Jangan Anggap Gagal Ginjal Akut Masalah Kecil

Jokowi soal Gagal Ginjal Akut: Jangan Menganggap Ini Masalah Kecil

Merdeka.com 2022-10-24 21:44:26
Jokowi. Instagram: @jokowi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masalah gagal ginjal akut tidak dianggap sepele. Kepala Negara memerintahkan para menteri terkait untuk mengutamakan keselamatan rakyat.

"Utamakan keselamatan masyarakat. Jangan menganggap ini masalah kecil," kata Jokowi saat rapat terbatas dengan sejumlah menteri dan Kepala lembaga di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (24/10).

Menurut Jokowi, kasus gangguan ginjal akut merupakan masalah besar. Dia juga sudah meminta Menteri Kesehatan untuk menghentikan obat sirop yang diduga menyebabkan gagal ginjal akut.

"Ini adalah masalah besar dan saya hari Minggu sudah menyampaikan pada Menkes untuk sementara obat yang diduga, meskipun masih diduga, itu dihentikan terlebih dahulu," kata Jokowi.

Selain itu, dirinya sudah memerintahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk investigasi obat-obatan secara menyeluruh. Jokowi ingin investigasi dilakukan secara transparan.

"Investigasi secara menyeluruh dari BPOM pada seluruh obat sirop yang menggunakan bahan baku pelarut. Dilakukan secara terbuka, transparan, tetapi juga hati-hati dan objektif," tegasnya.

Meninggal Usai Berjuang Lawan Gagal Ginjal

Kisah Pilu Balita Berjuang Sepekan Lawan Gagal Ginjal Sebelum Meninggal

Merdeka.com 2022-10-22 05:31:00
Orang Tua Azqiara Anindita Nuha. ©2022 Merdeka.com/Nur Fauziah

Azqiara Anindita Nuha, balita asal Depok meninggal akibat gagal ginjal akut. Dia diketahui sempat mengonsumsi obat penurun panas cair.

Balita berusia tiga tahun yang biasa disapa Qia itu mengalami demam dan flu pada Kamis (6/10). Untuk meredakan demam dan flu, balita tersebut diberi obat penurun demam dan flu dalam bentuk cair oleh orang tuanya.

“Awalnya anak saya panas dan pilek di malam Jumat. Panas dan pilek biasa doang, belum saya bawa ke dokter dan saya kasih obat yang ada di rumah dulu. Panasnya saya kasih paracetamol biasa (sirup), terus pileknya saya itu kasih obat pilek (sirup),” kata Soliha, ibu korban ditemui di rumahnya di kawasan Ratu Jaya, Kecamatan Cipayung, Depok, Jumat (21/10).

Esok harinya demam Qia turun. Namun pada Sabtu dinihari, Qia kembali demam dan langsung dilarikan ke klinik karena disertai muntah dan diare. Di sana Qia diberi obat dan mengalami perbaikan.

Obat Sirop Sudah Lama, Kenapa Baru Heboh Sekarang?

Obat Sirop Ada Sejak Lama, Kenapa Gagal Ginjal Akut Baru Heboh Sekarang?

Merdeka.com 2022-10-24 17:25:18
Apotik tidak jual obat sirup anak. ©2022 Merdeka.com/Arie Basuki

Obat jenis sirop sudah ada sejak lama. Namun, baru beberapa bulan belakangan ini menjadi pemicu terjadinya gagal ginjal akut pada anak-anak. Kenapa demikian?

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengakui, hal ini yang masih menjadi misteri. Kemenkes tengah melakukan mengkajian kenapa baru belakangan ini obat sirop menjadi berbahaya.

Terlebih lagi, obat-obat sirop tersebut sudah beredar dan dikonsumsi sejak lama. Tetapi penyakit gagal ginjal akut baru marak sekarang.

"Nah ini faktor yang termasuk sedang ditelusuri dan dikaji. Bisa saja tadi ambangnya melebihi dari standar atau ada mungkin perubahan saat produksi," kata Nadia kepada merdeka.com, Senin (24/10).


BPOM Lalai?

Nadia juga mengatakan, BPOM tidak lalai dalam melakukan pengawasan obat yang beredar. Karena proses produksi dan quality control ada di pihak industri farmasi.

"Enggak (lalai) karena ini kan proses produksi dan QC itu ada di industri," tambah Nadia.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan, keamanan, mutu, dan khasiat obat-obatan merupakan tanggungjawab industri farmasi. Hal tersebut diungkapkan oleh Inspektur Utama BPOM Elin Herlina pada saat konferensi pers di Gedung Adhyatma Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, pada Jumat (21/10).

"Di dalam undang-undang tertulis bahwa tanggung jawab industri itu adalah memberikan jaminan, memproduksi, dan mengedarkan produk obat yang aman, yang bermutu, dan berkhasiat dan salah satu upayanya adalah dengan melakukan pengujian atau analisis terhadap produk untuk memastikan bahwa produk tersebut bermutu dan aman," kata Elin.


Penjelasan BPOM

Kemudian, menurut Elin, BPOM memiliki tanggung jawab untuk mengawasi obat sebelum beredar dengan mengecek komposisi melalui registrasi. Kemudian, mengawasi obat yang sedang beredar dengan pengecekan sampling dan pengujian.

"Sedangkan untuk Badan POM, kami melakukan pengawasan baik yang sebelum beredar melalui registrasi maupun yang sedang beredar melalui sampling dan pengujian," kata Elin.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap penyebab 241 anak Indonesia menderita gagal ginjal akut. Rupanya, itu disebabkan senyawa kimia berbahaya dari pelarut obat sirop.

Budi mengatakan, penyakit gagal ginjal anak awalnya masuk dari obat sirop yang dikonsumsi. Menurut dia, dalam setiap obat sirop digunakan pelarut tambahan.

"Ini adalah pelarut tambahan yang memang sangat jarang ditulis di senyawa aktif obat dan pelarut tambahan sebenarnya tidak berbahaya. Tapi kalau kualitas produksi pelarut tambahan buruk, dia menghasilkan cemaran cemaran," jelas Budi saat konferensi pers di Kemenkes, Jakarta, Jumat (21/10).

Cemaran tersebut yakni ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG) danethylene glycol butyl ether (EGBE).

Obat Sirop Berbahaya, Tanggung Jawab Siapa?

Obat Sirop Mengandung Senyawa Penyebab Gagal Ginjal Akut, Tanggung Jawab Siapa?

Merdeka.com 2022-10-25 06:29:00
Ilustrasi obat sirop. ©2022 Antara

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, terdapat 245 kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal per 23 Oktober 2022 yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap, gagal ginjal akut disebabkan oleh senyawa kimia berbahaya dari pelarut obat sirop.

Senyawa kimia berbahaya itu adalah ethylene glycol (EG), diethylene glycol (DEG), dan ethylene glycol butyl ether (EGBE).

“Ini adalah pelarut tambahan yang memang sangat jarang ditulis di senyawa aktif obat dan pelarut tambahan sebenarnya tidak berbahaya. Tapi kalau kualitas produksi pelarut tambahan buruk, dia menghasilkan cemaran-cemaran," jelas Budi saat konferensi pers di Kemenkes, Jakarta, Jumat (21/10).

Kemenkes melarang sementara peredaran 102 obat sirop yang diduga mengandung zat kimia berbahaya pemicu terjadinya gagal ginjal akut pada anak. "Setelah kita lihat obatnya ini, itu kami melapor ke presiden. Pesiden bilang ‘Pak Menkes dibuka saja biar tenang masyarakat'. Kita lakukan transparansi ke publik, jadi kita buka," tambah Budi.


Masih Misteri

Meskipun demikian, obat jenis sirop sudah ada sejak lama. Bahkan, beberapa obat yang dilarang sementara tersebut sudah dikonsumsi sejak dahulu. Menanggapi hal ini, Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengakui bahwa hal ini masih menjadi misteri. Kini, Kemenkes tengah melakukan pengkajian kenapa baru belakangan ini obat sirop menjadi berbahaya.

"Nah ini faktor yang termasuk sedang ditelusuri dan dikaji. Bisa saja tadi ambangnya melebihi dari standar atau ada mungkin perubahan saat produksi," kata Nadia kepada merdeka.com, Senin (24/10).

Nadia juga mengatakan, BPOM tidak lalai dalam melakukan pengawasan obat yang beredar. Sebab, proses produksi dan quality control obat ada di pihak industri farmasi.

"Enggak (lalai) karena ini kan proses produksi dan QC itu ada di industri," tambah Nadia.


BPOM Salahkan Industri Farmasi

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjelaskan bahwa keamanan, mutu, dan khasiat obat-obatan merupakan tanggung jawab industri farmasi.

"Di dalam undang-undang tertulis bahwa tanggung jawab industri itu adalah memberikan jaminan, memproduksi, dan mengedarkan produk obat yang aman, yang bermutu, dan berkhasiat dan salah satu upayanya adalah dengan melakukan pengujian atau analisis terhadap produk untuk memastikan bahwa produk tersebut bermutu dan aman," kata Inspektur Utama BPOM Elin Herlina.

Kemudian, menurut Elin, BPOM memiliki tanggung jawab untuk mengawasi obat sebelum beredar dengan mengecek komposisi melalui registrasi. Kemudian, mengawasi obat yang sedang beredar dengan pengecekan sampling dan pengujian.

"Sedangkan untuk Badan POM, kami melakukan pengawasan baik yang sebelum beredar melalui registrasi maupun yang sedang beredar melalui sampling dan pengujian," kata Elin.

BPOM juga telah menerbitkan surat kepada pimpinan apotek, apoteker, dan penanggung jawab apotek pada Selasa (18/10) untuk melakukan uji mandiri terhadap bahan baku yang digunakan dalam obat yang dimiliki.

“Kami sudah menerbitkan surat kepada pimpinan dan apoteker, penanggung jawab apotek, tanggal 18 Oktober untuk meminta industri melakukan pengujian secara mandiri terhadap bahan baku yang digunakan. Kemudian, melaporkan kepada kami (hasil uji mandirinya),” jelas Elin.

Elin juga mengatakan, kandungan lebih ethylene glycol, diethylene glycol, dan ethylene glycol butyl ether yang diduga sebagai penyebab Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal atau Acute Kidney Injury (AKI) pada anak-anak di Indonesia merupakan tanggung jawab industri farmasi.

“Industri farmasi wajib melaporkan kepada BPOM setiap akan melakukan perubahan bahan baku. Jadi, perubahan bahan baku diajukan terlebih dahulu, kemudian kami akan melakukan penilaian kembali terhadap bahan baku baru yang digunakan,” kata Elin.


Penyelidikan Polisi

Lebih lanjut, kini Polri tengah menyelidiki dua perusahaan farmasi karena diduga memproduksi obat dari dua yang mengandung EG dan DEG yang tinggi. Penyelidikan ini akan mengarah ke pidana.

"Yang penting juga dalam proses ini kami sudah mendapatkan dua industri farmasi yang akan kami tindak lanjuti menjadi pidana. Jadi kedeputian IV, yaitu kedeputian bidang penindakan dari BPOM sudah kami tugaskan untuk masuk ke industri farmasi tersebut bekerja sama dengan kepolisian dan akan segera melakukan penyidikan untuk menuju pada pidana perkara pidana," kata Kepala BPOM Penny Lukito saat jumpa pers dilihat dari tayangan Youtube Sekretariat Presiden, Senin (24/10).

Namun, Penny enggan menyebut nama dua perusahaan farmasi itu. Sebab, proses penyelidikan masih berlangsung.

"Sehingga untuk dua, dua industri farmasi mungkin saya tidak menyebutkan sekarang karena prosesnya masih berlangsung dan akan segera nanti tentu akan kami komunikasikan kepada masyarakat karena ada indikasinya bahwa kandungan dari EG dan DEG di produknya itu tidak hanya dalam konsentrasi sebagai kontaminan tapi sangat-sangat tinggi, dan tentu saja sangat toxic dan itu bisa cepat diduga bisa mengakibatkan ginjal akut dalam hal ini," jelas Penny.

Penyidik Bareskrim Polri menyatakan, penyelidikan kasus gagal ginjal akut progresif atipikal pada anak diduga akibat mengonsumsi obat sirop masih menunggu hasil dari laboratorium.

Polri, Kemenkes, dan BPOM masih menyelidiki kandungan bahan baku terhadap kandungan obat sirop tersebut.

"Nanti masih nunggu hasil laboratorium dan tahapnya masih penyelidikan. Nunggu update dulu dari Bareskrim," kata Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo ketika dikonfirmasi, Senin (24/10).
.

Biang Kerok Gagal Ginjal Akut

Mengenal EG-DEG-EGBE, Zat yang Ditemukan pada Pasien Ginjal Akut

Merdeka.com 2022-10-20 17:20:51
Obat cair. ©2022 REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana/Illustration

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memaparkan hasil investigasi sementara terkait gangguan ginjal akut pada anak. Data Kemenkes per Rabu (20/10) jumlah anak, terutama usia balita dengan suspek gangguan ginjal akut mencapai seratus orang lebih.

Hasil investigasi menyebut pasien balita terkena gangguan ginjal akut karena terpapar tiga zat kimia berbahaya. Yakni ethylene glycol-EG, diethylene glycol-DEG, ethylene glycol butyl ether-EGBE.

Menurut Menteri Kesehatan, Gunadi Sadikin, kandungan EG, DEG, dan EGBE seharusnya tidak ada atau berkadar sedikit dalam komposisi obat-obatan sirop anak.

Lalu bagaimana fungsi sebenarnya dari ketiga zat berbahaya tersebut dan efek yang timbul jika dikonsumsi? merdeka.com melakukan penelusuran dari berbagai sumber:

1. Etilen glikol

Etilen glikol merupakan bahan kimia berupa cairan sirop yang jernih dan tidak berwarna. Bahan ini tidak berbau tetapi memiliki rasa manis. Seringkali EG berfungsi sebagai antibeku serta digunakan sebagai bahan campuran kosmetik, tinta stempel dan pulpen.
Etilen glikol juga berpotensi untuk mencemari lingkungan, khususnya air tanah dan air sungai.

Beberapa penelitian juga telah menunjukkan bahwa bahan ini memiliki efek samping. Dilansir dari pubchem.ncbi.nlm.nih.gov, efek ringan yang dialami manusia ketika menghirup bahan tersebut ialah iritasi tenggorokan dan saluran pernapasan bagian atas. Sementara pada tikus yang terpapar bahan EG dalam makanannya, didapati adanya tanda-tanda toksisitas ginjal dan efek hati.

Hal ini juga diperkuat dengan temuan melalui laman sciencedirect.com dan cdc.gov yang menyatakan bahwa, etilen glikol dan produk sampingannya yang beracun dapat memengaruhi sistem saraf pusat (SSP), jantung, hingga ginjal. Bahkan, menelan EG dalam dosis cukup banyak dapat berpotensi menyebabkan kematian.

2. Diethylene glycol (DEG)

Diethylene glycol (DEG) bahan kimia yang sifatnya hampir sama dengan ethylene glycol. Keduanya memiliki ciri-ciri tidak barbau, tidak berwarna, dan rasanya sedikit manis. Meski begitu, DEG jauh lebih sedikit mudah menguap dari etilen glikol dan memiliki kegunaan khusus. DEG kerap digunakan sebagai bahan dalam produk pembersih.

Dilansir dari pubchem.ncbi.nlm.nih.gov, penggunaan bahan DEG dengan dosis oral/lethal/tunggal yang aman untuk manusia adalah sekitar 1 mL/kg.

3. Ethylene glycol butyl ether (EGBE)

Ethylene glycol butyl ether (EGBE) JUGA memiliki karakteristik yang sama karena berasal dari keluarga glikol eter. Hasil percobaan bahan menunjukkan jika dikonsumsi, efek terhadap sel darah merah yang ditimbulkan kepada manusia tidak lebih sensitif daripada tikus . EDBE memiliki tingkat toksititas yang lebih rendah, sehingga ketika digunakan pada anak-anak pada dosis yang kecil, efek yang didapat juga lebih rendah daripada orang dewasa.

EGBE memiliki kegunaan yang hampir sama seperti dua bahan sebelumnya, yakni formulator bahan pembersih rumah tangga dan tinta.

Reporter Magang: Aslamatur Rizqiyah

Etilen Glikol Sering Dipakai di Dunia Permesinan

Etilen Glikol, Biang Keladi Gagal Ginjal Akut Anak Sering Dipakai di Dunia Permesinan

Merdeka.com 2022-10-23 14:17:46
Ilustrasi obat sirop. ©2022 Antara

Etilen Glikol dan dietilen glikol, dua senyawa kimia yang disebut-sebut biang keladi gagal ginjal akut pada anak. Keduanya, didapati dalam sejumlah obat sirop yang sebelumnya dikonsumsi anak penderita gagal ginjal akut.

Padahal, dua senyawa kimia itu tidak seharusnya berada di dalam dunia farmasi, termasuk masuk kandungan obat sirop anak.

Etilen glikol dan dietilen glikol merupakan dua senyawa yang kerap ditemui dalam dunia permesinan.

"Kapan hari ada yang sempat mengatakan orang mesin, ini kan senyawa-senyawa yang sanagat familiar dalam dunia permesinan, kenapa tiba-tiba muncul dalam bidang farmasi?" kata Ketua Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati dalam webinar, Sabtu (22/10).

Ia menegaskan, dua senyawa, etilen glikol dan dietilen glikol bukanlah bahan yang wajar dalam dunia farmasi. "Karena sifatnya toksik, namun diperbolehkan dalam batas ambang tertentu," bebernya.

Prof Zullies memaparkan, etilen glikol adalah suatu senyawa yang berbentuk cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dan memiliki rasa manis.

"Secara sifat sangat larut dalam air dan alkohol," katanya.

Biasanya, etilen glikol digunakan untuk menurunkan freezing point atau senyawa antibeku.

"Dia (etilen glikol) bisa menurunkan titik beku dari air. Jadi istilahnya sering dibilang antifreezing," bebernya.

Namun, pemakaian itu bukan di dunia farmasi, apalagi bahan utama pelarut obat sirop anak.

"Dia pemakaiannya malah di bidang permesinan. Jadi untuk mobil, kapal, air craft sebagai solusi untuk icing," ungkapnya.

Dari Obat Sirop Jadi Kristal Tajam Dalam Ginjal

Menkes soal Gagal Ginjal Anak: Dari Obat Sirop Jadi Kristal Tajam di Dalam Ginjal

Merdeka.com 2022-10-21 18:49:50
budi gunadi sadikin. ©2022 Merdeka.com/lydia fransisca

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap penyebab 241 anak Indonesia menderita gagal ginjal akut. Rupanya, itu disebabkan senyawa kimia berbahaya dari pelarut obat sirop.

Budi mengatakan, penyakit gagal ginjal anak awalnya masuk dari obat sirop yang dikonsumsi. Menurut dia, dalam setiap obat sirop digunakan pelarut tambahan.

"Ini adalah pelarut tambahan yang memang sangat jarang ditulis di senyawa aktif obat dan pelarut tambahan sebenarnya tidak berbahaya. Tapi kalau kualitas produksi pelarut tambahan buruk, dia menghasilkan cemaran cemaran," jelas Budi saat konferensi pers di Kemenkes, Jakarta, Jumat (21/10).

Obat Gagal Ginjal Akut Gratis

Menkes Budi Tegaskan Obat Fomepizole buat Pasien Gagal Ginjal Akut Gratis

Merdeka.com 2022-10-24 17:57:00
Fomepizole. ©Istimewa

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, obat untuk pasien gangguan ginjal akut di Indonesia diberikan secara gratis. Obat itu bernama Fomepizole dan sejauh ini telah diberikan kepada 10 pasien di RI. Menurutnya, 7 di antara pasien tersebut mengalami kondisi yang membaik.

"Dari obat (Fomepizole) yang sudah datang, 10 kita sudah cobakan ke pasien, 7 di antaranya membaik. Yang awalnya pasien itu ginjalnya terganggu, enggak bisa kencing, begitu dikasih obat sudah mulai keluar sedikit demi sedikit, ada yang mulai banyak dan yang tadinya tidak sadar mulai sadar kembali," kata Budi saat jumpa pers di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (24/10).

Budi memastikan, obat tersebut diberikan secara gratis kepada pasien gangguan ginjal akut. Fomepizole akan diberikan ke seluruh RS yang terdapat pasien gagal ginjal.

"Obat barunya (Fomepizole) akan biaya kita. Nanti kita yang memberikan itu ke seluruh rumah sakit yang ada pasien bergejala ginjal akut ini," ucapnya.

Kriteria Anak Sembuh Gagal Ginjal Akut

Ini Kriteria Anak Sembuh Gagal Ginjal Akut

Merdeka.com 2022-10-21 20:06:00
Menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin Bicara Kasus Gagal Ginjal Akut Pada Anak. ©2022 Liputan6.com/Angga Yuniar

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) M Syahril mengatakan, kriteria anak dinyatakan sembuh gangguan ginjal akut adalah frekuensi dan volume buang air kecil sudah normal.

“Kriteria sembuh, yaitu secara klinis frekuensi buang air kecil dan volume buang air kecil sudah normal kembali dan gejala-gejala yang lain seperti demam, diare, batuk, dan pilek sudah tidak ada lagi dan secara umum anak ini kondisinya baik,” katanya di Gedung Adhyatma Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan, pada Jumat (21/10).

Dia mengungkapkan, pasien tidak perlu melakukan cuci darah setelah dinyatakan sembuh.

“Tidak perlu lagi cuci darah terus-menerus. Jadi, cuci darahnya pada saat dia terjadi gagal ginjal terjadi,” ujarnya.