpool dan Juventus di Stadion Heysel, Belgia. Tragedi terjadi akibat dinding pembatas tribun roboh ketika pendukung Liverpool mencoba melompati pagar dan merangsek ke wilayah pendukung Juventus. Sebanyak 39 orang tewas dalam insiden tersebut.
Tragedi Accra yang terjadi di Stadion Ohene Djan, Accra, Ghana pada 9 Mei 2001 merupakan tragedi sepak bola paling mematikan yang terjadi di Afrika. Tragedi bermula ketika suporter melempar kursi plastik dan botol ke lapangan, lalu dibalas tembakan gas air mata oleh polisi. Kepanikan dan kericuhan pun terjadi saat para penggemar berusaha melarikan diri. Nyawa 126 orang melayang dalam peristiwa itu.
Tragedi Stade Armand-Cesari di Bastia, Prancis, pada 5 Mei 1992, menjadi salah satu peristiwa mematikan dalam dunia sepak bola Eropa. Sebanyak 18 orang tewas setelah tribun penonton roboh dalam laga Semifinal Piala Prancis antara SC Bastia dan Olympique de Marseille.
Tragedi Hillsborough di Inggris pada 15 April 1989 merupakan peristiwa kerusuhan fans kedua yang melibatkan pendukung Liverpool setelah Tragedi Heysel pada 1985. Tragedi ini menewaskan 96 orang pendukung Liverpool karena saling berdesakan.
Pada 1 Februari 2012 kerusuhan besar terjadi di Stadion Port Said di Port Said, Mesir dalam pertandingan sepak bola Liga Utama Mesir antara Masry dan Ahly. Sebanyak 79 orang tewas setelah ribuan penggemar Al Masry menyerbu tribun stadion dan lapangan. Ini tragedi sepak bola paling mematikan kedua di Afrika setelah tragedi Accra.
Tragedi sepak bola mematikan paling baru terjadi dalam laga lanjutan BRI Liga 1 2022 antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang pada 1 Oktober 2022. Kerusuhan bermula saat para suporter Arema FC menyerbu ke lapangan setelah timnya menelan kekalahan 2-3 dari tim tamu. Lalu, aparat kepolisian menangani suporter dengan kekerasan dan tembakan gas air mata. Hal itu kemudian memicu kepanikan pada suporter untuk menyelamatkan diri.
Korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan mencapai 130 orang. Jumlah tersebut berada di bawah tragedi sepak bola paling mematikan di dunia saat ini, yakni tragedi Stadion Nasional, Lima Peru. Sebanyak 328 orang dilaporkan tewas dalam tragedi tersebut.